26

507 52 45
                                    

^^^

Hujan yang amat deras ini membuat beberapa murid tertahan di sekolah. Tak mungkin bagi mereka yang tidak membawa payung atau jas hujan untuk menerobos tumpahan air dari langit ini. Mungkin bisa saja, tapi habis sudah baju mereka basah kuyup.

Aneska selalu benci keadaan ini. Kenapa pula ia selalu menyepelekan saat musim hujan seperti ini? Harusnya ia membawa jas hujan atau payung yang ditawarkan Mrs. Paul tadi pagi. Sialnya lagi, ponselnya kini habis baterai karena semalam ia tak men-charge penuh.

Ia sekarang hanya bisa melamun mengamati rintik air tengah mencium permukaan bumi, yang menimbulkan cipratan dan suara gemuruh menenangkan, membuat mata blur tiba-tiba.

"Razella! Lo dimana, hah?! Kenapa lu absen?! Gue sendirian tau!" suara seseorang yang berteriak tak jelas pada smartphone mengalihkan perhatian Aneska dari acara melamunnya. Meskipun posisinya kini masih membelakangi koridor kelas, dimana itu merupakan tempat lewat siswa-siswi yang ingin pulang.

"Zel, kenapa nangis??"

"Ck! Zel, lo kenapa?!"

"Om Fahri? Om Fahri kenapa?"

Beberapa saat setelah berkata begitu, suara itu tiba-tiba menghilang. Aneska yang bingung lantas menoleh untuk memastikan bahwa orang tersebut masih berada di sana.

Ternyata, di sumber suara, Sandrina nampak mematung. Matanya yang sedikit melebar serta tangan yang disimpan di depan mulut menandakan ada kabar buruk yang baru saja diterima.

"Zel! Gue kesana sekarang! Lo di rumah sakit mana?!" ucap Sandrina tak sabar. Sepertinya apa yang sedang terjadi, sama seperti apa yang tengah Aneska pikirkan sekarang.

Aneska melihat adik kelasnya itu berlari menuju parkiran tanpa payung atau jas hujan. Nekat sekali memang.

Tunggu. Berbicara soal Sandrina, kenapa tadi ia tak memanggilnya sejenak dan membuat janji bertemu? Ah, ia sungguh pelupa. Jadilah dirinya mungkin nanti harus pergi ke rumah sakit untuk menyusul, yah, sekalian menjenguk Aksa juga, sih.

^^^

"Assalamu'alaikum,"

"Waalaikumsalam ... kok kamu baru pulang?" tanya Mrs. Paul saat kaki Aneska menginjakkan kakinya di dalam rumah.

"Nunggu hujan reda dulu, tante, soalnya tadi hujannya deras banget," ucap Aneska lantas mencium punggung tangan Mrs. Paul.

"Andra mana?"

"Masih sama teman-temannya, mungkin,"

"Ooh, gitu, ya. Tumben banget nggak izin dulu,"

"Ya udah, kamu masuk yuk, mandi dulu, nanti tante buatin susu hangat buat kamu," ucap Mrs. Paul seraya merangkul bahu Aneska dan berjalan memasuki rumah lebih dalam lagi.

"Makasih, tante," Mrs. Paul nampak tersenyum sebagai balasan.

Aneska sekarang berjalan menaiki satu-persatu anak tangga untuk tiba di kamar tidur.

Setibanya di kamar, Aneska seperti biasa membantingkan tas ke sofa, dan mendudukkan dirinya disana dengan tubuh bersandar serta kepala menengadah dengan mata terpejam.

Rewrite Destiny [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang