Sepulangnya mereka dari resto kemaren mungkin membawa kebahagiaan sesaat, mereka bercanda tawa seakan tak ada satupun beban yang menghampiri mereka, perjalanan pulang resto yang mengembirakan pencahayaan dari matahari terbenampun menemani mereka.
Pagi ini Delvin dan kak Aldi sudah berada di ruang tamu dari kamar hotel pribadi milik Adel, Adel dan Fany yang masih siap-siap, dan kak Aldi juga Delvin yang menunggu kedua teman ceweknya itu dengan cara menonton siaran TV.
"Ayok Vin!" sahut Adel yang baru keluar dari pintu kamar bersama dengan Fany.
"Eh iya, ayok!" balas Delvin sambil berdiri dari kursi dimana tempatnya duduk sambil menonton TV tadi.
Dalam perjalanan menuju mobil mereka hanya diam-diam-an entah karena tidak mood untuk mengobrol atau menyadari bahwa mulai hari ini Delvin sudah di skors, saat sampai di parkiran mobil, Delvin yang sadar akan kemurungan teman-temannya itu, langsung mencari celah untuk menghibur terutama agar Adel tidak terus-terusan menundukkan kepalanya.
"Fany? Kamu mau jadi pacarku?" ucapan Delvin barusan membuat mereka bertiga syok.
"Hah?!" balas Adel.
"Apa-apaan nih?!" balas kak Aldi.
"Apaan sih Vin!" balas Fany tidak suka.
"Yah udah, kalau gak mau duduk di belakangan! Ngapain mau duduk didepan kan yang seharusnya duduk di depan itu pacarku Adel!" balas Delvin dengan senyum renyah miliknya.
"Pacar boongan!" balas Adel sambil berpindah posisi dengan Fany.
"Jadi? Mau yang serius?" Tanya Delvin.
"Hah? Apa? Vin kalau ngomong jangan terlalu pelan" balas Adel yang bener-bener tidak mendengar apa yang diucapkan oleh Delvin.
"Gak jadi" ucapnya sambil memasukkan badannya kedalam kursi kemudi.
Perjalanan mereka terasa sangat singkat, tak terasa mereka ber-empat sudah sampai di sekolah.
"Vin" panggil Adel dengan nada yang sangat sedih.
"Gak papa kok Adel sayang" balas Delvin.
"Ih, kok pake sayang sih?" balas Adel lagi.
"Kan kita pacaran! Walaupun boongan, tapikan sandiwara tetep harus di jalanin!" balas Delvin.
"Yah tapi ini kan di mobil, gak ada orang luar" balas Adel.
"Sorry kebiasaan" balas Delvin yang ditutup dengan tawa renyah darinya.
"Kebiasaan atau emang mau manggil Adel sayang?" Timpal kak Aldi.
"Ini kapan turunnya mbak dan mas yang cantik dan ganteng!" potong Fany.
"Yang ganteng gue, bukan Delvin!" balas kak Aldi.
"Bodolah Adel mau turun!" potong Adel, dan akhirnya mereka ber-tiga turun meninggalkan Delvin didalam mobil.
"Bye Vin!" kata Fany.
"Entar jemputnya jangan telat!" timpal kak Aldi.
"Adel? Mau ke kelas? Bareng yuk!" ajak Farhan saat melihat Adel di parkiran sekolah, Delvin yang melihat itu langsung keluar dari mobil dan menggandeng tangan Adel.
"Ayok ke kelas!" kata Delvin sambil menarik tangan Adel, di perjalanan Delvin yang tersulut emosipun tak sdar bahwa di depannya ada Pak Ilham.
"Delvin!" panggil Pak Ilham yang melihat kehadiran Delvin di sekolah ini dengan memakai pakaian seragam sekolah, Delvin yang mengenali suara inipun menghentikan langkahnya dan berbalik arah menuju ke arah Pak Ilham.
"Kamu kenapa ke sekolah? Sudah di kasih surat pernyataan kan?" Tanya pak Ilham.
"Iya sudah Pak, hanya saja saya mau mengantar pacar saya ke kelas pak, saya tidak mau ada yang mengganggu Adel lagi" balas Delvin.
"Ya sudah kalau soal itu saya ijinkan hanya saja setelah itu kamu harus langsung balik pulang" perintah Pak Ilham.
"Iya pak" sahut Delvin.
Akhirnya Delvin mengantarkan Adel ke kelasnya, sudah pasti saat perjalanan menuju kelas banyak yang membicarakan Adel dan Delvin kasus mereka kemarin bukan lagi sebuah rahasia.
"Duduk sini!" pinta Delvin saat sudah sampai di tempat duduk Adel di kelas.
"Jangan keluar kelas tanpa ditemani dengan Fany, tunggu Aldi datang baru pergi ke restorant untuk makan, jangan pergi berdua! Kalau ada Farhan, Dita atau Talia jangan di gubris, dan langsung pergi ajah kalau mereka mau macem-macem sama kamu, jangan sampai aku yang datang dan langsung menyakiti mereka kayak kemaren" Perintah Delvin kepada Adel.
"Iya" balas Adel.
"Yah udah aku balik! Jaga diri! Entar satu jam sebelum jam pulang aku udah di parkiran" ucap Delvin.
"Iya" balas Adel.
"Belajar yang bener!" Ucap Delvin sambil mengusap puncuk kepala Adel dan tersenyum lalu pergi keluar sekolah menuju mobilnya tadi, sesampainya di dalam mobil ia tak langsung melajukan mobilnya Delvin mencoba merenungi apa yang ada di dalam dirinya, dia sadar dari semua kisah ini Adel yang belum-move on—dari Farhan, dan Delvin yang sudah benar-benar menaruh hati kepada Adel.
Delvin yang sadar bahwa tadi yang dia lakukan di depan Farhan bukanlah sandiwara belaka itu adalah api cemburu yang menyala di hati Delvin, sampai akhirnya saat ia memutuskan untuk melajukan mobilnya disitulah baru dia sadar ada kertas yang di tempelkan di kaca depan tempat kemudi mobil ini, dan bertuliskan "JAUHI ADEL, ATAU SEMUANYA AKAN HANCUR, PERUSAHAANMU DAN PERUSAHAAN MILIK KELUARGA PAK AHMAD SAHRUL" Delvin yang kaget dan reflek mengambil kertas itu, lalu meramasnya dan berharap tak ada satupun orang yang membaca tulisan ini.
"FARHAN!" Teriak Delvin di dalam mobilnya sambil memukul stir mobil yang ada di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Knife Smelled Like A Flower
RomanceDunia ini terlalu kejam untuk bisa di percayai, banyak kisah gelap yang terkubur dan selalu terkubur didalam teori dunia yang tidak pernah bisa di pecahkan, seorang wanita yang dengan polos mempercayai dunia sekitarnya dan merasa bahwa dia akan aman...