Prolog

4.2K 334 91
                                    


^^^

Jakarta, 23 November 2003

Alarm penanda kebakaran di SMA Gelora tiba-tiba berbunyi nyaring membuat seluruh siswa yang tengah melaksanakan PBM dengan gurunya sontak berhamburan keluar kelas melihat apa yang terjadi. Terlihat asap mengepul dari arah lantai 2 gedung sekolah tersebut.

"Semuanya harap tenang, ikut saya, kita keluar dari sekolah ini bersama-sama, jangan ada yang pisah!" ucap seorang guru laki-laki menginstruksikan kepada seluruh siswanya agar tidak panik.

Sedangkan semua yang ada disana mulai menangis ketakutan, terutama kaum siswi. Untungnya, guru laki-laki itu dengan sigap mencari jalan keluar sebelum apinya semakin membesar dan menutup seluruh jalan menuju ke lantai bawah.

Suara api yang membakar kayu terdengar jelas ketika mereka melewati kobaran api yang sudah sampai di ruangan tak jauh dari tempat mereka berdiri. Semuanya sontak semakin ketakutan dan menangis terjerit-jerit, takut terjadi apa-apa dengan dirinya masing-masing.

"SEMUANYA HARAP TENANG! IKUTI BAPAK CEPAT KALAU KALIAN MAU SELAMAT!!" teriak guru laki-laki itu frustasi dan mulai berlari kembali diikuti siswa-siswinya.

Beberapa menit menempuh perjalanan menuju ke lantai paling bawah melalui tangga darurat, akhirnya mereka semua sampai di area luar gedung.

"Nabila!" seseorang terdengar memanggil gadis yang berada di kerumunan siswi yang baru saja tiba di area luar sekolah.

"Carlos?!" gadis yang dipanggil Nabila itu berlari menghampiri cowok tampan yang dipanggil Carlos dengan air matanya yang berlinang.

Grep!

Carlos sontak memeluk Nabila yang notabenenya adalah kekasih cowok tersebut, berusaha menenangkannya.

"Car, gue takut... hiks..." ucap Nabila disela-sela isak tangisnya.

"Gak papa, Bil, gue ada disini," cowok itu nampak mengusap lembut rambut gadis itu sesekali menciumnya.

"Nabila! Mishall mana?!" tanya seorang laki-laki menghampiri Nabila khawatir. Nabila yang menyadarinya sontak melepaskan pelukan dari kekasihnya.

"Bentar, gue mau temuin Mishall," Nabila kini berlari menuju kerumunan teman-teman sekelasnya dan menanyakan apakah Mishall ada di sana. Ah! Gawat, tadi sebelum kebakaran, Mishall pergi ke toilet sendirian. Awalnya, Nabila ingin menemaninya, namun karena guru killer itu tak ingin ada yang izin ke toilet berdua, jadilah mereka terpisah seperti ini.

Tanpa ba-bi-bu lagi, Nabila berlari kembali memasuki gedung sekolah yang hampir terbakar setengahnya. Semua yang menyaksikan aksi gila Nabila berteriak khawatir.

Nabila tak peduli. Ia merasa jahat sekali karena tak ingat dengan sahabatnya sendiri dalam keadaan genting seperti ini. Dengan lincah, kakinya menaiki satu persatu anak tangga darurat. Untung saja ruangan itu belum terbakar sama sekali. Meskipun begitu, Nabila sesekali terbatuk karena asap tebal menyelimuti seluruh ruangan tersebut.

Akhirnya setelah beberapa menit, kini Nabila tiba di lantai 4 gedung tersebut dimana kemungkinan sahabatnya ada disana. Ia mulai mencari-cari keberadaan Mishall dengan tergesa-gesa. Sesekali ia melihat lantai 3 yang juga mulai terbakar.

Rewrite Destiny [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang