BALIKAN

7 2 0
                                    

"Kita kesana dulu yuk!" Ajak Adel ke Farhan.

Ya, mereka sudah tiba di dalam mall, kali ini benar-benar hanya mereka berdua, jujur hal inilah yang diinginkan Adel, selama ini dia benar-benar mencari tau dimana Farhan setelah mereka memutuskan untuk putus karena Farhan yang akan pergi ke Swiss untuk tinggal disana, tapi kali ini Adel percaya dengan kata 'jodoh tak akan kemana'.

"Main di timezone ajah deh, masa di permandian bola kan kayak anak kecil" sahut Farhan yang tidak setuju dengan ajakan Adel.

"Yah udah deh, kita di timezone ajah" balas Adel mengiyakan.

Mereka berjalan bersama menuju timezone, dan mulai melakukan transaksi disana.

"Main yang tembak-tembak dulu!" ajak Farhan.

"Oke siapa takut!" Balas Adel.

Seharian mereka bermain bersama, tanpa mengenal lelah, dan hari sudah memasuki jam 7 malam, hari ini adalah hari bahagia bagi Adel, dia berhasil mencapai apa yang dia inginkan bersama Farhan.

"Makan malam yuk, ini sudah jam 7!" Ajak Farhan.

"Di cafe biasa ajah" Sahut Adel.

"Cafe yang dulu mau nggak?" Ajak Farhan lagi.

"Ayo kesana!" Sahut Adel dengan penuh antusias.

Mereka memutuskan untuk keluar dan menuju parkiran mobil.

~

"Vin! Lu mau berhenti makan? Apa gimana?" Tanya Fany yang sudah dipenuhi dengan emosi. Pasal nya setelah kejadian di sekolah tadi Delvin benar-benar berubah total, dia jadi lebih diam dan lebih memilih untuk menyendiri.

"Vin! Gue peka kok, kalau lu suka sama Adel, tapi Vin bukannya lu sadar yah kalau Adel emang belum-move on—dari Farhan, yah walaupun ini menyakitkan tapi disini lu bukan pacarnya Adel, lu cuman pacar pura-pura. Jadi gue mohon untuk tetap jadi Delvin yang sayang sama Adel, tidak jauhin Adel, dukung Adel, dan tetap disisinya Adel!" Jelas kak Aldi agar dapat membuka jalan pikiran Delvin, dan benar saja Delvin langsung mengangkat kepalanya yang awalnya tertunduk itu dan dengan cepat menatap kak Aldi dengan tatapan sendu miliknya.

~

"Del, lu inget nggak waktu terakhir kali kita pergi ke cafe ini?" Tanya Farhan.

"Banyak hal yang terjadi, dan sudah pasti kalau gue tetep ingat semuanya" Balas Adel.

"Tapi lu inget nggak kalau tempat ini juga jadi tempat dimana gue minta putus?"

"Pasti dong, itu kenangan terakhir yang gue punya bareng lu!" Balas Adel lagi.

"Dan gue mau minta sesuatu, boleh nggak kalau kita kembali? Kayak dulu? Mau lu ngasih gue sebagai selingkuhan atau gimana, gue ikhlas kok. Asal kita tetep balik" Ucap Farhan.

"Han! Jujur ajah, gue nggak pacaran sama sekali dengan Delvin dan juga, gue beneran nggak bisa-move on—dari lu" Jelas Adel dengan pandangan kearah kakinya, dan tangannya yang saling menggenggam.

"Jadi? Apa kita harus menderita?" Ucap Farhan.

"Menderita? Selama ini lu juga menderita?" Tanya Adel dengan nada yang sedikit meragukan, pasalnya Farhan benar-benar terlihat sangat bahagia setelah mereka memutuskan untuk berpisah.

"Adel, apa yang lu liat di media sosial itu bukan kenyataannya Del. Gue menderita, siapa sih yang bisa ninggalin hubungan yang udah lama di bangun, iya gue tau kalau lu bukan cewek pertama yang singgah di hati gue, tapi Del lu cewek terlama yang pernah ada di dalam hati gue, bahkan sampai saat ini. Tolong, tolong banget untuk ngertiin gue juga, gue bener-bener susah banget saat nggak ada lu Del, dan saat gue dapet kabar kalau lu pacaran sama Delvin, gue bener-bener sakit Del, dan buktinya gue minta lu untuk jadiin gue selingkuhan juga nggak papa kan? Tolong pahami gue Del" Jelas Farhan.

"Han, dengan satu syarat, lu nggak boleh ngasih tau ke publik kalau papa gue itu Ahmad Sahrul, gue cuman nggak mau dunia tau gue karena nama papa gue, lagian hal ini juga papa udah tau" Jelas Adel.

"Jadi ini alasan Delvin mukul gue waktu itu?" Tanya Farhan.

"Iya" balas Adel.

"Kalau gue bilang gue nggak bakal ngasih tau orang lain, siapa papa lu. Lu bakal mau nerima gue lagi?" Tanya Farhan dengan penuh penekanan.

"Han, lagian gue juga gue nggak mau nyiksa diri gue lagi, kalau masih ada harapan" Jelas Adel.

"Jadi kita balikan?" Tanya Farhan.

"Hmm, mungkin?" Balas Adel lagi.

"Kok mungkin! Yang serius dong!"

"Maunya Farhan gimana?"

"Yah, balikan!"

"Yah udah" Balas Adel yang di penuhi dengan senyuman khas nya, dan senyuman inilah yang membuat Delvin jatuh hati ke Adel, tapi nyatanya senyuman ini bukan buat Delvin, tapi buat Farhan.

The Knife Smelled Like A FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang