"Pelaku atas nama Fany Kalila sebagai tangan kanan dari pelaku yang sebenarnya, benar?" Tanya seorang polisi saat meng-interogasi Fany.
"Iya benar" jawabnya, Fany yang kelihatan sudah sangat bersalah ini sudah tidak bisa melakukan banyak hal, dia tau jalur yang dia ambil ini salah dan sekarang dia hanya bisa berharap oleh waktu apakah waktu ini bisa kembali kemasa dimana dia tidak tergoda dengan ajakan Adit.
"Hal-hal seperti apa yang anda lakukan dalam kasus kali ini?" Tanya seorang polisi.
"Saya di tugaskan untuk menjaga Adel, memantau nya, dan memberikan banyak informasi tentang keluarga Adel ke Adit, lalu saya juga yang menyewa tempat dimana orang tua Adel di sandera, dan saya juga yang bersama Adel selama orang tuanya di sandera" Jawab Fany, dia tidak mau mengurangi atau menambahkan apapun itu.
"Kenapa anda melakukan ini?"
"Karena ekonomi keluarga, ayah saya bekerja di perusahaan milik Pak Ahmad Sahrul dengan gaji yang terbilang kurang, semenjak Adit mengajak saya dia bilang bahwa orang tua Adelia adalah penipu saya langsung percaya itu karena saya sendiri merasakan kekurangannya, dan saat saya melihat rumah Adel sendiri pun saya makin yakin bahwa orang tuanya memakan banyak gaji para karyawannya. Tapi kini saya tau semuanya, Pak Ridho lah yang melakukan ini, dia menipu dan melakukan korupsi besar-besaran" Ucap Fany.
"Terima kasih atas kerja samanya, Pak Ridho sendiri juga sudah sadar dari komanya kemaren, beliau masih butuh perawatan lalu akan kita hokum" Ucap polisi tersebut lalu meninggalkan ruangan tersebut menyisakan Fany di dalam.
"Bisa biarkan saya 5 menit saja disini? Saya tidak akan kabur, jika tidak percaya borgol saja saya dengan kursi ini" Ucapnya kepada polisi yang mau membawanya ke sel, setelah mendengar apa yang diucapkan Fany, polisi tersebut lalu memborgol tangan Fany dengan kursi yang dia duduki. Lalu meninggalkannya di ruangan itu selama 5 menit.
Sepi, sunyi itu yang dirasakan oleh Fany bukan sebuah ketenangan tapi sebuah kegelisahan yang mengelilinginya, dia menundukkan kepalanya, dia sadar betapa bodohnya dia. Tuhan yang masih berbaik hati ini membiarkannya menyadari kesalahan yang diperbuat olehnya.
"Ma, pa maafin Fany" Ucapnya sambil menangis, dia mengingat walaupun kondisi ekonomi keluarganya benar-benar berantakan kedua orang tuanya tidak pernah protes dan tetap bersyukur kepada Tuhan.
'Mah, Fany mau mainan itu!' Ucapnya saat melihat sebuah mainan rumah-rumahan yang terpajang di dinding toko.
'Fany mau apa sayang?' Ucap ayahnya.
'Papa, Fany mau itu!' Pintanya kepada sang ayah.
'Yah udah ayok kita beli!' Ajak papanya.
'Tapi yah, ini sudah akhir bulan, kenapa enggak nunggu bulan depan ajah baru beliin Fany mainan?' Ujar istrinya kepada suaminya tersebut.
'Bun, Fany itu anak satu-satunya kita, dia berhak memiliki apa yang mau dia miliki, ayah enggak mau dia merasa kekurangan dengan kondisi kita' Ucap sang ayah, saat itu Fany masih berusia 8 tahun dan mereka sudah kekurangan ekonomi dari tahun itu.
Fany yang tersedar dari lamunannya tentang memorinya bersama orang tuanya itu langsung mengangkat kepalanya dan dilihatnya sesosok perempuan yang baru saja dia sakitin.
"Adel" Panggilnya.
Adel yang langsung berjalan ke arah Fany itu dan langsung menampar pipinya.
"PENGKHIANAT" Ucapnya setelah menampar pipi Fany. Lalu Adel pun duduk di depan Fany dan mulai berbicara.
"Entah gue yang polos, atau memang bodoh, entah gue yang terlalu percaya atau dipaksa untuk percaya, dan gue yang seharusnya membuangmu tapi kenapa memilih menyelamatkanmu, kenapa Fan kenapa! Kenapa gue harus bilang ke papa untuk naikin jabatan papamu, untuk beri uang lebih kepada para karyawan yang selama ini gaji nya kepotong karena korupsi yang dilakukan pria brengsek itu, padahal gue enggak seharusnya ngelakuin itu, tapi kenapa gue nyelametin keluarga yang sebenarnya keluarga itu mau nyelakain keluarga gue!" Ucap Adel sambil teriak-teriak dan menangis di hadapan Fany.
"Gue lakuin ini karena lu Fan, karena lu sahabat gue! Emang gue cewek terbodoh di dunia ini. Silahkan ketawa untuk gue!" Ucap Adel sambil menatap Fany tajam.
"Del" Ucap Fany lirih.
"Gue duduk disini enggak nyuruh lu untuk bicara" Ucapnya dengan penuh penekanan.
"Gue permisi" Ucap Adel meninggalkan ruangan tersebut, lalu datang lah polisi yang siap membawa Fany ke sel.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Knife Smelled Like A Flower
Lãng mạnDunia ini terlalu kejam untuk bisa di percayai, banyak kisah gelap yang terkubur dan selalu terkubur didalam teori dunia yang tidak pernah bisa di pecahkan, seorang wanita yang dengan polos mempercayai dunia sekitarnya dan merasa bahwa dia akan aman...