30

66 17 8
                                    

^^^

Selepas pulang bekerja dari restoran keluarga Paul, Aneska mulai membenahi barang-barang ke dalam koper. Mulai dari pakaian, buku-buku sekolah, sepatu, dan lain-lain karena lusa ia sudah harus pindah ke kosan barunya. Uang gaji yang ia dapatkan dari Rangga dihari kemarin sudah mencukupi untuk membayar uang mukanya.

"Aneska,"

Saat sedang asyik berbenah, tiba-tiba pintu kamarnya terdengar diketuk bersamaan dengan suara Mrs. Paul yang memanggilnya. Aneska untuk sementara menjeda kegiatan yang sedang dilakukannya, menyembunyikan koper, lantas membuka pintu untuk menemui Mrs. Paul.

"Iya, tante,"

"Ada Aksa dibawah. Tante kira mau nyari Andra, ternyata dia nyari kamu. Kamu juga kenal dia?"

"Iya, tante. Aksa siswa SMA Teresan, sebelahan sama SMA Karisma."

"Oh gitu. Bukan pacar kamu, kan?"

Aneska seketika tersenyum kaku karena terkejut mendengar perkataan Mrs. Paul. "Bukan, tante,"

"Syukurlah ... Yaudah, kamu temuin, gih."

"Iya, tan. Aneska sebentar lagi kebawah."

"Iya, kalo gitu tante ke dapur dulu, ya, mau buatin minum buat Aksa,"

"Nggak apa-apa tante, biar Aneska aja yang buat."

"Hush, udah kamu mah langsung aja temuin Aksa, kasian dia nungguin."

"Iya, tante kalo gitu. Makasih, tante."

"Oh iya. Ingat ya, kalau dia suatu saat mau jadi pacar kamu. Jangan diterima, ya. Tante mau kamu sama Andra aja,"

Disituasi awkward seperti ini, Aneska sekarang hanya bisa tersenyum kikuk, tak tahu ingin membalas apa. Mrs. Paul akhirnya mengangguk seraya tersenyum jenaka lalu pergi menuruni tangga.

Setelah Mrs. Paul hilang dari pandangan, Aneska menggeleng pelan seraya tersenyum heran lantas masuk kembali ke kamarnya hanya sekadar merapikan rambutnya yang sedikit acak-acakan, karena sepulang kerja ia langsung mandi, tapi lupa menyisir rambut, terburu-buru membereskan barang-barang yang akan ia bawa untuk pindahan nanti.

Setelah selesai, Aneska melenggang dari kamarnya menuju lantai bawah untuk menemui tamu yang datang.

"Aksa, udah sembuh, lo?" tanya Aneska setelah ia tiba di ruang tamu.

Aksa berdiri ketika melihat Aneska menghampirinya. "Nes. Alhamdulillah udah. Lo juga udah nggak papa, kan?"

Aneska hanya menggeleng. "Syukur kalo udah nggak kenapa-kenapa,"

Aneska sekarang mulai mendaratkan bokongnya pada sofa empuk dan mempersilakan Aksa untuk kembali duduk. Aksa saat itu mulai memasang raut wajah seriusnya. Nampaknya ada sesuatu yang sangat penting untuk disampaikan.

"Nes. Ada hal penting yang harus gue bicarakan sama lo," ucap Aksa setengah berbisik dengan badannya sedikit condong ke depan serta kedua tangan yang bertaut.

"Hal penting apa?"

"Ngapain lo ada di rumah gue?" celetuk Ravindra yang tiba-tiba muncul dari arah lantai atas, menginterupsi percakapan yang sedang berlangsung.

"Gue mau temuin Aneska. Masalah?" ucap Aksa seraya tersenyum mengejek.

"Tentu. Ini rumah gue," ucap Ravindra datar dengan kekesalan didalam hatinya.

"Really? Oh yaudah, gampang aja. Nes, kita ngobrolnya sambil jalan-jalan aja ke luar. Biar dia nggak bisa nguping," ajak Aksa seraya berdiri dari sofa.

Rewrite Destiny [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang