Jantung dengan degup terkencang yang pernah ada, sorak sorai para tamu undangan menanti di aula, meja yang melingkar dan dikelilingi kursi yang sudah menjadi hak milik untuk beberapa menit kedepan, suasana terlihat sangat menyenangkan juga menegangkan.
Malam ini tepat pukul 19:00 sebuah resepsi pernikahan yang di nanti-nanti negeri ini akhirnya terlaksana, taburan Bungan menuju altar utama menjadi saksi bisu langkah baru perjalanan sebuah ikatan keluarga, banyak kisah yang diceritakan tentang Adel dan Delvin, tentang awal mereka bertemu sampai akhirnya memutuskan untuk menikah, tentang lika-liku yang mereka jalani saat bersama.
"Selamat atas pernikahannya"
"Selamat yah Adel"
"Tungguin kita nyusul yah"
"Doain semoga bisa nyusul"
"Jangan lupa ngasih ponakan"
Berbagai macam ucapan kebahagiaan terlinta dari para tamu undangan yang terdiri dari teman SMA, Kuliah kerabat orang tua, dan keluarga besar hadir disini.
"Kini saatnya kita membiarkan para pengantin untuk memeluk kedua orang tua dari para mempelai" Ucap MC.
Dan ini lah memori yang wajib disimpan, tugas seorang orang tua telah selesai, mereka telah membesarkan putra dan putri mereka, memberi mereka pendidikan dan yang terakhir memberikan restu mereka untuk calon putra/putri mereka.
Adel yang datang menuju ayah mertuanya, berlutut dan mencium tangan ayah mertuanya sambil meneteskan air mata.
"Ayah, Adel bakal di terima menjadi putri ayah kan?" Ucapnya tanpa menaikkan kepalanya.
"Pasti nak, kalau suatu saat Delvin nyakitin kamu datang saja ke ayah, bakal ayah bunuh Delvin kalau dia macam-macam" Ucap ayah sambil memberikan tawa gurau di akhir kalimatnya.
"Bunda, bunda kalau butuh temen ngobrol, makan, masak, dan jalan bareng, bunda bakalan cari Adel kan?" Ucapnya dengan keadaan yang menunduk sambil mencium tangan ibu mertuanya.
"Pasti sayang, Adel harus sering-sering kerumah Bunda Yah!" Ucap ibu mertuanya sambil mengelus kepala putri satu-satunya itu.
Kaki mereka berjalan bersamaan menuju orang tua Adel.
"Papa, papa percayakan Adel ke Delvin kan?" Ucap Delvin sambil mencium tangan papa mertuanya itu.
"Iya nak, papa percaya. Sering-sering kunjung ke rumah yah, kita juga harus sering-sering kumpul" Ucap papa.
"Mama, mama nganggap Delvin putra mama satu-satunya kan? Kalau mama mau pergi butuh orang yang bawa mobil Delvin bakalan punya banyak waktu buat mama" Ucap Delvin sambil mencium tangan ibu mertuanya itu.
"Kamu itu putra mama satu-satunya sayang, dan mama beneran sayang banget sama kamu, tetep lindungin Adel yah!" Ucap mama.
"Vin"
"Iya pah?" Ucapnya kepada sang mertua.
"Kalau suatu hari kamu sudah tidak menyayangi Adel lagi jangan beri tau dia, cukup bawa dia kembali. Tugas ayahnya tidak akan berhenti sampai disini" Ucap papa Adel.
"Pah" Ucap Adel sembari meneteskan air mata.
"Papa sayang banget sama kamu nak, nurut sama Delvin yah!"
Kegiatan ini berakhir dengan air mata, kebahagiaan seakan menjadi selimut yang hangat bagi tubuh mereka malam ini.
"Waktunya untuk pelemparan bunga" Ucap MC. Semua teman-teman Delvin dan Adel mulai berkumpul, tangan Adel dan Delvin yang menyatu sambil memegang bucket bunga itu menjalankan hal yang sama.
"1, 2, 3!" Ucap Adel bersamaan dengan Delvin sambil berbalik dan memberikan bunga itu kepada Fany yang hadir disana. Sontak Fany yang kaget langsung berjalan mundur dan menyadari bahwa sudah ada yang berlutut di belakang nya.
"Kak Aldi?" Ucap Fany sambil menutup mulutnya.
"Will You Marry Me?" Ucap Aldi sambil memberikan senyuman khasnya.
"Yes, I will" Balas Fany.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Knife Smelled Like A Flower
Roman d'amourDunia ini terlalu kejam untuk bisa di percayai, banyak kisah gelap yang terkubur dan selalu terkubur didalam teori dunia yang tidak pernah bisa di pecahkan, seorang wanita yang dengan polos mempercayai dunia sekitarnya dan merasa bahwa dia akan aman...