KASUS

5 2 0
                                    

Di pagi hari Adel yang sudah terbangun lebih dulu memutuskan untuk menuju rumahnya, keadaan saat itu masih subuh, dan Adel di antar oleh karyawan hotel, dia memutuskan pulang subuh untuk bersiap menuju sekolah, pembantu di rumah Adel sudah mengetahui bahwa nona nya bakal pulang subuh, dan mereka sudah menunggu, sesampainya di rumah, Adel langsung menuju kamarnya, membaringkan tubuhnya sejenak dan masuk ke kamar mandi, setelah selesai bersiap, dia langsung menyiapkan buku pelajarannya, dan berangkat sekolah seperti biasa.

Sesampainya disekolah, lagi dan lagi Adel yang sampai paling pertama.

"Anak-anak di sekolah ini pemalas semua yah? Jam segini masih belum datang!" dan Adel mengecek handphonenya dan ternyata masih jam 06:15.

"Yah, pantes belum datang, ternyata gue yang datangnya kecepetan" sahut Adel sendirian di dalam kelas.

"Adel?" sahut seseorang.

"Loh Vin? udah datang?" Tanya Adel yang ternyata datang adalah Delvin.

"Lu ngapain datang sepagi ini?" Tanya Delvin.

"Yah nggk papa, lu sendiri?" Tanya Adel.

"Males di rumah, nyokap bokap kek nggak ada kerjaan selain berkelahi!" balas Delvin.

"Maksudnya?" Tanya Adel.

"Huft, nggak jadi, udah lupain ajh" jawab Delvin sambil berjalan menuju kursinya di pojok kiri paling belakang.

"Lu ada masalah keluarga yah?" Tanya Adel sambil berjalan dan menuju ke kursi di samping Delvin yaitu kursinya Adit.

"Nggak" balas Delvin dengan dingin.

"Cerita ajah! Siapa tau gue bisa bantu" Paksa Adel dengan nada halus.

"Huft, tapi lu diem yah!" balas Delvin.

"Iya, kenapa?" Tanya Adel.

"Gue mau di jodohin sama bokap, tapi nyokap gue nggak setuju, menurut nyokap gue, cinta nggak bisa di paksa, tapi perusahaan bokap gua lagi kena masalah, dan katanya gue mau dijodohin sama anak dari perusahaan lain juga, jujur gue bingung, tapi yah, mau gimana lagi gue nggak mau ngebantah bokap gue, entar di bilang anak durhaka, tapi dari penglihatan nyokap, gue setuju dengan nyokap gue, yah mau gimana lagi, keputusan bokap harus selalu gue turutin" Jelas Delvin.

"Emang mau di jodohin sama anak perusahaan mana?" Tanya Adel.

"Perusahaan Vlorine katanya" balas Delvin.

"HAH!" Sahut Adel dengan suara yang meninggi.

"Lu kenapa? Lu kenal dengan anaknya?" Tanya Delvin

"Ah? Anu, bokap gue, iya bokap gue kerja di sana sebagai supir dari anak nya, tapi gue nggak pernah tau anaknya seperti apa, dan bagaimana" Jelas Adel panjang lebar dan berusaha meyakinkan.

"Huft, yh udah lah, makasih udh mau dengerin curhat gu----"

"Anjay! Ada yang pacaran nih yeh!" sahut Adit saat memasuki kelas.

"Apaan sih Dit!" sahut Delvin.

"Kalau gitu gue balik ke kursi gua dulu" jawab Adel.

"Iya" Balas Delvin.

'Papa mau jodohin gue? Kok gitu! tapi gue rasa papa nggak kek gitu deh orangnya, sumpah yah ini ada apaan sih, gue ngomong ajah ke papa atau nggak?' pertanyaan itu terus mengelilingi benak dan pikiran Adel, sampai-sampai ia tak fokus dalam pembelajaran.

"ADEL!" sahut bu Wati yang lagi mengajarkan pelajaran Matematika.

"I-iya buk?" jawab Adel.

"Kamu ngapain bengong dari tadi! Keluar kelas saya!" bentak bu Wati.

"Tapi bu—" cegah Adel.

"Keluar!" akhirnya Adel memutuskan untuk keluar dan dia tidak marah sama bu Wati, karena emang dialah yang salah disini, dan dia menyadari itu.

Sesampainya dirumah, Adel masih ragu untuk ngomong sama papanya dan saat makan malam, iya mencoba memberanikan diri.

"Pah, Adel mau nanya" Tanya Adel.

"Iya ada apa?" sahut papa.

"Yang pegang perusahaan Vlorine siapa pah?" Tanya Adel.

"Ouh, itu Pak Ridho" jawab papa.

"Pak Ridho yang mana?" Tanya mama.

"Yang dulu pernah kena kasus sih di perusahaan Megatama" Jawab papa.

"Kok papa kasih Pak Ridho megang perusahaan sih! Entar kalau dia buat onar gimana?" Tanya mama.

"Mah, kita nggk boleh berprasangka buruk dulu, dan kinerjanya belakangan ini bagus kok, makanya papa baru ajah promosiin beliau" jelas papa.

"Kalau ada apa-apa langsung cepet ditangani!" jawab mama.

"Iya, tapi kenapa Adel nanya soal perusahaan Vlorine?" Tanya papa.

"Ouh, soalnya kayaknya papa nggk terlalu sibuk-in perusahan itu jadinya, Adel penasaran ajh" Jawab Adel senatural mungkin.

"Hahaha, kamu yah, khawatir sama perusahaan? Papa percaya sama Pak Ridho kok! Jangan khawatir" jawab papa.

'Jadi yang perlu gua cari tau siapa anaknya pak Ridho? Apa Talia, tapi waktu di restorant sekolah, Talia bilang kalau papanya kan di perusahaan Megatama, tapi kata papa barusan kan katanya pak Ridho ini baru banget di promosiin, bisa jadi kan kalau itu Talia, trus gua harus gimana?' pertanyaan yang mengelilingi benak Adel.

"Akh tunggu besoklah baru bicarain lagi sama Delvin" 

The Knife Smelled Like A FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang