7

908 137 6
                                    

^^^

Seragam sekolah kini membalut tubuhnya. Aneska bergegas keluar dari kamar dan hendak menuruni anak tangga. Ia akan pamit berangkat sekolah sekaligus berterima kasih pada Mrs. Paul dan juga Mr. Paul karena telah membiarkannya menginap.

Baru saja Aneska keluar dari kamar, sosok Ravindra sudah berdiri tegap saja didepan pintu. Aneska yang melihatnya hanya memutar bola mata malas lantas berlalu dari hadapan cowok itu.

"Mau kemana Lo?" tanya Ravindra seraya menahan tangan Aneska.

"Sekolah, sekalian mau pulang hari ini, makasih udah kasih Gue nginep dirumah Lo," ucap Aneska datar dan melepas pegangan Ravindra.

"Lo gila mau pulang hari ini?"

"Iya lah, Gue gak mungkin terus bergantung sama orang lain. Gue butuh kerja buat ayah Gue,"

"Tapi emang Lo sanggup dapet kekerasan lagi?" tanya Ravindra sinis.

"Eh, Lo pikir Gue nerima kekerasan fisik dan mental dari kapan? Sebelum Gue kenal Lo, bertahun-tahun. Jadi gak usah sok peduli sama Gue, Gue udah biasa sama ini semua. Setelah ini, Gue harap Lo jangan pernah ganggu hidup Gue lagi. Bersikaplah kayak Lo gak ngenal Gue dan jauh-jauh dari Gue, paham, kan?" Aneska tertawa sinis. Meskipun wajah Aneska terlihat baik-baik saja, namun Ravindra dapat menangkap semburat kesedihan di matanya.

"Gak usah sok kuat, Gue tau Lo tertekan,"

"Sok tau,"

Aneska menuruni anak tangga tanpa mempedulikan Ravindra yang menyebalkan. Semenjak kehadiran Ravindra, ia merasa terdapat perubahan dalam hidupnya, dan ia tak suka. Cowok itu selalu saja ingin tahu dan ikut campur urusan keluarganya, yang sebelumnya tak ada seorangpun yang tahu dan seberani Ravindra.

Aneska melihat Mrs. Paul tengah mempersiapkan makanan di meja makan. Aneska merasa ia harus membantunya.

"Tante, boleh Aneska bantu?" tanya Aneska seraya tersenyum.

"Gak usah gak papa, masa tamu disuruh kerja,"

"Gak papa, Tante. Aneska gak keberatan kok,"

"Ya udah, yuk sini,"

Aneska menghampiri Mrs. Paul dan menata meja makan dengan baik. Mrs. Paul yang melihatnya tersenyum.

Kayaknya cocok ya kalo Aneska nikah sama Andra, batin Mrs. Paul terkekeh. Rasanya senang sekali jika dirinya menimang cucu dari mereka berdua.

"Pagi, Ma," Ravindra yang kini tiba di ruang makan menyapa mamanya.

"Eh, gantengnya mama, sini duduk,"

"Aneska juga duduk dulu, Tante mau panggil Om Paul dulu," ucap Mrs. Paul lantas meninggalkan mereka berdua dimeja makan.

Hening. Tak ada yang berbicara disini. Aneska yang cuek dan Ravindra yang dingin. Perpaduan yang sangat mantap. Mereka kini berkecamuk dengan pikiran masing-masing.

Aneska masih memikirkan. Pasti ayahnya siap melayangkan tamparan keras berkali-kali saat ia mengetahui Aneska tak pulang selama 1 hari. Mana dirumah, papanya pasti tak ada yang menyiapkan makanan. Ah! Sudahlah. Itu memang nasib Lo, Aneska.

"Duarr!!" Rangga tiba-tiba menggebrak meja membuat Ravindra dan juga Aneska yang tengah melamun sontak terkejut. Rangga hanya terkekeh melihat ekspresi lucu mereka berdua.

"Diem-diem bae," ucap Rangga menggeser kursi di sebelah Aneska dan mendudukinya.

"Apaan sih Lo, gak jelas!" sungut Ravindra kesal.

"Sensi amat Lo, masih pagi juga,"

"Wah... Udah pada kumpul semuanya ternyata," ucap Mrs. Paul tersenyum dan duduk di meja makan dan diikuti suaminya.

Mereka kini menjalani sarapan pagi bersama. Aneska masih benar-benar tak menyangka ia kini bertemu kembali dengan orang yang dicintainya dulu. Dan laki-laki itu kini sudah bersama wanita yang dulu benar-benar tak diinginkannya. Meskipun kini Aneska sudah bukan Nabila lagi, namun ia bersyukur bisa bertemu dengan Carlos.

^^^

Ravindra berangkat sekolah dengan mobil mewahnya, bersama Aneska duduk disamping cowok itu. Awalnya Aneska bersikeras tak ingin berangkat sekolah dengan cowok itu, namun Mrs. Paul alias Kaira teman war-nya di masa lalu memaksa Aneska. Sikapnya yang memaksa memang tak hilang-hilang. Jadilah Aneska harus berangkat dengan cowok sok cool itu.

Selama diperjalanan, tak ada pembicaraan diantara mereka. Pikiran Aneska kini melayang pada kejadian 17 tahun lalu. Kira-kira Mishall sahabatnya sekarang dimana? Pasti Mishall sudah menikah dan memiliki anak. Ia juga ingin bertemu dengan 2 orang yang benar-benar gila yang merupakan sahabat Carlos.

Beberapa menit menempuh perjalanan, mobil mewah Ravindra semakin dekat dengan sekolah.

"Stop!" perintah Aneska tiba-tiba membuat Ravindra me-rem mobilnya mendadak.

"Apaan sih Lo,"

"Gue turun disini, Gue gak mau seisi sekolah liat Lo barengan sama Gue," ucap Aneska seraya melepas seat belt yang dari tadi menahannya. Aneska membuka pintu mobil tersebut dan keluar darinya.

"Nanti pulangnya Gue anter," Aneska tak menanggapi.

"Makasih tumpangannya," ucap Aneska datar lantas berlari menuju gerbang sekolah. Ravindra yang melihatnya hanya tersenyum dan melajukan mobilnya menuju parkiran.

Seperti biasa. Aneska memasuki area sekolah dengan wajah datarnya membuat siswa-siswi yang hendak memasuki sekolah membiarkan Aneska terlebih dahulu.

Aneska melihat kekacauan-kekacauan yang kemarin ditimbulkan oleh anak SMA sebelah. Pecahan kaca serta batu-batu yang cukup besar terlihat berserakan saat Aneska menyusuri koridor.

"Hai, Kak," seseorang memanggil Aneska di belakang. Aneska hanya menoleh tak menjawab. Begitu terkejutnya Aneska melihat wajah gadis itu yang mirip dirinya dulu.

"Kak, kata Raka, Lo ninggalin novel ini dibelakang sekolah, ya?" tanya gadis itu dengan senyuman menghiasi wajahnya.

"Hm," Aneska mengambil novel horror miliknya dari tangan gadis itu.

"Kak, btw kenalin Gue Sandrina, kelas 10 IPA 3," ucap gadis itu mengulurkan tangannya. Aneska yang melihat itu hanya berlalu tanpa berkata dari hadapan Sandrina.

"Gila, sombong anjir, bilang makasih kek," umpat gadis itu terdengar jelas oleh Aneska.

"SANDRINA!" seseorang memanggil gadis tadi membuatnya menoleh.

"Zel, baru dateng Lo?"

"Gila! Lo tadi abis ngomong sama Kak Aneska?!" tanya Razella, sahabat Sandrina yang benar-benar seperti duplikat dari Mishall.

"Iya, emang kenapa dah?" tanya gadis itu heran dengan sikap heboh sahabatnya.

"Berani banget, Lo, San. Orang satu sekolah aja pada gak berani cuman buat sekedar natap dia," ucap Razella memberi informasi.

"Sampe segitunya? Menurut Gue sih mereka berlebihan," ucap Sandrina santai.

"Lo tau, katanya dia itu psychopath. Makannya orang-orang gak mau berurusan sama dia,"

"Bodo amat. Lo mah soal gosip aja, sampe hapal bener dah," ucap Sandrina terkekeh.

"Tapi Gue ngomongin kenyataan, San," ucap Razella kekeh sedangkan Sandrina berlalu dari hadapan Razella.

"Ish! Tungguin!"

Aneska dari tadi sengaja memelankan jalannya. Samar-samar ia mendengar perbincangan antara 2 orang tersebut dan tersenyum miring. Lucu. Itu yang hanya ia pikirkan. Takdir ini seakan mengisyaratkan bahwa dirinya harus berurusan kembali dengan orang-orang itu. Apakah dirinya dilahirkan kembali karena ada sesuatu yang belum selesai? Apakah kini ia tengah bertugas? Entahlah. Lambat laun semuanya akan terlihat jelas juga.

^^^

To be continue....

Salam hangat,

ruangwp

Rewrite Destiny [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang