"Alby!"
Digar panik saat Alby tak kunjung membuka matanya.
"By!" Ia menggoyangkan bahu anak itu untuk membangunkannya.
"Alby Galen!"
"HAH! apa?! mana?!" Alby bangun dalam keadaan terkejut. Pupilnya melebar dan kepalanya menoleh ke kanan dan ke kiri seperti mencari sesuatu.
"Apanya mana?" Digar sedikit terkejut tapi juga lega, karena Alby hanya tertidur.
Alby menatap Digar dengan mata bulatnya, "malingnya udah ketangkep?"
Alisnya mengerut bingung, "maling? gak ada maling."
"Astaga," Alby mengusap kasar wajahnya. "Gue tadi mimpi lagi fokus ngejar maling, dikit lagi ketangkep anjer, tapi ada yang manggil. Akhirnya gue kesandung, kesungkur, kepeleset, keguling, kepentok, keguguran," celotehnya dengan ekspresi serius menceritakan mimpinya.
Digar geleng-geleng kepala mendengarnya, "ada-ada aja mimpi lo, nih obat." Ia memberikannya pada Alby.
Alby mendudukkan dirinya dibantu Digar. "Makasii," Ia menarik sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman.
Cowok jangkung itu hanya mengangguk, terkesima dengan senyum manis adiknya.
Setelah selesai menelan obatnya, Alby kembali merebahkan dirinya. Perutnya masih terasa mual dan kepalanya juga pusing.
"Gue mau lanjut ngejar maling dulu."
"Emangnya bisa?"
"Di mimpi, gue larinya cepet si, tapi malingnya lebih cepet lagi. Biasa menang oscar keknya."
"Terserah," sahut Digar lalu menaikkan selimut sampai bawah dada sang adik.
"Lo gak mau ikut?" tanya Alby menatap Digar.
"Ntar malem aja, gue hadir pas sidang."
Alby terkekeh kecil, ternyata Digar bisa nyambung juga bersedeng ria kayak gini.
"Lo ganti baju gih, abis itu makan, jangan sampe nggak, ntar sakit perut," suruh Alby yang diangguki Digar.
Suatu anugerah jika mempunyai keluarga yang saling memperhatikan. Dan Alby merasa sangat bersyukur, hidupnya yang hanya sekali ini, diberi kesempatan untuk merasakannya.
Malamnya.
Digar pergi ke dapur untuk mengambil minum namun, ia bertemu Jeff yang baru pulang.
"Ada masalah hidup apa?" tanya Digar saat melihat sebotol red wine di genggaman Jeff.
"Sedih mah kalo diceritain," jawab Jeff dramatis.
"Papa mah mending cuman segitu, lah Digar ...."
"Papa belum cerita ya wahai daun binahong," kesal Jeff menatap ekspresi datar Digar.
"Udah ketebak sih endingnya, paling temen udah pada nikah buat yang ketiga atau keempat kalinya. Dan Papa masih jomblo."
"Gak usah bener gitu ngomongnya," ucap Jeff sambil menggetok dahi anaknya.
"Adek kamu udah tidur?"
"Udah."
"Mau minum bareng, nggak?" tawar Jeff. Ia mengangkat winenya di depan wajah.
"Maaf, ada hati yang harus kujaga."
"Ini udah tengah malam, gak usah bikin orang naik darah."
"Ya, benerlah. Terlalu sering minum alkohol bisa merusak hati," jelas Digar lalu menaikkan sebelah alisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Resilience; AlGar
AcakSeseorang yang disebut 'anak haram' pun berhak bahagia, tapi nyatanya Alby tak pernah merasakannya. Rasa sakit sudah menjadi bagian dari dirinya sejak kecil namun, yang paling menyakitkan adalah saat ia dijual oleh ibu kandungnya sendiri.