30- Don't Walk Away

13.9K 1.7K 670
                                    

Kini tiba lah ketiganya di mansion saat matahari sudah berganti bulan. Setelah mendengar kabar duka itu mereka langsung bersiap dan pergi.

Halaman mansion sudah dipenuhi karangan bunga juga mobil yang parkir. Orang-orang berjas hitam mendominasi tempat ini.

Jeff masuk dengan langkah tergesa. Diikuti dua anaknya di belakang.

Langkah Jeff melambat, matanya menatap kosong ke arah kain putih di tengah sana.

Lututnya ambruk ke lantai. Ia duduk bersimpuh tepat di sebelah tubuh yang sudah terbujur kaku.

Sorotnya menatap kain tipis yang menutupi wajah sang ayah. Dadanya terasa semakin sesak. Ia mengeratkan rahang saat cairan bening berlomba-lomba keluar dari matanya hingga membuat penglihatannya buram.

Walau kehilangan ini menghancurkan hatinya, Jeff tak akan membiarkan air matanya menetes di hadapan jasad sang ayah. Ia tak ingin membuat ayahnya sedih.

"Papa, I miss you so much," lirihnya tersenyum getir.

Ucapannya persis seperti terakhir kali ia pulang, tapi bedanya sekarang Logan tak akan melayangkan tongkat padanya lagi.

"Maaf datangnya telat, soalnya nggak bisa teleport." Jeff menggigit bibirnya yang gemetar.

"Jangan cari tongkatmu, pergilah dengan tenang. Mama sudah menunggu," lanjutnya.

Alby memejamkan mata. Cairan bening mengalir bebas di pipinya kala mendengar suara lirih nan bergetar milik Jeff. Nada pilu yang ia tutupi malah membuatnya semakin jelas.

Tak ada yang bisa menyembunyikan kesedihan mendalam saat kehilangan orang tercinta.

Malam kian larut, duka bersatu lara makin tersulut.

Jeff berdiri di balkon tingkat atas. Pandangannya kosong menatap gelapnya langit. Sesekali embusan angin menerbangkan helaian rambutnya. Ia tak acuh pada dingin yang membalut tulang.

"Ternyata kamu di sini."

Suara seseorang menginterupsinya namun, Jeff tetap bergeming. Tak perlu menoleh pun ia sudah hapal luar kepala suara kakak pertamanya ini.

"Aku harap papa bener-bener pergi karena umurnya, bukan karena yang lain," ucap Jeff setelah hening sejenak.

Mino melirik Jeff yang memasang wajah datar. "Memangnya apa yang lain?"

"Kamu tau maksudku."

Tawa kecil Mino mengudara. "Aku nggak sejahat itu Jeff."

"Tapi kenyataannya begitu," balas Jeff dingin.

"Kamu tau papa udah renta. Dia nggak pernah bener-bener sehat. Aku bersumpah kepergian papa murni karena memang waktunya," jelas Mino apa adanya.

Dengan begitu tanganku tetap bersih, sambungnya dalam hati.

"Kuharap iya."

Lalu keduanya diam dengan pemikiran masing-masing.

"Alby mana?" tanya Mino membuat jantung Jeff berdetak kencang.

"Udah tidur," balasnya setenang mungkin.

"Ooh, pasti anakku capek banget habis perjalanan jauh," balas Mino terdengar sangat santai.

"Dia anakku, bukan anakmu," seru Jeff rendah.

Ia berusaha bersikap seolah tak tahu semuanya.

Mino hanya tersenyum miring lalu memandang langit.

"Sekarang Bungzhu sudah nggak ada lagi yang melindungi." Mino menekankan panggilan kesayangan Logan untuk Jeff.

"Kenapa? Mau lakuin apa?" tanya Jeff melirik sinis.

[✓] Resilience; AlGar Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang