"Sungguh ... aku sangat terkejut jika anak lelaki itu adalah dirimu. Aku--aku bahkan tidak bisa mengungkapkan yang kurasa saat ini," ucap Viola dengan perasaan campur aduk dan telah melupakan apa yang terjadi kemarin.
Keduanya berjalan beriringan, dengan Atlas yang mendorong sepedanya dikarenakan mereka telah memasuki area perumahan dan ini permintaan dari Viola sendiri. Ya, walau rembulan hampir kelihatan, tetapi Viola sendiri telah memberitahu keterlambatannya pada sang ibu sehingga tidak ada yang perlu ia khawatirkan.
Mendengar hal itu, Atlas tersenyum lebar. "Dulu, akupun seperti itu, Viola. Bahkan, saat aku telah mengetahui dirimu dan pertemuan menyebalkan kita secara langsung, aku---aku tidak tahu harus berkata apa," ucap Atlas dengan pandangan lurus ke depan.
Kali ini, Viola melihat sisi lain dari Atlas. Bukan sosok pertama kali yang ia temui dan selalu membuat tensinya kian naik. Entahlah, Viola bahkan sulit untuk menjelaskannya.
"Tapi tunggu dulu, bagaimana bisa kau tahu---"
"Sewaktu kita masih kecil, aku pernah melihatmu bersama dengan kakak lelakimu di area perumahan ini. Waktu itu, aku mengunjungi Pamanku yang ternyata penghuni perumahan ini dan semuanya berjalan begitu saja. Aku tahu rumahmu sejak dulu dan hanya melihatmu dari kejauhan. Namun, awal kita benar-benar bertemu saat, ya ... itu," ucap Atlas dengan senyum manis, mungkin akan membuat banyak orang menjadi diabetes dan sepertinya, Viola harus memeriksa keadaannya setelah ini ke dokter.
Semua hal yang ia dengar hari ini, sungguh di luar dari dugaannya. Ia tidak pernah menyangkanya dan sangat senang dengan semua hal yang terjadi. Bahkan, Viola tidak tahu harus berkata seperti apa lagi.
"Sungguh Atlas! Aku masih tidak percaya!" ucapnya seraya mengamati Atlas dengan lekat. Beriringan dengan itu, Atlas menghentikan langkahnya dan memberikan amatan pada Viola. Alhasil, Viola juga melakukan hal sama dan menjadikan suara angin juga serangga kecil untuk menjadi melodi kala keduanya berhadapan dengan sepeda sebagai penengah.
Mereka masih membisu, hingga helaan napas keluar dari bibir Atlas disertai dengan senyuman yang amat tulus. "Viola! Tetaplah menjadi Viola yang kukenal dan satu hal yang harus kau ketahui!" jedanya. "Atlas akan selalu berada disisimu! Sampai kapanpun itu!"
***
Pagi ini, terlihat keceriaan di wajah semua orang. Ya, walau tidak menampik, ada perasaan deg-degan yang menjalar pada diri masing-masing orang. Tentu saja! Bagi semua murid tingkat pertama, hari ini menjadi hari di mana pengumuman kelas terbaik dan menjadi hari yang ditunggu-tunggu oleh Viola beserta teman-temannya.
Terlihat, mereka kini berkumpul dilapangan basket, di mana terdapat Mr. Zayn yang berdiri di hadapan para murid sembari memegangi sebuah map dan tidak lupa, ada mikrofon untuk memperbesar suaranya.
"Selamat pagi, Anak-anakku sekalian. Seperti yang telah dijabarkan pengurus OSIS, sekarang adalah pengumuman untuk kelas terbaik pada bulan ini dan hal ini, telah menjadi agenda sekolah setiap bulannya dan setiap saat, kelas 1 terus saja menjadi kelas terbaik nomor satu. Seperti itulah kenyataannya dan kelas yang terus menduduki nomor paling bawah adalah kelas 10," ucap Mr. Zayn yang membuat semua murid langsung tertawa kecil seraya melirik ke arah segerombolan anak kelas 10.
Alhasil, Kevin dibuat kesal. "Mereka belum tahu saja, apa yang telah kita lakukan selama ini. Aku sangat yakin! Tahun ini, kelas 10'lah yang menjadi juara!"
Mendengar hal itu, Atlas, Kiano, Katty dan Yeonchun mengangguk antusias. Berbeda dengan Viola yang merasa sedikit ragu. Maksudnya, Viola seperti itu karena baru saja melihat bagaimana indahnya kelas 1 yang tidak ada tandingannya. Hanya saja, ia mencoba untuk terlihat baik-baik saja. Akan tetapi, Viola sepertinya harus mengecualikan Atlas yang tahu jika ia tengah gelisah.
Terlihat, Atlas yang memberikannya bahasa tubuh melalui wajah untuk membuatnya menjadi lebih baik. Tentu saja, Viola makin tidak baik-baik saja. Namun, ia hanya bisa memperlihatkan senyumannya---seakan ia mulai tenang.
"Sebelumnya, saya dan beberapa guru telah melakukan penilaian dan beberapa telah membuat kami sangat terpukau dan ada juga yang membuat kami cukup kecewa," ucap Mr. Zayn yang dengan kilat membuat semua murid saling memberi pandangan dan berbisik. Tidak lupa, kelas 1 yang kini memperlihatkan senyum remehnya pada kelas 10. Tentu saja, Daisy yang mengetuai.
Bahkan, gadis itu kini mendekat ke arah kelas 10 untuk melakukan beberapa hal. Tidak memedulikan jika Mr. Zayn tengah mengatakan sesuatu. Kini, Daisy telah bersebelahan dengan Viola yang tampak gugup.
Daisy tersenyum sinis. "Aku yakin, kau sudah tahu hasil akhir dari penilaian kali ini," ucapnya dengan nada angkuh. Sekilat, membuat murid kelas 10 yang ada di dekat Viola geram, tetapi Viola memberikan bahasa tubuh untuk tetap diam saja, sebab ia yang akan berujar.
"Entahlah, Mr. Zayn belum mengumumkan hasil akhirnya, jadi semua desas-desus yang terdengar masih alibi dan apapun bisa terjadi kali ini," timpal Viola yang mencoba santai. Ampuh membuat Daisy tersenyum kecil.
"Wow, itu berarti! Kau mengharapkan kelasmu menjadi pemenang? Kelas yang mendapat cap sebagai kelas pembuat onar dan---"
"Kenapa tidak?" ucap seseorang yang memangkas tutur kata Daisy. Bahkan, gadis itupun dibuat tertegun kala Atlas---sosok yang ia kagumi, kini menatapnya dengan malas.
"A--atlas? Kau--kau seharusnya---"
"Tidak ikut campur? Ayolah, Daisy! Kelas yang kau hina adalah kelasku dan selamanya akan menjadi kelasku hingga lulus nanti. Apapun yang terjadi di masa depan nanti, aku tidak akan meninggalkan kelas yang mengajarkanku banyak hal tentang kehidupan untuk pindah ke kelas kumpulan orang yang penuh ambisi dan tidak menghargai orang lain!" ucap Atlas lagi yang membuat Daisy tidak bisa berkata-kata. Viola dan yang lainnya pun, merasakan hal yang sama. Namun, mereka amat bahagia kala mendengar tutur kata Atlas.
Daisy menatap Viola, lantas menatap Atlas dengan lekat. "Jadi, kau menolak tawaran yang terbaik untuk masa depanmu?"
Dengan kilat, Atlas tersenyum tipis. "Hal yang terbaik untuk masa depanku, hanya aku sendiri yang mengetahuinya, bukan kau! Kurasa, cukup menjadi jawaban dari pertanyaanmu dan fokuslah pada pidato Mr. Zayn yang tidak lama lagi, akan mengumumkan pemenangnya!" jawab Atlas panjang lebar yang membuat Daisy sangat sebal.
Terlebih, yang dikatakan Atlas memang benar. Mr. Zayn telah bersiap mengumumkan pemenangnya dan membuat semua murid sangat penasaran.
"Untuk pertama kalinya, saya sangat gugup. Akan tetapi, saya tidak ingin berlama-lama dan membuat kalian mati penasaran! Oleh karena itu, kelas terbaik nomor satu untuk bulan ini adalah ...."
"Kelas 10!"
Sekejap, semua murid memberikan amatan pada kelas 10 yang melongo tidak percaya. Bahkan, tidak tahu harus bereaksi seperti apalagi. Terlebih, kala Viola dapat melihat ekspresi Daisy beserta temannya yang tidak percaya akan pengumuman itu yang beriringan dengan teman sekelasnya yang memberikan pelukan rasa bahagia.
***
Suara benturan minuman dingin kini terdengar di dalam kelas 10 yang tengah merayakan kemenangan pertama mereka. Sungguh! Tidak dapat mereka duga begitu saja. Bahkan, perayaan kecil mereka semakin sempurna kala Mr. Liam sebagai wali kelas, turut hadir dikarenakan saat ini memang jam belajar untuk mata pelajaran Mr. Liam.
"Wah, kalian memang luar biasa! Bahkan, aku sangat terkejut melihat kelas kalian yang sangat indah dan kreatif. Pantas saja! Mr. Zayn memilih kelas kalian, karena memang beda dari kelas lain!" ucap Mr. Liam sumriah sembari meneguk minuman dingin lantas meninggikan botol minumannya.
"Bersulang untuk kemenangan kelas 10 dan ketua kelas kita yang memimpin dengan baik selama ini!" ucap Mr. Liam.
"Bersulang!" serempak murid kelas 10 dengan tawa bahagia mereka.
Tentu saja, Viola amat bahagia kali ini, sebab ia bisa membuat pernyataannya pada waktu itu menjadi kenyataan di mana kelas 10 tidak lagi diremehkan.
Ouh, Viola bahkan dapat melihat bagaimana murid kelas 1 yang menundukkan wajah jika melihat kelas 10 karena malu. Sangat disayangkan, sebab kesombongan mereka yang memuakkan pada waktu itu, dihancurkan begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
SPARKLE
Teen FictionViola Dickson adalah gadis cantik dan berprestasi yang harus menyelesaikan taruhan dengan sang kakak yang selalu saja mengatainya tidak bisa bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri dan terus saja mengolok-oloknya, saat ia yang ingin menjadi ketua...