18

520 83 12
                                    

^^^

"AKSAA!! TOLONG GUE!!"

"GUE BILANG DIEM!!!" hardik pria dewasa yang meringkus Aneska--sebut saja Dadang.

"EH! LEPASIN MEREKA!!!"

"Itu bukannya anak si Damar?" tanya pria dewasa yang tengah menangani Melodi saat ini (mungkin dia Bambang wkwk).

"Eh, iya, njir. Ngapain tuh anak?"

Semua anggota geng motor tersebut terlihat menghentikan motornya. Jika Aneska hitung-hitung, kira-kira jumlahnya sekitar 17 orang. Aneska sungguh bersyukur karena akan ada yang menolongnya dan Melodi saat ini.

"Seano, telpon polisi sekarang," bisik Gery pada Seano yang berada di sampingnya.

"Oghey," Seano kini terlihat mengeluarkan ponselnya dari saku celana. Ia mulai men-dial nomor darurat, lantas menempelkan benda itu ke daun telinganya.

"Bocah! Ngapain lu pada keluyuran sampe sini, hah?! Pengen jadi pahlawan kesiangan?" teriak Dadang dengan sangarnya.

"Bacot!" sahut Aksa dan turun dari kendaraannya, diikuti semua anggota geng.

"Sikat!"

Belasan anggota geng itu menghampiri om-om tua bangka yang hanya berjumlah 5 orang tersebut. Para om-om itu terlihat menyeringai dan maju untuk menghadapi remaja-remaja yang menurutnya hanya bocah ingusan.

"Upil badak mending pulang, tidur! Gak usah ganggu orang tua!"

"Enak aja ganteng-ganteng gini dikatain upil badak," sungut Seano tak terima. Kali ini cowok itu lah yang pertama kali maju, lalu diikuti yang lainnya, melawan pria dewasa yang tersisa.

Aksa kini diam di tempatnya. Ia memperhatikan gerak-gerik Dadang dan Bambang yang tengah meringkus dua orang gadis itu. Ia melihat, Dadang dan Bambang membawa mereka masuk lebih dalam ke hutan.

"Dam, lo ikut gue," ucap Aksa pada Adam yang kini juga tengah diam di tempatnya. Adam hanya mengangguk.

Keduanya kini berlari mengikuti langkah Dadang dan Bambang dari belakang.

"Woy! Berenti, lo!" teriak Aksa seraya berlari cepat.

Dadang terlihat menoleh sebentar ke belakang, "Gue aduin sama Damar baru tau rasa, lo!"

Aksa tak peduli. Ia kini semakin dekat dengan dua pria tua bangka itu. Cowok itu memukul telak bahu Dadang sekuat tenaga, membuat Aneska lepas dari tangan pria tersebut.

Dadang yang mendapat perlakuan tersebut lantas menggeram penuh amarah dan melayangkan tinjuan, yang beruntung berhasil ditangkis oleh Aksa. Dengan membabi-buta, Aksa melayangkan berbagai gaya tinjuan dan tendangan yang ia pelajari di ekskul taekwondo.

Beberapa tinjuan dan tendangan berhasil mengenai beberapa bagian tubuh om-om itu. Seperti ulu hati, wajahnya, perut dan sekarang....

BUGHH!

"Anjing!" tendangan Aksa mengenai kemaluan om-om tua bangka itu, membuat Dadang memeganginya kesakitan dan mengumpat kasar pada Aksa.

"Aduh, Jak, kagak papa lu?!" tanya Bambang yang ikut meringis kala Dadang mendapat tendangan maut itu.

"Pake nanya, lagi, lu, anjing!"

"Aneska, lari! Teman lo biar kita yang urus," titah Aksa yang tak diindahkan sama sekali oleh gadis itu.

Rewrite Destiny [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang