MEETING

4 2 0
                                    

Perjalanan pulang membuat Adel yang awalnya gugup karena kehadiran pak Ibnu, semuanya teratasi dengan pemikiran kak Aldi, dan untungnya Pak Ibnu bisa cepat bekerjasama, sesampainya dirumah, Adel langsung disambut mamanya.

"Adel, cepetan sana mandi 30 menit lagi kita jalan, mau ada acara!" perintah mama Adel, saat Adel baru memasuki rumahnya.

"Iya ma" jawab Adel.

Dengan cepat Adel berjalan kekamarnya menyusuri tangga dan langsung menuju kamar mandi yang ada dikamarnya, saat keluar dari kamar mandi Adel dikagetkan dengan kehadiran mamanya.

"Ma, astaga ngagetin ajah, ngapain disini?" Tanya Adel sambil jalan menuju lemarinya.

"Ini mama siapin baju kamu, kamu pakai baju ini, kamu langsung siap-siap kita mau pergi" Jawab mama Adel.

"Ma, Adel nggak usah ikut yah" Pinta Adel.

"Enggak sayang, semua temen-temen papa bawa keluarganya, dan penyambutan ini dibuat khusus untuk keluarga besar perusahaan kita, karena berhasil menarik hati Investor di Jepang sama USA" jelas mama panjang lebar.

"Yah udah deh mah" balas Adel dengan mengiyakan.

Perjalanan mereka bisa dibilang cukup panjang, mereka menuju ke hotel milik keluarga bapak Sahrul, yang berada di bawah naungan perusahaan Chellery.

"Kamu perbaiki sedikit bajunya, jangan berantakan banget, kita udah masuk ke halaman parkirnya" sahut papa Adel kepada istri juga anaknya, mereka memasuki pintu hotel.

Adel berusaha untuk cuek saat ini, dia berusaha tak peduli, tapi siapa yang tak tau Adelia Faranisa, dia adalah penulis yang terkenal, sayangnya dia menyembunyikan identitasnya disekolah, dengan membuat akun instagram palsu, dan juga nama akun Adel yang membuatnya menjadi penulis bukan dengan namanya sendiri melainkan nama singkatan dari namanya yaitu @/afn._ dengan akunnya yang private tak terlalu banyak orang yang mengetahuinya, mereka berpikir dia tidak memiliki akun instagram, tapi hampir sebagian karyawan papanya mengetahuinya, dan juga beberapa ceritanya yang sudah diterbitkan dan menjadi best seller juga membuat banyak penerbit mencari tau tentangnya, sayangnya dia hanya akan menjadi penulis dengan mengandalkan apa yang papanya punya, selain untuk menjaga privasi, kedua orang tuanya juga melarangnya untuk terlalu ter-ekspos.

Mereka memasuki lift, dan menuju ke lantai paling atas, di rooftop lah acaranya dilaksanakan, semua karyawan papanya mengetahui Adelia Faranisa, tapi mereka tak mau ambil pusing dengan mencari kehidupan pribadi anak tersebut.

"Selamat datang" sapa para pelayan hotel saat melihat keluarga Pak Sahrul keluar dari lift, menuju kepintu masuk.

"Hallo pak selamat yah" sapa salah seorang investor yang melihat kedatangan keluarga pak Sahrul.

"Iya makasih" balas pak Sahrul, dengan bercengkramanya kedua orang tua Adelia dan tak terasa sudah sekitar 20 menit mereka bercengkrama akhirnya Pak Sahrul memutuskan untuk menyampaikan pesan kesannya kepada keluarga besar perusahaan yang didirikan olehnya.

"Selamat datang semua, tidak terasa saja hari sudah menjelang malam, saya selaku pemilik di 4 perusahaan ini, sangat berterima kasih kepada semua karyawan saya, istri dan anak saya, tanpa kehadiran mereka saya tidak mungkin bisa menjadi yang sekarang, terimakasih juga atas kerja keras kalian semua, selamat menikmati pestanya" sekian dari pak Sahrul dan meminta agar semuanya melanjutkan pestanya.

"Talia, coba cari tau tuh anaknya Pak Sahrul siapa tau kalian bisa berteman, setau papa umurnya sama loh dengan kamu" sahut papa Talia.

"Iya pah, tapi Talia juga sedikit ragu, dan masih gugup juga."

~

"Mah, Adel ke toilet dulu yah" sahut Adel.

"Iya hati-hati" dengan cepat Adel menuju ke toilet, saat hendak keluar dari pintu toilet, di depan pintu itu Adel mendengar suara orang yang tak Asing sedang berbicara, iya itu suara Talia dan Dita 'Kenapa mereka bisa disini? Astaga, ini kan acara untuk keluarga besar perusahaan papa, yah pastilah mereka datang' batin Adel, dengan cepat Adel berusaha menguping pembicaraan mereka.

"Eh Ta, lu tau nggak siapa nama anak dari pak Sahrul?" Tanya Talia ke Dita.

"Enggak, tapi bokap sering bilang kalau anaknya pak Sahrul itu seumuran denganku, dan disuruh deket ajah, sapa tau bokap gue dapet promosi gitu" jawab Dita.

"Gue sih cuman penasaran ajah, yah palingkan bisa di ajak-hang-out—dan suruh bayarin gitu, ngajak nginep di hotelnya, kan seru tuh!" jawab Talia Antusias.

"Eh bener juga, kita cari tau ajah!" jawab Dita.

"Boleh" sahut Talia, setelah itu mereka meninggalkan toilet, Adel pun keluar dari kamar mandi tersebut dan mencuci tangannya sambil menatap kaca 'Najis banget jadi temen kalian' batin Adel.

Adel yang tak ingin balik ke acara langsung menuju resepsionis untuk-check-in—kamar hotel, dan sesampainya dikamar, Dia pun memberitahu mamanya kalau dia sudah-check-in—di hotel, sang ibu tak khawatir, karena Adel punya kamar khusus untuknya yang dilengkapi dengan semua barang-barang miliknya, dan soal bayar? Tentu tidak, Adel hanya cukup mendaftarkan namanya dan menerima kunci kamarnya, dia sekarang memutuskan untuk menonton tv sambil menunggu rasa kantuk datang menghampirinya. 

The Knife Smelled Like A FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang