KASUS 2

8 2 0
                                    

"Vin? Ini masih pagi banget kok udah datang sih? Masih jam 06.19 loh, masalah lagi dirumah?" Tanya Adel yang saat memasuki kelas sudah bertemu dengan Delvin.

"Enggak juga, cuman gue pengen cerita ajah sama lu,sapa tau bisa ngeringanin beban gue." Jawab Delvin.

'Yuhu, berarti gue nggk perlu rayu-rayu Delvin buat cerita donk!' batin Adel.

"Jadi apa yang mau lu ceritain?" Tanya Adel saat duduk di samping Delvin.

"Malam ini gue mau ketemu sama anak itu" jawab Delvin.

"Anak perusahaan vlorine itu?" Tanya Adel.

"Iya, tapi gue nggak mau, please Del bantuin yah!" balas Delvin.

"Tapi gue harus bantuin dengan cara bagaimana?" Tanya Adel.

"Lu, bis-a jadi pa—car pura-pura gue kan?" Tanya Delvin ragu.

"HAH?! Pacar pura-pura gimana maksudnya?" Tanya Adel.

"Yah gitu, tolong yah Del, bantuin gue!" sahut Delvin.

"Yah udah biar gue pikirin dulu" jawab Adel."

"Kalau iya, ntar pulang sekolah kita jalan kan masih ada sekitaran 2 jam-an, jadi kita bentuk chemistry di luar sekolah, gimana?" balas Delvin.

"Hmm, tapi gue pikirin dulu" Jawab Adel sambil berjalan keluar kelas menuju taman belakang, 'Jadi, gue jawab iya apa nggak yah? Akh, sumpah nggak ngerti lagi, satu sisi gue kasian juga sama Delvin, tapi sisi lain, yah astaga bingung kan, akh udah lah.' Batin Adel.

"Kalau gitu, ini langkah pertama yang harus gue ambil" sahut Adel sambil mengambil handphonenya di kantongnya.

"Halo, pak Ibnu—"

~

Adel yang berjalan menuju kelasnya, dan melihat beberapa siswa-siswi mulai memenuhi ruang kelas, dengan cepat Adel mengkode Delvin dari ambang pintu untuk menyuruh Delvin keluar kelas, dan mereka menuju taman belakang.

"Jadi, apa jawaban lu?" Tanya Delvin yang langsung to the point

"Iya gue bantuin" jawab Adel.

"Yes! Makasih Del" jawab Delvin sambil loncat-loncat layaknya anak kecil yang baru dikasih balon sama orang tuanya.

Mereka menuju kelas, dan mulai mengikuti pembelajaran. Saat jam istirahat, Adel dan Fany langsung keluar kelas menuju restorant, seperti biasa mereka memiliki tempat duduk berdua, dan saat baru saja duduk, Delvin dan kak Aldi yang datang bersamaan dari arah berbeda langsung duduk di depan Adel dan Fany.

"Loh, kak ngapain disini" Tanya Fany.

"Emang nggk boleh?" jawab Aldi.

"Boleh sih kak, cuman kan kenapa nggak gabung sama temen seangkatan kakak ajah? Bukan nya kalau kayak gini lebih canggung?" Tanya Fany.

"Gue masih ngehukum Adel, jadi harus diperhatiin donk, sapa tau dia malah nyakitin adek gue" jawab Aldi.

"Bener tuh, yang namanya orang jahat mah, tetep jahat!" sahut Talia yang entah datang dari bagian mana dan ikut bergabung dengan Adel dan yang lainnya.

"Vin, lu ngapain duduk depan Adel?" Tanya Raka.

"Kepo amat kak!" jawab Adel.

"Emang gue nanya lu!" jawab Raka dengan suara yang meninggi.

"Vin! Lu denger nggk sih!" Tanya Raka dengan suara yang masih sama kerasnya.

"Apaan sih! Gue mau duduk depan pacar gue emang masalah? Ganggu orang makan ajah lu!" sahut Delvin dengan nada yang tidak suka.

The Knife Smelled Like A FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang