25

283 44 31
                                    

Masih di Perpustakaan nggak, ya?

Kalau lupa-lupa, kalian bisa baca ulang dulu part sebelumnya, maafkaaan....

^^^

Aneska kini sibuk memainkan bolpoin seraya mendengarkan penjelasan sejarah yang membosankan. Semua verbal yang keluar dari mulut pengajar sama sekali tak ada yang memasuki otak gadis itu. Malah, rasanya pelajaran sejarah seperti lagu nina bobo yang membuat semangat belajar menguap begitu saja.

Terlebih lagi, tadi malam ia terjaga hingga pukul 3 pagi hanya untuk mengerjakan tugas-tugas yang tertinggal selama beberapa hari akibat ia yang dirawat di rumah sakit.

Ia pun sekarang memilih menenggelamkan wajahnya di lipatan tangan, dan berselancar dengan mimpi-mimpi indah. Namun--

Tukk!

--saat hampir terlelap, tiba-tiba sesuatu mengenai lipatan tangannya. Saat di lihat, nampaklah sebuah pesawat kertas tergeletak di sana. Siapa yang berani-beraninya mengirim benda ini?

Tanpa berpikir lama, Aneska langsung menyomot benda tersebut dan membuka tiap lipatan dari kerajinan kertas tersebut. Yah, mungkin saja kan didalam ada tulisannya?

Saat kertas tersebut sudah menampakkan permukaan, benar saja, terdapat beberapa torehan kata yang cukup panjang.

"Kevin?" gumam Aneska kala membaca baris kedua dari surat tersebut.

To : Aneska
From : Kevin

Aneska, hari ini gue mau time travel. Gue mau coba lihat apa yang selanjutnya akan terjadi. Ini gak akan terlalu lama. Gue harap, lo lakuin hal yang tepat selama gue gak ada.

Selesai membaca surat tersebut, kedua alis Aneska menaut tajam, "Time travel?"

"Emang beneran bisa, ya?" gumam gadis itu masih merasa heran.

Masa bodoh lah. Apapun itu, Aneska hanya mengharapkan yang terbaik untuk laki-laki itu. Lagipula, kenapa dia serajin itu hingga ingin turut andil dalam masalah hidupnya?

"Aneska," panggil guru sejarah ber-name tag 'Gumilar Tirtoyono'.

"Iya, pak?"

"Bisa diperhatikan sebentar?"

"Iya, pak,"

Dikarenakan mendapat teguran, mau tak mau gadis itu melipat kembali kertas tersebut dan menyimpannya di laci meja, lantas memperhatikan pria paruh baya yang melanjutkan penjelasan.

^^^

Kriiing....

Entah ada dorongan dari mana, saat bel istirahat berbunyi, Aneska tiba-tiba merasa terpanggil untuk ke kantin. Biasanya saat jam istirahat begini yang hanya ingin dilakukan adalah tidur atau tidak, membaca novel di belakang sekolah. Ah, mungkin efek tadi pagi tak sarapan terlebih dahulu.

"Saiko! Eh salah! Aneskaa! Kata Ravindra sini cenah!" teriak Farel kala Aneska sudah tiba di mulut kantin.

Akibat perbuatan cowok tak jelas itu, Aneska sekarang jadi pusat perhatian seluruh siswa-siswi yang ada di kantin. Gadis itu kini hanya bisa menatap tajam ke arah Farel dan sesegera mungkin menghampirinya, agar ia bisa menjewer kuping cowok itu, bila perlu hingga copot sekalian.

"Lo ngapain teriakin nama gua, hah?" tanya Aneska tajam.

"E-Eh, jangan marah dulu, Nes. Gue disuruh nih anak," ucap Farel seraya menunjuk Ravindra yang tengah bermain ponsel.

Rewrite Destiny [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang