6

946 154 11
                                    

^^^

"Sekarang Lo mandi," ucap Ravindra dengan wajah datarnya membuat Aneska cengo.

"Hah?" apakah Aneska tak salah dengar?

"Iya, mandi,"

"Lo pikir Gue cewek murahan apa?!" sentak Aneska murka. Berani-beraninya cowok itu menyuruh Aneska mandi dirumahnya, dikamar cowok itu.

"Gak usah mikir aneh-aneh, Lo Gue suruh mandi di kamar tamu," ucap Ravindra santai.

"Gue mau pulang aja," ucap Aneska datar.

"Gak, pokoknya Lo harus tinggal di rumah Gue dulu. Liat muka Lo. Emang Lo mau luka Lo yang masih basah itu ditambah lagi hari ini?" tanya Ravindra menyunggingkan senyum miring.

"Lo pikir ini karena siapa hah?!" sungut Aneska benar-benar tersulut emosi. Jika saja ia tak ingat bahwa ia tengah berada dirumah cowok itu, mungkin saja Aneska menusukkan pisau yang tertancap di tasnya pada dada bidangnya.

"Gue udah minta maaf kan?" tanya cowok itu datar. Tadi pagi saja cowok itu mengemis-ngemis minta maaf padanya dengan wajah memelas, sekarang sikap dinginnya kembali lagi membuat Aneska muak.

"Gak usah sok cool," ucap Aneska memutar bola matanya malas.

"Dimana kamar tamunya?" tanya Aneska malas.

"Disebelah kanan kamar Gue," ucap Ravindra yang diangguki Aneska.

Gadis itu kini keluar dari kamar Ravindra dan menuju kamar yang ditunjukkan cowok itu. Aneska kagum, kamar ini tertata rapi dengan desain mewah membuat kamar tersebut serasa seperti hotel bintang 5.

Aneska memasuki kamar tersebut dan menaruh tasnya di sofa yang telah disediakan disana. Aneska lupa menanyakan baju ganti untuknya. Ah! Malas sekali jika harus menanyakan itu pada Ravindra. Aneska memilih untuk men-cek lemari yang ada disana, siapa tahu ada baju atau apa.

Betapa terkejutnya Aneska ketika lemari tersebut terbuka. Pakaian perempuan beserta dalamannya juga tersedia disana. Apakah ini benar-benar kamar tamu? Aneska memilih bertanya terlebih dahulu pada Ravindra daripada ia salah.

"Heh, itu beneran kamar tamu?" tanya Aneska saat tiba dikamar Ravindra.

"Hm,"

"Gue boleh pake baju gantinya?" tanya Aneska lagi.

"Hm,"

"Makasih!" Aneska keluar dari kamar cowok itu dan membanting pintu cukup keras, tak mengingat bahwa ia kini tengah berada di rumah orang. Habisnya cowok itu sungguh menyebalkan.

Aneska kembali ke kamar tamu yang lebih seperti kamar ratu menurut Aneska. Gadis itu memilih baju ganti disana. Ah! Ia lupa jika orang tua Ravindra tak mengetahui jika dirinya akan menginap disini. Terpaksa ia harus ke kamar cowok itu lagi.

Saat membuka pintu kamar cowok itu, Aneska sontak menutup wajahnya dengan kedua tangan. Ia merasa malu sekali kali ini. Tentu saja. Saat ini Ravindra tengah telanjang dada memperlihatkan roti sobek yang benar-benar sempurna.

"Kenapa Lo gak pake baju, bangsat!" umpat Aneska masih menutupi wajahnya.

"Salah siapa gak ketuk dulu,"

"Gue mau bilang kalo nyokap Lo kan belom tau kalo Gue mau nginep di rumah Lo," ucap Aneska to the point.

"Iya, Gue bilangin nanti," ucap Ravindra datar.

Aneska sudah tak ada keperluan lagi dengan cowok itu. Gadis itu keluar dari kamar Ravindra dan kembali ke kamar tamu. Aneska sungguh ingin buru-buru membersihkan badannya karena sudah lengket. Sebenarnya malas sekali mandi karena lukanya selalu saja terasa pedih ketika terkena air. Namun, apa boleh buat, masa iya dirinya tak mandi.

^^^

19.00

Aneska, Ravindra dan juga Rangga yang ada dikamar atas dipanggil oleh Mrs. Paul untuk makan malam. Ketiganya turun ke bawah bersamaan menuju meja makan. Rangga terlihat mengobrol akrab dengan Aneska sedangkan Ravindra hanya menyimak.

Oh iya, Ravindra memberitahu pada mamanya soal Aneska yang menginap dirumahnya menggunakan alasan bahwa Aneska tengah dikejar-kejar penjahat. Ravindra juga menunjuk luka diwajah dan tubuh Aneska yang nampak sebagai penguatnya. Mrs. Paul tentu saja mengizinkannya.

"Selamat makan, sayang, jangan malu-malu ya, anggap aja rumah kamu sendiri," ucap Mrs. Paul ramah.

"Iya Tante, makasih," ucap Aneska tersenyum.

"Oh, iya, kenalin ini Om Paul, papanya Andra sama Rangga, suami tante Paul, hehe..." ucap Mrs. Paul memperkenalkan seseorang yang baru datang menghampiri meja makan.

"Iya Tante, Om, selamat malam," Aneska lagi-lagi tersenyum. Mungkin hari ini adalah hari yang sangat langka bagi seorang Aneska karena ia banyak tersenyum disini. Mr. Paul hanya mengangguk dan tersenyum singkat.

"Selamat makan semuanya," ucap Mrs. Paul mempersilahkan semuanya memakan makanannya. Mrs. Paul adalah orang yang paling antusias dan banyak bicara disini.

"Gimana? Makanannya enak nggak, sayang?" tanya Mrs. Paul saat Aneska baru mencicipi makanannya.

"Enak Tante," ucap Aneska tersenyum.

"Ngomong-ngomong tante mau cerita sedikit, kamu pasti belum tau, bahkan anak-anak Tante yang ganteng-ganteng ini juga belum tau lho," ucap Mrs. Paul antusias. Aneska mengangguk pertanda ingin mendengarkan ceritanya dengan senang hati.

"Kalian tau nggak, Om Paul ini dulu susah... Banget buat didapetinnya. Orangnya cuek, dingin gitu. Dulu dia benci banget sama Tante. Ya sekarang aja kita nikah dijodohin, itupun karena keinginan Tante. Awalnya dia cuman suka sama satu cewek. Dia itu cantik... Banget, baik, ramah, terus sering adu mulut juga sama Tante. Ya dulu Tante ngejar-ngejar papanya Rangga mulu, jadinya cewek cantik itu sering dilabrak meskipun gak punya dosa," paparnya diakhiri kekehan.

"Terus nih ya, dulu Tante itu bandelnya gak ada tanding. Malu deh ceritanya. Pernah suatu hari Tante labrak cewek yang disuka papa Rangga. Parah banget labraknya, sampe jambak-jambakan gitu. Tapi sayang, dia meninggal pas kebakaran sekolah kita tahun 2003 pas kita masih kelas XI, namanya Nabila, Tante juga kangen sama dia,"

"Uhukk!" Aneska yang mendengar nama dan penyebab meninggalnya cewek yang diceritakan Mrs. Paul sontak terbatuk kaget.

"Tuh, kan. Mama sih cerita mulu, keselek kan, anak orang," ucap Rangga sedikit kesal karena mamanya itu sangat suka sekali bercerita.

"Kamu kenapa, sayang? Minum dulu. Aduh maafin tante, pasti karena Tante kebanyakan cerita ya, jadi gak fokus makannya," ucap Mrs. Paul merasa bersalah. Aneska langsung meminum sedikit air putih yang ada dihadapannya.

"Gak papa Tante, ini Aneska aja yang makannya kecepetan," ucap Aneska tersenyum kikuk.

"Maafin Tante..." ucap Mrs. Paul lagi benar-benar merasa bersalah. Aneska mengangguk seraya tersenyum pertanda tidak ada yang perlu dikhawatirkan darinya.

Aneska diam-diam melihat wajah Mr. Paul dan Mrs. Paul secara bergantian. Jika dilihat-lihat, wajah mereka memang mirip dengan 2 sosok di masa lalunya, hanya saja terdapat sedikit keriput dan wajah mereka yang tampak lebih dewasa. Aneska benar-benar bingung saat ini. Apakah ia benar-benar dipertemukan dengan Carlos dan Kiara? Kenapa semua ini terasa saling terhubung? Rencana apakah yang tengah Tuhan persiapkan selanjutnya?

^^^

Semoga suka

Salam hangat

ruangwp

Rewrite Destiny [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang