25- Behind That

17.7K 2K 541
                                    

"Udah sekitar sebulan lebih kita belajar aktif, sekarang free lagi, uyey!" pekik Cevya saat sudah menyelesaikan catatan sambil merilekskan otot tangannya.

"Kalian mau ikut lomba nggak, Beb?" tanya Juwita sambil memasang hair roller di poninya.

Dua minggu lagi akan diadakan bermacam lomba selama empat hari dalam rangka memeriahkan hari kemerdekaan Indonesia.

Alby menyandarkan tubuhnya dengan satu kaki naik ke kursi. Dua tangannya memeluk lututnya guna menekan perutnya yang kembali terasa sakit sejak pagi tadi.

"Gue mau jadi siswa yang aktif," sahut Alby.

"Wow, mau ikut berapa lomba nih?"

"Lomba vokal aja, Beb. Terus nyanyinya gugur bunga," saran Juwita.

"You thinking lomba hari pahlawan."

"Duamat, yang penting lagu nasional."

"Lomba makan kerupuk aja. Kalah menang dapet kenyang," saran Cevya.

"Kalo gak segede gapura mana kenyang, Beb."

"Apa si, gue mau aktif nonton maksudnya," sela Alby.

"Pen gue gebuk anjer!" Cevya emosi seketika.

"Your mouth pen tak sumpel kapas." Juwon di sebelahnya paling geregetan.

"Majuan sini, Beb. Biar enak ngegulung lambenya." Juwita menunjukkan satu hair roller lain yang ia ambil dari tasnya.

Alby tertawa mendengar respon mereka membuat perutnya makin terasa menusuk.

"Gue males ikut lomba, ntar juara satu."

"Duamat, ya, Beb. Semerdeka lo aja lah!" geram Juwita.

Lagi-lagi Alby terkekeh kecil. "Kalo kalian gimana? Mau ikut emangnya?"

"Gue mau ikut fashion show, tapi gue takut ...," ujar Juwita menggantung.

"Takut apa?" tanya mereka bertiga kompak.

"Takut mereka kira ada bidadari nyasar ke bumi. Terus gue mendadak seleb," jawabnya seraya mengibaskan rambut.

Mereka kembali kompak memasang wajah datar.

Cevya menyentuh dahi Juwita. "Panas gais."

"Tokay!" umpatnya sambil menepis tangan Cevya.

"Dah lah, Beb. Kita nontonin lomba aja. Apalagi futsal, behh cuci mata," ucap Cevya seraya menepuk-nepuk bahu Juwita.

"Mang nggak pernah salah lo, Beb. Apalagi kalo ada Kak Digar!"

"Anjerr auto berubah jadi konser!"

"Eh, tapi Kak Digar ikut nggak, Al?" tanya Juwita menatap Alby yang kini sedikit menunduk dengan wajah yang meringis.

"Weh, Alby lo kenapa?!"

"Bro, are you sick? Your face keliatan pucat."

"Perut gue sakit," rintihnya tertahan.

Seketika mereka terlihat panik. Ketiganya tahu tentang penyakit Alby karena anak itu yang memberitahu setelah mereka yang penasaran mengapa Alby selalu membawa bekal.

Yah, selama sebulan ini mereka saling berbagi cerita satu sama lain.

"Ke UKS hayok cepet!" desak mereka.

"Ke UKS apaan, udah mau jam empat ini. Sepuluh menit lagi pulang," balas Alby.

"Terus lo gimana ini?!"

[✓] Resilience; AlGar Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang