16- It's Not Fine

22.3K 2.7K 470
                                    

"Kenapa, Nak?"

Alby cepat-cepat menyiram bekas muntahan dan membersihkan mulutnya saat mendengar suara Jeff.

"Kamu nggak enak badan?" sambungnya. Ia dan Digar berdiri di sisi Alby.

"Enggak pa-pa, tadi cuman muntah dikit aja, soalnya perut Alby lagi gak enak," jelasnya sambil memaksakan senyum di kala rasa nyeri yang terus saja menusuk-nusuk perutnya.

Jeff memperhatikan wajah Alby yang sedikit pucat. "Kita ke dokter, ya?" Laki-laki itu sangat khawatir dengan anak keduanya ini, sudah berapa kali Alby seperti ini namun, anak itu tak pernah mau untuk diperiksa.

"Nggak usah, Pa. Alby baik-baik aja, kok." Alby mencoba menyakinkan.

"Ke dokter aja, By. Lebih baik diperiksa dulu, kalo ada apa-apa bisa lebih cepat diobatinnya," saran Digar. Cowok itu juga sama khawatirnya.

"Beneran deh, Alby gak pa-pa. Berlebihan banget kalo sampe ke dokter mah." Ia terkekeh kecil membuat perutnya semakin sakit saja.

Alby bersikeras tak ingin ke dokter, selain karena tak ingin merepotkan, dia juga takut, takut akan hasilnya. Dirinya hanya berharap kalau tubuhnya baik-baik saja.

Jeff menggeleng, "no, no. Gak ada yang berlebihan, apa salahnya kita ke dokter dulu? mau, ya?"

"Aduh, Pa, Alby tuh beneran baik-baik aja. Ini aja udah enakan, kok. Apa perlu Alby kayang nih biar percaya?"

Alby mundur sedikit untuk mengambil ancang-ancang hendak kayang.

Jeff dan Digar melebarkan mata, "heh, gak usahlah. Iya-iya kita gak ke dokter, tapi seharian ini kamu istirahat aja, ya, rebahan aja di kamar," ucap Jeff lalu menepuk-nepuk lembut puncak kepala Alby.

Alby cengengesan, untung digagalin, gue mana bisa kayang, yang ada ntar beneran ke dokter gegara patah tulang, batinnya.

Digar sebenarnya enggak yakin kalau Alby baik-baik aja, karena anak itu pandai menyembunyikan rasa sakitnya.

Cowok itu mencoba meniru Jeff, ia meletakkan tangannya dengan kaku pada puncak kepala Alby, tanpa menggerakkannya. "Istirahat yang bener."

Alby hanya tersenyum lalu mengangguk kecil. Bahagia rasanya mempunyai Papa dan Kakak yang perhatian padanya.

Setelah itu, mereka berdua berangkat, meninggalkan Alby dengan rasa khawatir.

Di kantor Jeff.

Laki-laki itu sedang memikirkan pertemuannya dengan sang Ayah beberapa waktu yang lalu.

Jeff masuk ke dalam ruangan tempat biasanya Logan-ayahnya-menghabiskan waktunya.

"Papa, Jeff pulang," ucapnya pada laki-laki paruh baya yang sedang membaca buku di pinggir jendela.

Logan mengangkat pandangannya, lalu meletakkan bukunya ke atas meja. Ia membetulkan letak kacamata yang membingkai wajahnya yang masih tampan di usianya yang tak lagi muda.

"Selamat datang, Bungzhu." Ia menggunakan panggilan kesayangannnya pada Jeff.

Jeff tersenyum lebar sembari melangkah menghampiri Logan.

"Apa kabar, Pa?"

"Baik. Kamu apa kabar? Digar juga gimana kabarnya?" tanya Logan, ekspresinya datar sedari tadi.

"Kita berdua baik."

Logan hanya mengangguk. "Kamu mau berdiri aja?"

"Mau jungkir balik sih rencananya," jawabnya membuat Logan mengambil tongkatnya, hendak memukulkan ke anaknya yang tak pernah berubah, selalu saja bercanda seperti anak kecil.

[✓] Resilience; AlGar Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang