WAKTU

10 2 0
                                    

Kali ini adalah hari ketiga dimana Delvin di skors, hari-hari tanpa Delvin di sekolah sangat berat bagi Adel, terlebih lagi dengan adanya Dita dan Talia yang tak pernah bosan menggunjingnya di manapun mereka berada, tapi ada hal aneh yang terjadi, disaat Delvin yang seharusnya jadi penolong dari setiap masalah yang ditimpa oleh Adel, justru kali ini Farhan lah yang datang.

"Lu apa-apaan sih Tal? Dit? Masih kuat banget yah nge-bully orang?!" Teriak Farhan di tengah lapangan upacara saat melihat Dita dan Talia dengan sengaja mendorong Adel hingga terjatuh.

"Ada apa ini?" Sahut seorang pria tua berbadan besar, yah siapa lagi jika bukan pak Ilham.

"Pak, Talia sama Dita nge-bully Adel sama Fany pak" Jelas Farhan.

Bagi Adel Farhan disini adalah sosok Delvin yang membelanya, hanya saja cara berbicara dan cara menatap dari Farhan dan Delvin sangatlah berbeda, hal ini mampu membuat Adel sadar bahwa yang menolongnya bukanlah Delvin melainkan Farhan. Delvin tidak berubah sama sekali dia tetap menemani Adel siang dan malam dimanapun dia berada, tapi untuk kali ini tidak di sekolah.

"Talia, Dita kalian nge-bully seperti itu buat apa hah? Silahkan ke ruang kepala sekolah sekarang! Adel dan Fany juga ikut, Farhan kamu juga ikut" Jelas Pak Ilham.

"Delvin belum selesai dengan masa skors nya dan kalian sudah berulah lagi?" Ucap Bu Mega.

"Adel yang cari gara-gara duluan Bu" Bela Talia.

"Eh, bohong banget, jelas banget gue liat lu yang tiba-tiba ngedorong Adel yah!" Bela Farhan.

"Farhan, mohon untuk diam" Potong bu Intan.

"Tidak bisa seperti itu bu, kita harus mendengarkan perkataan kedua pihak, kenapa Farhan mau berbicara di tahan seperti ini?" Protes Pak Ilham.

"Pak, Talia sama Dita ini adalah anak dari orang tau yang kenal dekat dengan pemilik sekolah ini" Ucap Bu Mga.

"Kita tidak seharusnya membela anak-anak dengan kuasa yang mereka punya, ini hal yang salah, kita bisa di marahin Dinas Pendidikan jika seperti ini caranya bu" Tegas Pak Ilham.

"Adel? Bukannya?" Potong Farhan.

"Maaf bu, saya salah saya minta maaf" Sahut Adel. Ia tau bahwa Farhan akan bilang bahwa sekolah ini miliknya Farhan mengetahui semua hal tentang Adel wajar saja, mereka berpacaran selama tiga tahun, orang tua mereka saling kenal dan sudah sangat jelas Farhan tau segalanya tentang Adel begitupun sebaliknya.

"Adel!" Teriak Farhan.

"Farhan, kamu punya sopan tidak? Bisa tidak untuk tidak teriak di ruang kepala sekolah!" Potong Bu Intan.

"Disini, Adel sudah mengaku salah, Adel dimohon untuk tidak mencari gara-gara lagi dengan Dita dan Talia yah nak, jangan lagi, nanti orang tuamu yang akan memiliki urusan dengan pemilik sekolah ini, kasian papa dan mama mu nanti" Ucap Bu Mega.

"Baik ibu, saya bisa ijin keluar kan ibu" Ucap Adel.

"Iya bisa, silahkan, kalian semua bisa keluar" Kata Bu Mega. Pak Ilham yang bisa merasakan ketidakadilan pun merasa bahwa dirinya seperti orang bodoh yang tak bisa membela siswa dan siswi dengan benar jika dikaitkan dengan kekuasaan seperti ini, apakah jabatan lebih tinggi dari pada kebenaran.

The Knife Smelled Like A FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang