5

1.1K 158 9
                                    

^^^

Bel pulang sekolah akhirnya berbunyi juga. Aneska membereskan peralatan sekolahnya yang berada di meja dan memasukannya kedalam tas. Guru menyebalkan itu akhirnya keluar dari kelas dan membiarkan murid-muridnya pulang.

Aneska keluar dari kelasnya dan dilihatnya 2 remaja yang menggambarkan dirinya dan Carlos dahulu melewati depan kelasnya. Mereka berdua terlihat bahagia. Yang satu tersipu karena mendapat gombal dari sang kekasih, dan yang satu gemas sendiri dengan reaksi gadisnya.

Bahkan wajahnya aja mirip banget sama Gue sama Carlos, Batinnya tersenyum miris.

"Eh, Lo yang tadi nyalain sirine?" tanya Raka pada Aneska yang tengah melamun. Aneska hanya mengangguk.

"Thanks, ya. Sekolah gak terlalu rusak karena Lo," ucap Raka datar dan kembali menatap gadis disampingnya.

Aneska sungguh iri dengan mereka berdua. Andai ia hidup lebih lama menjadi Nabila. Tapi, sudahlah, tak baik menyalahkan keadaan terus menerus.

Aneska memilih pergi meninggalkan kelasnya dan segera pulang ke rumah. Ia kali ini tak boleh terlambat. Aneska takut bosnya berpikir, baru diberi tip saja sudah sok.

Gadis itu kini tiba dipinggir jalan seperti biasa, menunggu angkot lewat. Seseorang tiba-tiba menyergapnya dari belakang dan menyeretnya ke sebuah gang sempit dan sepi.

"Ini dia cewek yang udah nipu kita, bos," ucap seorang cowok berseragam SMA yang logonya tak sama dengan atribut milik Aneska. Sepertinya mereka anak SMA Teresan.

"Oh, bagus ya," Aneska memberontak dan akhirnya berhasil lepas. Tangan kanannya kini sungguh nyeri.

"Maksud Lo apa narik-narik Gue hah?" tanya Aneska datar.

"Wow, wow, wow. Sangar juga ternyata," ucap cowok tersebut tertawa meremehkan.

Aneska mencari sesuatu dibalik tasnya. Dapat! Gadis itu mengeluarkan sebuah pisau kecil yang tajam dan mengacungkannya dihadapan bocah-bocah kurang ajar itu.

"Jangan main senjata dong, babe,"

Aneska tanpa segan menusuk lengan kanan cowok yang merupakan anggota geng dari SMA Teresan membuatnya meringis kesakitan. Darah pun mulai bercucuran. Aneska menyeringai. Gadis itu melakukan hal sama pada 2 orang lainnya. Ia juga menyemprotkan cairan racikannya ke hadapan mereka bertiga membuatnya mengucek mata kepedihan.

"KEJAR BEGO!"

"LO UDAH CARI GARA-GARA SAMA ORANG YANG SALAH, BABE!!" teriak cowok itu geram melihat Aneska yang berlari menjauh dari ketiganya.

Aneska benar-benar tak menyangka akan ada yang berniat mencelakainya kali ini. Untung dirinya selalu siap dengan segala sesuatu.

Sedangkan, Ravindra dari kejauhan melihat Aneska tengah berlari keluar dari sebuah gang diikuti 3 cowok yang masing-masing memegang lengan bagian atasnya. Cowok itu menghentikan sejenak motornya dan menoleh pada kedua sahabatnya.

"Vin, Rel, cepet kita samperin Aneska. Kayaknya dia dalam bahaya," Gavin dan Farel mengangguk lalu mereka bertiga melajukan motornya mengikuti Aneska.

"ANESKA! CEPET NAIK KE MOTOR GUE!" teriak Ravindra membuat gadis itu menoleh.

"OGAH!"

"NAIK BEGO! SIMPEN DULU RASA GENGSI LO!" teriak Ravindra frustasi.

Dengan terpaksa Aneska menurut saja. Lagipula ia juga tak mau sampai menjadi mangsa bocah-bocah kurang ajar itu.

"Shit!" Gery yang merupakan ketua dari geng SMA Teresan tersebut mengumpat kesal dan bergegas menuju motornya.

Mereka kini saling kejar-kejaran dengan Gavin dan Farel menghalangi ketiga cowok-cowok bandel itu agar berhenti mengincar Aneska.

Rewrite Destiny [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang