16

615 101 15
                                    


*Bisa sambil diputar mulmed nya^^ (Meskipun aku bukan K-Popers, tapi jujur, ini lagunya enak banget^^)

^^^

Aneska kini tengah duduk menghadap meja belajar seraya menulis sesuatu pada buku diarynya. Ya, dari dulu memang kebiasaannya adalah menuliskan kejadian sehari-hari pada benda itu. Aneska merasa, benda itu adalah satu-satunya makhluk yang dapat menjaga rahasia.

Yah, meskipun buku diary tidak akan memberikan saran, setidaknya benda itu bersedia untuk mendengarkan setiap cerita tanpa memberitahukannya pada orang lain.

Cklek!

Terdengat suara kenop pintu bergerak yang sontak membuat Aneska menutup buku diarynya dan meletakkan benda itu di laci meja belajar. Saat Aneska membalikkan badan, terlihat Ravindra tengah berdiri di ambang pintu dengan wajah dinginnya. Aneska hanya memutar bola mata malas.

"Ngapain lo disini?"

Ravindra tak menjawab. Cowok itu nampak memasuki kamar dan duduk di tempat tidur. Ia menatap wajah Aneska lekat yang tentu saja membuat gadis itu risih.

"Ngapain lo liatin gue kayak gitu? Lo persis orang anemia, tau, nggak?! Pergi dari sini!" titah Aneska yang sama sekali tak diindahkan cowok dihadapannya.

Ravindra yang dikatai mirip orang anemia, lantas memasang wajah kesalnya, "Ini rumah siapa?"

"Lo emang dasarnya perhitungan dari awal," ucap Aneska kesal. Ia usahakan agar secepatnya meninggalkan rumah ini dan mencari kontrakan untuk ditinggali.

"Gue cuman bilang, kalo ini rumah siapa. Apa salahnya?"

Aneska hanya diam. Gadis itu memilih menghadap meja belajar kembali, dan membuka diary yang sempat ia tutup. Ia akan melanjutkan kegiatan curhatnya pada benda tersebut daripada meladeni kehadiran cowok menyebalkan yang suka ikut campur itu.

Aneska dengan sepenuh hati menuangkan perasaannya melalui kata-kata yang ia rangkai dengan indah. Gesekan pena yang tengah bekerja, terdengar cukup jelas karena keadaan saat ini hanya hening. Sesekali bibirnya menerbitkan seulas senyum saat dirasakan hatinya mulai sedikit lega.

Selesai dengan sesi curhat, Aneska kini memilih mengerjakan tugas sekolah yang lumayan menumpuk. Gadis itu memutuskan untuk mengerjakan pelajaran fisika terlebih dahulu.

Ah! Ia teringat sesuatu. Sedari pulang sekolah hingga ia pulang kerja tadi, Aneska berniat menanyakan perkara hubungan antara Aksa dan juga Ravindra. Yah, bukan apa-apa. Ia hanya penasaran saja.

"Vin, lo sama Aksa sahabatan?" tanya Aneska seraya mengerjakan tugas fisikanya. Tak ada sahutan dari cowok itu.

"Kenapa kalian keliatan saling marahan? Bukan apa-apa, gue cuman mau tau,"

"Vin,"

"Vin?" Aneska kini memutar badannya demi melihat Ravindra saat ini. Aaah ... Laki-laki itu tertidur rupanya. Aneska hanya menggeleng dan kembali memutar badan, untuk mengerjakan tugasnya.

"Awas, bego! Ngapain disitu?!" Aneska menoleh kala mendengar suara Ravindra yang bicara sendiri. Saat dilihat, ternyata mata cowok itu masih terpejam. Ah, sepertinya cowok itu hanya mengigau.

"Gue bilang minggir! Kenapa lo gak denger?!" Aneska kembali menoleh. Sebenarnya apa yang tengah ada di mimpi cowok itu?

^^^

Tak terasa, hari telah berganti lagi. Aneska kini telah berada di luar rumah Ravindra untuk berangkat sekolah. Mrs. Paul pun terlihat berdiri memperhatikan dua remaja di hadapannya yang tengah memasuki Tesla model s.

Rewrite Destiny [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang