ADEL

5 2 0
                                    

"Gimana? Udah pada disiapin belum barang-barangnya?"

"Udah kok! Dari pakaian, beberapa obat-obatan yang dirasa perlu, terus juga beberapa snack ringan, barang-barang pribadi. Kayaknya udah semua deh" Jelas Adel.

"Elektronik jangan lupa di bawa-power bank—buat jaga-jaga, senter juga bukan apa tapi kalau baterai-handphone—habis kan bisa pake senter. Kita ini-camping—nya di pekarangan hutan, jadi buat jaga-jaga ajah!" Jelas Farhan memalui sambungan teleponnya dengan Adel.

"Iya! Besok lu jadi jemput kan?" Tanya Adel.

"Lu? Bisa nggak pake aku-kamu ajah, kita ini pacaran yah Del!" Protes Farhan.

"Yah udah iya tapi pelan-pelan"

"Hmm, iya besok aku jemput. Mau di jemput dimana?"

"Di hotel punya gue, yang berada di bawah naungan perusahaan Chellery" Jelas Adel.

"Yah udah besok aku kesana, tungguin yah bby"

"Iya pasti dong! oke bye!" Ucap Adel sambil memutuskan sambungan telepon antara dia dan Farhan.

"Jadi? Besok lu berangkat sama Farhan?"

"Iya! Kalian langsung bertiga ajah, kan kita harus ke sekolah dulu, jadi tetep ketemu di bus kan, toh bus nya juga perkelas" Jelas Adel.

"Yah udah! Eh gue cabut duluan yah, mau ada urusan" Ucap Delvin.

Akhirnya Delvin pun meninggalkan kamar Adel dan pergi menuju tempat kendaraannya berada.

"Jadi? Gue emang udah kalah dari awal apa gimana sih? Emang Adel beneran nggak bisa ngeliat gue?" Ucap Delvin sembari memukul stir mobilnya.

"Bodolah! Mending pulang ajah!"

~

Pagi hari menyambut kedua sahabat dalam satu ruangan tersebut, mentari tersebut sangat terang, seperti menandakan ini hari paling bahagia yang pernah ada.

Dukungan sinar mentari mampu membuat kedua sahabat itu terbangun dari lelapnya tidur semalam, mereka memutuskan untuk tidur cepat agar tetap terlihat segar di pagi hari.

"Gue duluan!" Teriak Adel sambil lari menuju kamar mandi.

"Jangan lama-lama!"

Fany menyadari bahwa dia tiadak seharusnya membatasi Adel, dia harus membiarkan Adel bebas, dia hanya perlu berada disisi Adel sehingga semua sandiwara ini berakhir. 'Yah sekarang gue bakal tetep jadi temen ceweknya Adel, satu-satunya temen cewek, gue bakal dukung dia sampai kapanpun!' Batin Fany.

"Udah siap? Aku di lobby!" Ucap Farhan dari sambungan telepon.

"Iya ini gue turun sama Fany!" ucap Adel sambil memutuskan sambungan telepon

"Farhan? Jemput Adel?"

"Iya kak. Kakak sendiri?"

"Gue mau jemput Fany" jelas kak Aldi.

"Sendiri?"

"Nggak sama Delvin cuman masih di mobil, gak tau tuh bocah mau turun apa nggak" Jelas kak Aldi.

"Bby!" panggil Adel ke Farhan.

Yang di panggil pun menoleh kearah dari mana suara tersebut datang, dan mendatangi Adel.

"Sini biar aku yang bawa!" Ucap Farhan sambil mengambil tas milik Adel.

"Kak gue duluan yah! Fan duluan yah!" Ucap Adel sambil meninggalkan kak Aldi dan Fany.

"Apa kita harus ngebiarin Adel, kak? Jujur ajah perasaan gue masih nggak tenang, dan juga walaupun gue udah berusaha nenangin diri gue, tapi nyatanya ini masih susah. Gue takut apa yang dilakuin Farhan hanya sebatas sandiwara atau mungkin cuman permainan balas dendam"

"Balas dendam atas dasar apa?" Tanya kak Aldi sembari mengalihkan pandangannya yang awalnya menatap punggung kedua pasangan yang baru saja menjalin hubungan lagi ke arah Fany.

"Entah lah, rasanya Farhan hanya mempermainkan Adel ajah" Jelas Fany.

"Udah jangan menuduh sembarang, sekarang kita cuman nemenin Adel ajah cukup kok bagi dia, selama dia tidak merasa dijauhi. Yah walaupun Delvin masih sedkit keras kepala sih. Udah lah ayok ke sekolah"

Akhirnya mereka memutuskan untuk mengakhiri obrolan singkat mereka, dengan memilih berangkat ke sekolah.

The Knife Smelled Like A FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang