CYBER BULLYING

7 2 0
                                    

Tawa dan perbincangan hangat mengantar Adel dan Delvin menuju ruang kelas mereka, di depan pintu mereka sudah menjadi sosok perhatian warga sekelas, entahlah apa yang mereka pikirkan, hanya saja Adel dan Delvin benar-benar terlihat sangat natural dan tidak peduli dengan sekitar, sampai pembelajaran dimulai.

Waktu istirahat yang menjadi favorit setiap siswa siswi menghampiri jiwa masing-masing, berlarian keluar kelas menuju restorant, Adel yang diajak oleh Fany untuk makan bersama, dan Adel yang hanya mengiyakannya, sedangkan Delvin? Dia tidak semudah itu lolos dari kerumunan para wanita yang menggemarinya? Semenjak adanya konflik dengan kak Aldi dan Delvin yang dengan sangat tegas membela Adel menjadikannya sorotan banyak siswi di SMA Prajaya, restorant yang ramai menjadi kebiasaan tiap harinya, Adel dan Fany yang sedang berjalan menuju tempat duduknya sambil membawa nampan.

"Aduh" teriak Adel yang jatuh tersungkur dilantai.

"Ups, sorry yah! Sengaja! Haha" jawab Dita.

"Kalian apa-apaan sih?!" sahut Fany yang tidak rela Adel di bully.

"Eh, lu yah! Udah gua bilang jangan macam-macam!" Talia yang berjalan mendekati Fany dan mendorongnya hingga jatuh ke lantai bersama Adel, makanannya? Benar-benar berhamburan di lantai dan beberapa mengenai pakaian Adel dan Fany.

"Ta, ini!" kata Talia yang memberikan the ke Dita.

"That's Right!" kata Dita sambil membuka penutup minuman tersebut dan menumpahkannya ke badan Adel dan Fany.

"Aww!" teriak Fany dan Adel bersamaan.

"Kenapa? Panas yah? Ululu kasian deh" jawab Talia.

"Kenapa kalian ngebully kita sih?!" sahut Fany dengan nada suara yang meringis kesakitan.

"Kenapa? Lu mau tau? Temen lu itu! Si Adel itu, dia pembuat masalah, yang pertama, Delvin bisa-bisanya pacaran sama dia, yang ke dua gara-gara dia Isma jadi keluar sekolah! Padahal kan dia anak pemilik perusahaan Vlorine, kita jadi nggk ada orang yang bakal di palak lagi, dan lu berdua kan orang susah! Mana ada uang sebanyak itu" jawab Talia.

Disisi lain "Ada apaan nih rame-rame?" Tanya Delvin yang baru tiba di restorant setelah berhasil meloloskan diri dari penggemarnya.

"Itu, si Talia sama Dita nge bully orang lagi!" jawab salah satu siswi yang berada di sebelah Delvin.

"Siapa yang di bully?" Tanya Delvin masih dengan nada yang tidak terlalu memperdulikan.

"Fany sama Adel!" jawab siswi itu lag.

"HAH?!" Delvin yang tiba-tiba menerobos kerumunan siswa-siswi dan mencari titik tengah dari permasalahan ini berada.

"Adel!" teriak Delvin saat melihat Adel yang benar-benar penuh dengan tangisan dan kulit yang sedikit terbakar, bukan hanya itu, setelah perbincangan penjelasan dimana Adel di bully, Adel malah di tendang dan bahkan pergelangan kakinya pun diinjak oleh Dita dan Talia.

"DITA! TALIA!" teriak Delvin sambil mendorong kedua pembully itu menjauh dari Adel, dan Delvin langsung menunduk dan mencoba mengangkat kepala Adel dan meletakannya di pahanya.

"Adel! Lu gak papa kan?" Tanya Delvin ke Adel.

"Sakit vin, sakit!" jawab Adel dengan nada meringis, Fany kemana? Dia ditarik oleh beberapa siswa yang diperintahkan Talia dan Dita, untuk disingkirkan ke pojok, dan apa yang terjadi dengan Fany? Hampir saja dia dilecehkan kalau tidak dengan cepat datang seseorang kearah Fany.

"Kalian ngapain hah?!" sahut seseorang dari belakangan kerumunan siswa yang mencoba melecehkan Fany.

"Minggir!"

"Kak tolongin!" sahut Fany dengan tangisan yang membuatnya ketakutan, kak Aldi yang datang dan mencoba menolongin Fany dan membawanya menuju UKS .

"Adel!" teriak Delvin yang kaget saat Adel dengan tiba-tiba kehilangan kesadarannya saat pergelangan tangannya diinjak oleh Dita.

"ANJING LU!" teriak Delvin dan berdiri langsung menarik kera baju Dita.

"Mau lu apa?! Hah?! Untung cewek lu!" Delvin yang tidak mau berlama-lama mengurus Dita dan Tali dan lebih memilih mengurus Adelnya, akhirnya Delvin membawa Adel ke UKS.

Bersebelahan ranjang antara Fany dan Adel, Fany yang masih ketakutan dan Adel yang pergelangan kaki dan tangan kirinya lebam sudah menjadikan kekhawatiran tersendiri untuk Delvin.

"Fan, jangan takut yah! Disini ada gue, jangan nangis please!" sahut kak Aldi yang menenangkan Fany yang sudah sangat ketakukan.

"Adel bangun donk, ini udh 20 menitan lu masih belum sadar! Infus lu juga udah mau habis, Adel please bangun!" ketakukan kedua pria ini terlihat sangat tulus.

Sampai beberapa jam kemudian, dan Fany yang sudah mulai reda dari tangisnya, dan Adel yang sudah mulai sadar walaupun masih sakit.

"Adel, lu baik-baik ajah kan?" Tanya Fany yang sudah duduk diranjangnya dan menatap Adel yang masih berbaring dan belum berbicara sama sekali, Delvin yang masih setia menggenggam tangan Adel, dengan kekhawatiran yang mengelilinginya.

"Fan, Vin, kak Aldi" sahut Adel perlahan.

"Iya kita disini!" sahut Delvin paling cepat menanggapi omongan Adel.

"Kakiku sakit!" sahut Adel, kak Aldi yang awalnya berada di sebelah Fany, sekarang mengambil baskom yang berisi air dingin menukarnya dengan es batu, dan memberikannya ke Delvin menyuruh Delvin untuk mengompres kaki Adel.

"Ini lagi di kompres kok Del, tenang ajh yah!" setelah beberapa menit, kaki Adel yang masih sangat sakit itu tapi Adel yang sudah tenang mulai mencoba berbicara.

"Fan, kayaknya gua harus ngomong sesuatu sama lu!" sahut Adel.

"Bentar" potong kak Aldi, sambil berjalan keluar UKS, dan memeriksa apakah ada orang disekitar, tapi ternyata tidak Ada, dan memeriksa ruangan UKS, dan itu benar-benar sepi, setelah merasa aman, kak Aldi kembali ketempatnya dan berbicara.

"Iya lanjut gih, aman kok!"

"Jadi gini Fan---" Adel yang menceritakan semuanya, sampai dia dan Delvin tidak benar-benar berpacaran, dan Kasus Isma yang sebenarnya.

"Jadi gitu Fan, maaf yah gue boong sama lu!" sahut Adel dengan nada yang tulus.

"Hm.. nggak papa kok, dari cerita lu, gue tau maksud dan tujuan lu, jadi gue nggak bisa marah banget, walaupun sebenarnya gue agak kesel, karena lu nggk jujur, tapi sekarang lu udah jujur juga kan? Gue ngerti kok Del" balas Fany yang membuat Adel merasa tenang.

"Makasih yah Fan, ouh iya, Vin, gue nggak mau pulang dulu dengan keadaan gue yang kayak gini!" sahut Adel.

"Trus lu mau tinggal dimana? Dirumah gue?" Tanya Delvin.

"Yah, nggak gitu juga, maksud gue, gue nggak pengen pulang takut orang tua gue khawatir, jadi gue mau nanya lu, cocoknya gue kemana?" Tanya Adel.

"Kenapa lu nggak kehotel lu ajah sih Del" sahut kak Aldi.

"Hm, bisa sih tapi Adel nggak mau sendiri" balas Adel.

"Gini ajah, Del lu tinggal di hotel lu ajah, biar Fany ikut tinggal bareng disana, nah ntar kita pas pulang sekolah bakal main di hotel lu, tiap pagi, gue jemput lu!" jelas Delvin.

"Iya ntar bareng gue! Gimana Fan, lu nggk keberatan kan?" Tanya Aldi.

"Nggak kok kak!" jawab Fany.

"Ok! Jadi gue tinggal bilang ke mama kan? Kalau itu aman, ehehe" balas Adel yang dengan senyuman berbicara ke 3 orang sahabatnya.

The Knife Smelled Like A FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang