Alby sedang duduk santai di bawah pohon rindang sembari mengoleskan salep ke tangannya yang terdapat lebam.
Ia menikmati semilir angin yang menyejukkan. Arus sungai di hadapannya menambah ketenangan.
Ini adalah tempat mereka mengobati luka fisik maupun batin. Tempatnya berada di dekat hutan. Sengaja menjauh dari orang-orang kampung yang sering memandang mereka sebelah mata.
"Alby." Suara serak nan bergetar itu tiba-tiba menyapa pendengarannya.
Alby segera menoleh dan mendapati Lynn dalam keadaan sangat kacau. Rambutnya sedikit berantakan, dan wajahnya penuh dengan luka, pun tubuhnya banyak terdapat memar.
Sebenarnya Alby sudah sering melihatnya, tapi kali ini lebih parah.
Ditambah cewek itu menangis sesenggukan. Hal yang jarang ia lakukan meski tubuhnya terasa remuk redam sekalipun.
Alby membawanya duduk di sebelahnya. Ia merangkul Lynn seraya mengusap bahunya, mencoba menenangkan.
"Aku dikeluarin dari sekolah karena mereka udah tau." Lynn akhirnya membuka mulut setelah merasa tenang.
"Terus ayahmu mukulin kamu lagi kan makanya nangis kayak gini?" tebak Alby seraya membasahi kapas dengan air.
Lynn menggeleng. "Aku udah biasa dipukulin, ngapain nangis," jawabnya tersenyum tipis.
"Terus?" Alby mulai membersihkan luka yang ada di wajah Lynn.
"Guru ngedesak aku buat ngasih tau siapa pelakunya, tapi karena aku diancam dia sebelumnya, aku terpaksa nyebut nama orang lain yang dia suruh."
Mata Lynn kembali berkaca-kaca, ia sangat merasa bersalah.
"Ponakan dajjal emang!" maki Alby tersulut emosi.
"Lagian kenapa ditutupin? Bilang kek siapa pelakunya," kesal Alby terlebih ia juga penasaran siapa pelakunya karena Lynn memilih untuk bungkam.
Lynn menggeleng, "percuma."
"Kamu nggak mikirin gimana nasib orang yang kena tuduh?" tanya Alby tak habis pikir.
"Ya, aku tau aku bodoh. Aku nggak bisa berpikir jernih tadi. Dia ngancam mau ngebantai semua keluargaku."
"Dia bilang ini konsekuensi aku karena pertahanin dia," tambah Lynn seraya menyentuh perutnya yang masih rata.
"Biadab, segitunya nggak mau ninggalin jejak. Dia pikir kamu mertahanin bayinya buat tes DNA apa kek sinetron? Tolol banget."
"Siapa juga yang mau minta pengakuan dari iblis, cih." Alby mendecih seraya memasangkan plester luka.
Lynn tersenyum melihat Alby yang misuh-misuh.
"Kamu tau, nama yang aku sebut itu sepupunya sendiri. Dia bilang sepupunya nggak akan bisa bertindak apa pun jadi nggak bakal ketauan." Lynn melanjutkan perkataannya yang sempat teralihkan.
"Gila banget nuduh sepupu sendiri. Ama keluarga aja jahat apalagi orang lain," komentar Alby.
"Dan ternyata bener, sepupunya ini nggak ada pembelaan pas dipanggil guru."
"Lebih tepatnya dia nggak bisa bela diri karena pas pesta malam itu dia mabuk."
"Itulah bunda kenapa mabuk diharamkan karena menimbulkan banyak mudarat," celetuk Alby.
Lynn tersenyum geli, " kamu kenapa malah ceramah?"
"Kan aku calon guru BK."
Lynn hanya manggut-manggut lalu melanjutkan ceritanya. "Dia bahkan mau tanggung jawab."
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Resilience; AlGar
RandomSeseorang yang disebut 'anak haram' pun berhak bahagia, tapi nyatanya Alby tak pernah merasakannya. Rasa sakit sudah menjadi bagian dari dirinya sejak kecil namun, yang paling menyakitkan adalah saat ia dijual oleh ibu kandungnya sendiri.