39

45 9 0
                                    

^^^

"Helen yang lain belum pada datang?" tanya Zayn pada seorang siswi yang tengah duduk di pojok ruang osis, ia terlihat menulis sesuatu pada sehelai kertas beralaskan papan dada.

"Kayaknya pada ke kelas dulu, deh, Zayn." balas Helen tanpa mengalihkan pandangannya dari kertas yang tengah ia geluti.

"Kita disuruh buat beresin lapangan sama Pak Bimo. Genangan air sisa hujan kemarin bikin lapangan becek. Gue minta tolong sama lo buat kasih tahu anak lainnya," 

Helen terlihat mengangguk. "Nanti gue kondisikan,"

"Gue cabut dulu kalau gitu, gue ada urusan bentar," pamit Zayn.

Helen yang mendengarnya lantas mengangguk saja dan memperhatikan langkah Zayn yang keluar dari ruangan. Yeah, begitulah Zayn, dia tipe orang yang tak suka berbasa-basi.

Helen yang paham dengan tugasnya terlihat beranjak dari kursi hingga nampaklah betapa menjulangnya tinggi badan cewek itu, jika diukur mungkin sekitar 178 cm, mengalahkan tinggi badan Zayn yang hanya 173 cm. Rambutnya yang selalu diikat kuda dan langkah kaki yang tegap bergaya laki-laki tersebut membawa kesan tomboy dan ketegasan pada dirinya. Kedisiplinan tinggi dan kemampuan bela diri yang ia miliki juga seakan mendukungnya untuk menjadi seorang pawang bagi anak-anak badung di sekolah. Itulah yang membuat Zayn mempercayakan Helen sebagai partner bekerjanya. Ya, Helen merupakan wakil ketua osis di SMA Karisma.

Beberapa menit menempuh perjalanan, Helen akhirnya tiba di depan gerbang sekolah yang sudah terdapat beberapa anggota pengurus osis disana. Ia sekarang merasa jengkel karena menurutnya terlalu banyak yang menjaga gerbang disana. Gadis itu lantas bertolak pinggang dengan tatapan mengintimidasi dan bersiap menyemprot mereka.

"Kenapa disini semua, huh?" tanya Helen dengan nada normal namun tajam. Delapan orang siswa-siswi berjas biru tua yang tengah mengobrol dan tertawa ria sontak menoleh ke arah Helen dengan tatapan terkejut dan perlahan bungkam, menundukkan kepala.

"A-anu, kak. Kita baru datang, kita disini ngobrol sebentar, sekalian langsung jaga---"

"Sengaja biar nggak ke ruang osis dulu?"

Helen terlihat menghela napas. "Yang jaga disini cukup 3 orang, yang cewek semuanya ikut gue! Kita disuruh beres-beres lapangan sama pak Bimo." ucapnya.

Lima orang siswi yang Helen panggil pun sontak mengangguk dan pergi dari sana. Gadis itu sendiri mengikuti mereka dari belakang untuk memastikan mereka mengikuti apa yang ia perintahkan.

Di tengah perjalanan, diantara mereka tidak ada yang saling bicara, hanya terjadi saling senggol menyenggol saja diantara siswi-siswi yang tadi Helen panggil. Ia hanya memutar bola matanya malas melihat kegiatan mereka.

BUKK!

Saat menyusuri koridor kelas, tiba-tiba terdengar sebuah suara keras yang letaknya tidak begitu jauh dari tempat mereka berdiri. Terlebih saat ini keadaan sekolah masih sepi, hanya ada beberapa orang saja yang sudah berada di lingkungan sekolah. 

Helen yang penasaran dengan suara tersebut lantas berjalan mendekati gudang dibawah tangga, yang diduga merupakan sumber dari suara tersebut. Siswi-siswi lain yang tadi berjalan dengannya pun membuntuti dari belakang.

Saat ia sudah berdiri di depan pintu, jemari-jemari lentik Helen menyentuh tuasnya. Digerakannya tuas tersebut kebawah hingga terdengar bunyi klik serta decitan nyaring akibat engsel yang tua dan gesekan bawah pintu dengan lantai.

Rewrite Destiny [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang