12

699 109 12
                                    


^^^

"Aneska, saya kecewa sekali sama kamu," ucap Bimo, Guru BK berkumis tipis itu pada Aneska.

"Bapak liat kan, seragam saya kotor gara-gara dia?" tanya Aneska dingin.

"Iya, Ana juga salah disini. Tapi bapak minta, lain kali jangan main kekerasan, kamu kan perempuan. Gak pantas main kekerasan," ucap Bimo menasihati. Aneska tersenyum miring.

"Emang ada ya, orang yang nerima direndahin didepan orang banyak? Apalagi disiram pake air kotor. Bapak rela gak saya siram bapak kayak Ana nyiram saya?" tanya Aneska balik menyudutkan.

"Kamu ini, menjawab saya terus!" ucap Bimo frustasi dengan siswi dihadapannya.

"Ya sudah, sekarang kalian berdua bapak hukum membersihkan WC siswi, kalo 2 kali lagi kamu berulah, gak segan-segan bapak beri kamu surat peringatan. Dan kamu, Ana, jika kamu berulah satu kali lagi disekolah ini, bapak gak segan-segan buat D.O kamu dari sini," ucap Bimo pada akhirnya. Pria paruh baya itu sungguh malas jika dihadapkan dengan murid bernama Aneska itu.

"Makasih, Pak. Saya permisi," Aneska berdiri dari duduknya dan meninggalkan ruangan tersebut. Terlihat Ana mengekori dirinya.

"Motivasi Lo malu-maluin Gue apa, hah? Lo pikir Gue bakalan malu? Yang ada Lo yang Gue malu-maluin," ucap Aneska sinis membuat Ana mengepalkan tangannya kuat-kuat.

"Dasar saiko, goblok!" umpat Ana benci. Ia benar-benar ingin melenyapkan Aneska saat ini juga. Awas saja!

Mereka berdua kini tiba di depan toilet siswi untuk mengerjakan hukuman. Ana yang melihat toilet kotor itu terlihat ogah-ogahan.

"Iww, sia-sia Gue manicure-an kemaren,"

^^^

Hari ini Aneska memilih pergi ke kantin karena ia lupa tak membuat bekal. Gadis itu memakai jaket hitamnya untuk menutupi seragamnya yang kotor. Saat diperjalanan menuju kantin, semua orang terlihat terus berbisik-bisik seraya menatapnya. Ya, tidak semua, ada juga yang acuh.

"Ana! Lo dari mana aja, njir!" teriak Mona dari kejauhan.

"Iiihhh! Gue disuruh bersihin toilet cewek yang kotor dan bau itu! Mana harus meres kain pel. Mampus deh nail Gue yang mahal ini," keluh Ana menunjukkan kukunya.

"Lagian sih, nantang bener Lo, Na," ucap Lexi seraya tertawa.

"Awas aja. Gue bakalan bikin tuh cewek hidup gak tenang! Disini bisa aja dia menang, tapi Gue jamin diluar ini, mampus sekarat tuh cewek!" ujar Ana penuh amarah.

Aneska yang mendengarnya hanya tersenyum sinis dan menghampiri stan makanan. Ia kali ini memilih memesan mie ayam dan juga es teh manis.

Setelah pesanan siap, Aneska pergi duduk disalah satu bangku yang ada di pojok dan menyantap makanannya.

"Lo tau? Gue dimarahin nyokap Gue gegara bawa cewek ke rumah, njir. Padahal kan wajar aja cowok bawa cewek ke rumah, ya kagak?" papar Farel seraya mencebikkan bibirnya.

"Mamvos, karma fakboy ya gitu," ucap Gevan tertawa.

"Yee, daripada jomblo karat," ujar Farel menunjuk Gevan.

"Enak aja Lo!"

"Dra, kenapa berenti?" tanya Farel heran ketika Ravindra berhenti tiba-tiba. Cowok itu nampak memandang  apa yang ada dihadapannya. Tatapannya sungguh sulit diartikan.

"Saiko duduk di tempat kita, cuk!" bisik Farel pada Gevan.

"Huuh, kudu gimana kita?"

Ravindra nampak berjalan ke arah tempat duduk yang diduduki Aneska. Cowok itu menampakkan wajah dinginnya dan duduk disana. Aneska yang merasakan itu, otomatis mendongak.

Rewrite Destiny [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang