HUJAN

29 4 0
                                    

Di sebuah malam yang gelap, ada seorang perempuan yang memandang langit hitam yang ditaburi dengan tetesan air dari awan-awan yang menemani langit tersebut, 'entah kemana bulan? Kenapa dia melarikan diri di tengah badai hujan lebat?' Itu pikirnya. Pesona malam yang menemaninya, suara gemuruh dari langit yang menjadi temannya untuk berteriak, entah malam ini dia merasa dirinya hampa.

"tidak adil!" teriaknya di dalam kamarnya, dia Adelia Faranisa, akrab dipanggil Adel, dia merasa tak adil cuman karena dia yang ingin masuk ke sekolah impiannya itu harus di hadang dengan keinginan orang tuanya yang ingin dia masuk ke SMA PRAJAYA, sekolah orang tuanya. Bukan dengan arti orang tua mereka yang pernah sekolah disana, tapi sekolah itu milik orang tua Adelia, dan akan berlanjut menjadi milik Adelia.

Adel merasa tidak adil karena dia tak mau sekolah yang dipilih orang tuanya itu, dia akan menjadi anak yang benar-benar di perhatikan, selain Adelia yang pintar dalam beberapa mata pelajaran, sifatnya yang ramah tamah juga menjadikannya perempuan yang diincar banyak pria diluar sana. Tapi sayangnya dia tak pernah tertarik sama sekali, entah kenapa.

Bangun dipagi hari yang terang, adel mencoba membangkitkan semangatnya.

"3 hari lagi aku akan masuk SMA, ayo Adel Fighting!" kata-kata semangat yang ia lontarkan untuk dirinya sendiri, berjalan menuju kamar mandi yang berada di dalam kamarnya, turun menyusuri tangga dan bertemu dengan orang tuanya di meja makan.

orang tua Adel sangatlah pengertian, mereka menyayangi Adel, tapi tidak memanjakannya, kemauan yang ingin Adel sampaikan kepada orang tuanya harus melalui niat, dan alasan, Adel tidak di ajarkan untuk memiliki barang mahal secara berlebih, tapi dia diajarkan untuk memiliki barang berguna.

Barang-barang untuk perlengkapan sekolahnya telah siap dari 2 hari lalu, dia tinggal menunggu waktunya tiba, dia tau bahwa SMA PRAJAYA adalah SMA idaman para siswa-siswi yang baru lulus dari SMP, sayangnya tak semua dari mereka bisa mendapati tempat duduk di tiap kelas, dari banyaknya orang yang mendaftar, yang diterima hanya setengah dari yang mendaftar, selain itu SMA PRAJAYA memiliki para guru terbaik yang setara dengan para dosen di universitas. Untuk posisi kantin? Jangan ditanya, mereka menyiapkan makanan bak restorant hotel, jadwal makan yang teratur, dan berbagai macam hidangan restorant besar ada disana, maka dari itu hampir Sebagian dari siswa-sisiwi yang ada berasal dari keluarga kaya. Dikarenakan biaya sekolah yang tidak murah. Mereka yang tidak terlalu mampu, bisa masuk ke SMA PRAJAYA dengan bantuan beasiswa, dan bantuan dari Yayasan pemilik SMA PRAJAYA.

3 hari sudah terlewat, dan Adel sudah menyiapkan strateginya dari malam, bahwa dia akan menjadi perempuan cuek, tidak mementingkan orang, dan hanya akan mempunyai 1 teman saja.

Cahaya matahari pagi sudah menyinari kamar Adel, dia yang sudah bangun langsung menuju ke meja makan, kedua orang tuanya sudah duduk disana.

"Adel, papa mau nanya, kamu butuh laptop baru nggak? Laptop kamukan sudah mulai error"

"Boleh deh pah, Adel takut bakal ada banyak tugas yang harus dikerjain lewat laptop" Balas Adel.

"Ok, nanti papa pulang kerja bawain kamu laptop biar papa ajah yang pilih, yang cocok buat kamu" Sahut papa.

Sarapan pagi itu berjalan dengan lancar.

"Del, kamu berangkat pake supir, jangan ngeyel!" sahut mama, karena dari malam Adel hanya ingin ikut bus sekolah.

"Ok ma, asal ada syaratnya, aku pengen guru-guru disekolah nggak tau kalau aku anak papa sama mama, alasannya karena aku ingin liat mereka semua seperti apa dan guru model gimana yang bagus dan cocok untuk ngajar disekolah itu, boleh kan mah? Pah?" tanya Adel yang juga di ikuti dengan permintaan.

"Iya papa setuju, lagiankan kamu nanti yang bakal jadi pemilik sekolah itu, lakukan yang terbaik dari sekarang!" sahut papa yang menyetujui permintaan Adel.

"Ok pah!"

Akhirnya Adel di antar dengan supirnya, perjalanan yang tak terlalu jauh, tapi dia sudah bekerjasama dengan supirnya Pak Ibnu, untuk mengantarkannya jauh 20 meter dari gerbang sekolah, dan Pak Ibnu menyetujuinya karena Adelia bilang itu perintah papa.

Sampai di tempat yang diinginkan Adel, dia langsung berjalan menuju sekolah, masuk kedalam dan melihat sendiri sekolah yang tak pernah ia kunjungi itu, banyak anak-anak yang diantar dengan mobil sampai depan pintu masuk, lingkungan yang luas bisa untuk memarkirkan 100 mobil jika tak ada taman, dan pohon-pohon yang membuat sekolah itu tampak rindang.

Diperjalanannya menuju taman dia melihat ada dua anak cewek yang sedang membully seorang pria berkacamata, dan terlihat bahwa mereka masih siswa baru dan seangkatan dengan Adel, Adel yang mencoba cuek, akhirnya pendirian yang sudah ia bangun runtuh seketika karena melihat hal tak senonoh seperti itu, Adel lupa dengan satu kalimat 'setiap sekolah memiliki siswa yang nakal' dan akhirnya dia menuju ke arah siswa yang di bully.

"stop! Kalian apa-apaan sih! Bully orang segala!" sahut Adel yang tidak terima ada hal seperti itu disekolahnya.

"lu siapa? Ganggu banget, sibuk banget lu sok jago! Dia ini gue cuman suruh beliin minum, eh dianya nolak, yaudah panteskan untuk diinjek-injek kek gini!" Sahut salah satu dari kedua wanita itu.

"punya kaki kan? Ngapain nyuruh-nyuruh? Lumpuh yah? Mau gue bawa ke rumah sakit?" balas Adel tak terima.

"lu berani banget ngatain gue, lama-lama gue robek juga mul-----"

"PANGGILAN UNTUK SELURUH SISWA-SISWI BARU AGAR SEGERA BERKUMPUL DILAPANGAN DALAM! PANGGILAN UNTUK SELURUH SISWA-SISWI BARU AGAR SEGERA BERKUMPUL DILAPANGAN DALAM! TERIMA KASIH" sahut anggota osis melalui pengeras suara yang bisa didengar satu sekolah melalui ruang Radio.

The Knife Smelled Like A FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang