28

122 25 8
                                    

^^^

Sandrina merapikan casual skirt sedikit diatas paha motif kotak-kotak hitam dengan garis lumayan tipis berwarna army gelap serta atasan sweater polos mustard yang dikenakan untuk datang ke cafe Vodlas. Ia dan Raka sudah menyepakati ini lewat chat karena Raka tidak datang ke sekolah hari ini. Ia berusaha menyiapkan mentalnya untuk berbicara sesuai yang direncanakan sehingga hubungan mereka membaik dan Raka yang katanya memiliki rencana akan berangkat ke Amerika menjadi batal.

Sandrina sebenarnya kurang yakin jika misalnya Raka akan pergi ke Amerika besok, karena teman-teman Raka pun tak pernah menyinggung soal ini. Tapi bisa jadi juga jika Raka menyuruh 2 cs-nya itu untuk tutup mulut.

Gadis dengan rambut yang digerai sedikit curly dibawah, make-up tipis serta sling bag bulat hitam simple berukuran sedang, menekan spray sebuah botol kecil yang terbuat dari kaca, menimbulkan wangi khas berperisa stroberi yang setiap hari tercium dari tubuhnya. 

Kaki yang dibalut sneakers putih itu kemudian melangkah keluar kamar, bersiap untuk menuruni anak tangga dengan suara tap tap halus.

"Ma, Sandrina izin keluar sebentar, ya?" kata Sandrina, meminta izin sebelum benar-benar pergi pada Mrs. Tarison -- mama Sandrina.

"Kamu perginya sama Raka?"

"Iya, tapi Sandrina diantar sama mang Tara dari rumah. Kita janjian di café soalnya," Mrs. Tarison yang mendengar itu hanya mengangguk-angguk seraya berkata 'oh' yang lumayan panjang diselingi senyum jahil.

"Kalian cepat baikan, ya? Mama kangen banget sama Raka, tau,"

"Iya, ma. Doain, ya?"

Mrs. Tarison tersenyum sambil mengelus rambut lembut milik Sandrina. Tentu saja seorang ibu akan selalu mendoakan yang terbaik untuk anaknya. "Iya, sayang. Semoga kalian enggak marahan lagi dan kalian bisa berjodoh, ya. Mama senang banget kalau lihat kalian berdua akur. Tapi ingat, pulangnya jangan terlalu malam,"

"Iya, ma makasih, ya. Kalau gitu Sandrina pergi dulu,"

Sandrina menyalimi tangan Mrs. Tarison dan mengucapkan salam seraya tersenyum. Ia bergerak menjauh dari hadapan mamanya dan keluar dari rumah untuk memasuki mobil yang sudah disiapkan mang Tara beberapa menit lalu.

^^^

"Udah lama?" Raka yang baru tiba langsung duduk di kursi kosong yang berada tepat di depan Sandrina.

"Enggak, gue juga baru sampai," balas Sandrina seraya memasukkan gadget yang sedari tadi menemani kebosanannya.

Sejenak mereka hanya saling menatap tanpa bercakap. Pikiran mereka masing-masing terasa campur aduk dan bingung untuk memulai pembicaraan darimana. Yah, sudah lumayan lama juga mereka tidak bertemu dan pergi berdua seperti ini.

"Apa kabar lo, San?" akhirnya Raka memulai pembicaraan.

"Gue baik, lo gimana?"

"Gue juga baik," balas Raka seraya tersenyum tipis. "Mau pesan dulu?"

"Boleh, gue mau matcha latte," Raka mengangguk.

"Mbak," panggil Raka pada waitress cafe yang tengah mengobrol dengan rekan kerjanya.

"Iya, mas, mbak. Mau pesan apa?"

"Saya pesan macchiato 1 sama matcha latte 1,"

"Ooh, baik mas, mbak. Ditunggu, ya,"

Waitress tersebut kemudian pergi untuk mempersiapkan pesanan mereka berdua. Sandrina kini mulai mengedarkan pandangannya ke sekitar supaya tak terlalu canggung. Berbeda dengan Raka. Cowok itu setia menatap wajah gadis berbulu mata lentik dengan matanya yang indah tengah bergulir kesana-kemari.

Rewrite Destiny [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang