22

343 56 38
                                    

Kalau kalian rada lupa sama alurnya, kalian bisa baca dulu part sebelum ini yaaw^^

Happy Reading♡

^^^

Langit mendung sedari tadi tak kunjung menunjukkan perubahan. Malah semakin memburuk. Awan hitam terlihat mengeluarkan semburat putih seakan membelah langit, diikuti suara gemuruh yang akan mengejutkan siapapun yang mendengarnya.

Aneska yang sekarang tengah berada di jok belakang motor Kevin mendongak kala merasakan bulir air cukup besar mengenai keningnya. Sebentar lagi pasti akan hujan deras. Mana ini tempat sepi, lagi.

"Aneska, kita neduh dulu aja, ya. Mau hujan nih kayaknya," ucap Kevin yang langsung diangguki Aneska.

Motor Kevin kini nampak memelankan lajunya dan mengarah ke pinggir jalan yang terdapat halte tua di sana.

Duarr!

Lagi-lagi suara petir membuat Aneska tersentak. Dari dulu petir memang salah satu hal yang paling Aneska benci karena itu sangat membuat gelisah.

"Pasti bakalan deras banget hujannya," ucap Kevin lantas menurunkan standar motornya dan mengajak Aneska turun untuk menuju halte.

Terlihat sekarang, bukan hanya setetes dua tetes yang turun, melainkan ratusan bahkan ribuan mungkin. Aspal yang terkena guyuran hujan pun menimbulkan bau khas menyeruak ke rongga hidung. Beruntung mereka sampai di bangku halte tepat waktu.

Aneska dan Kevin melepaskan helmet yang masih setia di kepala mereka dan menyimpannya di bangku tersebut. Aneska yang merasakan tubuhnya mendapatkan semilir dinginnya udara, melipat kedua tangan dan mengusap pelan kedua sikut. Tak cukup dengan itu, kini ia menggosokkan kedua tangan untuk mendapatkan sedikit kehangatan.

Kevin yang melihat itu terlihat merasa kasihan dengan Aneska. Namun, apa yang harus dilakukannya? Ia sama sekali tak membawa jaket hari ini. Apakah ia harus memeluknya?

"Nes, lo kedinginan, ya?" Aneska menoleh kala Kevin bicara.

"Dikit," ucap Aneska dan mengalihkan pandangannya kembali lurus ke depan.

Sedangkan Kevin, cowok itu terlihat mendekatkan tubuhnya pada Aneska. Tangan yang semula terlipat pun kini beralih pada kedua bahu gadis disampingnya.

Aneska yang terkejut mendapati tangan Kevin di samping lengannya lantas mendongak. Kini ia dapat melihat dengan sangat jelas wajah Kevin yang sangat mempesona. Hidung bak perosotannya nyaris saja mengenai hidung milik Aneska.

Nih cowok kenapa berani banget?

"K-kevin, apa yang lo lakuin?"

"Cuman berusaha buat hangatin badan lo." ucap Kevin santai.

Semoga jantungnya yang tengah bergemuruh ini tak terdengar oleh Kevin. Bagaimana bisa ada cowok yang berani sedekat ini dengan Aneska?

"V-vin, gak usah peluk gua, gua gak kedinginan, kok," ucap Aneska tersenyum kaku.

"Gak papa, sekalian gue juga mau hangatin diri gue,"

Entah kenapa, Aneska tak memberontak. Ia merasa nyaman berada dipelukan Kevin seperti ini. Arghh! Kenapa ia jadi murahan seperti ini?

Yang bisa Aneska lakukan hanyalah diam. Menatap setiap tetesan air hujan yang terus menerjang bumi. Rasanya memang menenangkan. Ia pun hanyut dalam lamunannya, ditemani nafas hangat Kevin yang bersandar di bahu sebelah kanannya.

Duarr!

Kesekian kalinya suara petir menginterupsi lamunannya. Aneska sekarang berdecak kesal. Kapan hujan ini berhenti? Ini sudah semakin sore, dan pasti ia akan terlambat untuk bekerja di restoran.

Rewrite Destiny [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang