Gadis itu mengamati seragam yang ia kenakan saat ini. Blazer berwarna navi yang menutupi kemeja putih yang melekat pada tubuhnya. Pita tipis yang melingkar di kerah kemeja dan rok senada dengan blazer, ikut menyempurnakan penampilannya pada pagi hari yang bahagia ini.
Tentu! Tidak ada alasan bagi gadis berlensa mata huzelnut untuk tidak bahagia. Sebab, saat ini, ia akan menempati sekolah baru, setelah lulus dari Sekolah Menengah-ia akan menjadi murid sekolah lanjutan atau sekolah menengah umum, hingga akan berlanjut ke perguruan tinggi.
Bahkan, ia-Viola Dickson-telah merancang hal-hal yang ingin dilakukannya di masa remaja menuju pendewasaannya ini. Termasuk, ia yang akan berusaha untuk mempertahakan prestasinya selama bersekolah dan ingin terus membanggakan kedua orangtua dan keluarganya.
Itulah yang akan dicapainya.
Terlihat, gadis cantik berkulit putih dengan perawakan cukup tinggi, menuntun kedua kakinya menuruni tangga, sembari memegangi tasnya. Lebih tepatnya, Viola akan menuju ke ruang makan-tempat ayah, ibu, kakak dan kakak iparnya berada.
"Selamat pagi, adiknya Vanko," ucap seorang pria yang mengenakan jas dengan dalaman kaos hendak meninggalkan meja makan untuk ke suatu tempat. Bahkan dengan usilnya, pria bernama lengkap Vanko Dickson terlebih dahulu mencubit kedua pipi itu dengam gemas saat berpapasan yang kemudian langsung berlari setelah melakukannya.
"Dad! Mom!" pekik Viola dengan kesal. Berjalan ke meja makan seraya memegangi pipinya yang ia yakini akan memerah-mungkin sudah memerah.
Sang ayah-Victory Dickson dan sang ibu-Aileen Mercier, hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala melihat interaksi dua anak mereka. Terlebih bagi untuk putra sulung, Vanko, yang telah menikah dengan pujaan hatinya dan dikaruniai seorang putra berusia 5 tahun. Terus saja menggoda si bungsu, Viola, yang memang berjarak 12 tahun dengan dirinya.
"Kakakmu memang seperti itu. Abaikan saja, dan ke sinilah, Baby. Kau harus sarapan untuk segera ke sekolah barumu. Bukankah, ini hari pertamamu menjadi murid kelas satu?" kata Aileen yang mengingat Viola tentang hal itu.
Ia yang masih kesal, mencoba untuk tenang dan duduk di kursi tepat berhadap dengan kakak iparnya---Sachi Martinez, yang tidak lain adalah istri dari Vanko. Sungguh, Sachi masih memikirkan alasan kenapa kakak iparnya yang cantik itu, ingin menjadi istri dari pria menyebalkan seperti Vanko?
Vanko memang tampan dan menawan, tetapi sikapnya yang menyebalkan, membuat Viola mencoret dua poin utama itu. Ouh, bahkan Viola baru sadar jika sang kakak telah memiliki seorang anak lelaki. Untung saja, sang keponakan tidak seperti ayahnya. Lebih suka mengamati dan tidak banyak tingkah. Semoga terus seperti itu.
"Viola, kau harus bersikap baik dengan teman-temanmu, nanti," ucap Aileen yang mencoba memberikan pencerahan pada si bungsu. Dengan kilat, membuat Viola mengangguk hormat.
"Itu sudah pasti, Mom! Bahkan, aku sudah berjanji pada diriku sendiri untuk berusaha mempertahankan prestasi dan berusaha mendapatkan jabatan sebagai Ketua Kelas," balas Viola dengan bahagia.
Aileen, Victory dan Sachi tersenyum bahagia. Ikut merasakan kobaran itu, tetapi sepertinya, tidak berlaku dengan Vanko yang baru kembali dengan membawa sebuah map. Vanko tertawa mendengar tutur kata si bungsu.
"Lucu sekali kau, Viola. Kau ingin menjadi ketua kelas? Memangnya, kau bisa bertanggung jawab kepada orang lain? Soalnya, sejak dulu kau tidak pernah bisa bertanggung jawab kepada dirimu sendiri!" timpalnya sembari duduk di samping Sachi.
Sontak, membuat Sachi menyenggol sang suami untuk tetap diam---seharusnya tidak berujar untuk membuat Viola cemberut---seperti sekarang ini.
"Mom, Dad! Lihat Kak Vanko! Dia sangat menyebalkan, padahal usianya tidak terlalu muda lagi. Entah kenapa, Kakak Ipar Sachi ingin menikahinya?" ucapnya dengan sebal. Secara paksa, memakan sarapan yang ada di hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SPARKLE
Teen FictionViola Dickson adalah gadis cantik dan berprestasi yang harus menyelesaikan taruhan dengan sang kakak yang selalu saja mengatainya tidak bisa bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri dan terus saja mengolok-oloknya, saat ia yang ingin menjadi ketua...