[38]

17 2 0
                                    

Viola mengamati sebuah bangunan yang pernah ia kunjungi bersama dengan Atlas. Ya, yayasan di mana Ibu Atlas tengah dirawat selama ini. Hanya saja, Viola tidak bersama dengan Atlas. Inisiatif untuk datang seorang diri, sebab selain rindu dengan wanita yang cukup ramah itu, ia juga ingin mengatakan beberapa hal.

Oleh karena itu, Viola kini memasuki area yayasan sembari memberikan senyum kepada sejumlah penghuni yayasan yang memiliki kesibukan masing-masing. Viola hanya melempar senyum, hingga ia kini tiba di meja resepsionis untuk membuat laporan kunjungan.

Tidak ada hambatan untuk melakukannya, karena ia cukup dikenal oleh beberapa pekerja di yayasan ini sebagai teman dari ibu yang menjalani perawatan serta anak bungsu dari salah satu donatur.

"Nona bisa membawanya ke taman, tetapi jangan terlalu lama. Hawa sekarang ini sering sekali berganti-ganti," ucap sang perawat seraya mengambil pena dan kertas yang telah ditandatangani Viola.

Viola mengangguk dengan senyum yang tak pudar. "Saya mengerti dan terima kasih," ucapnya ramah yang kemudian melanjutkan perjalanan ke sebuah ruangan yang tak lain adalah ruangan Ibu Rose---Ibu Atlas.

Tidak terlalu lama, Viola telah sampai di hadapan sebuah pintu yang terbuka---menampakkan seorang wanita yang tengah menyisir rambutnya dengan suara lirihan yang terdengar. Akan tetapi, hal itu harus terhenti kala Rose menyadari kehadiran sosok gadis yang ia sukai bersama dengan anaknya.

Tentu saja, Viola tersentak saat namanya kini dipanggil wanita itu.

"Eh ... Bibi! Selamat sore, Bibi," ucap Viola sebagai sapaan sembari melangkahkan kaki untuk mendekat ke arahnya.

"Oh, syukurlah! Kau datang, Viola! Sungguh, aku baru saja memikirkanmu dan sangat mengagumkan, kau kini nyata di hadapanku!" ucap Rose dengan seru, membuat Viola melebarkan senyum.

Viola pun mengangguk dengan semangat. "Aku juga memikirkan, Bibi. Itu dia, kenapa aku kini berada di hadapan, Bibi. Dan, aku akan mengajak Bibi ke taman. Apa boleh, Bibi?" tanya Viola di mana tanpa pikir panjang, membuat Rose mengangguk.

"Tentu saja! Pasti itu akan sangat mengasikkan!"

***

Seperti yang Viola katakan sebelumnya, Viola kini mengajak Rose ke taman yayasan itu---lebih tepatnya seray mendorong kursi roda sebab Ibu Atlas tidak boleh terlalu kelelahan, karena menurut perawat, akhir-akhir ini, Bibi Rose mengalami penuruan kesehatan. Alhasil, membuat Viola agak ragu untuk mengatakan hal yang sejak tadi terpendam dalam hatinya. Hanya saja, jika disimpan terus menerus pun, itu juga tidak akan sangat bagus.

Alhasil, Viola menghembuskan napas dengan kasar. Hal yang ia lakukan pun, membuat Rose menoleh. "Ada apa, Viola? Apa kau ada masalah?" tanyanya.

Namun, Viola belum menjawab. Gadis itu masih memilih untuk terus mendorong kursi roda, hingga berakhir di taman dan sebuah tempat yang menurutnya sangat indah dan sejuk.

Viola memperbaiki posisi kursi roda Rose terlebih dahulu, hingga ia kini mengambil tempat untuk dirinya di kursi taman yang ada tepat di samping Bibi Rose seraya mengamati sekeliling yang dikunjungi oleh beberapa pasien yayasan itu.

Viola belum juga berujar, lebih kepada ia yang masih beradu pada hati dan pikirannya mengenai, apa ia perlu memberitahu hal ini untuk memperbaiki masalah yang terjadi? Atau ia harus membiarkannya begitu saja, karena masalah kesehatan dari Bibi Rose sendiri?

Alhasil, kegelisahan yang dirasakan oleh Viola, membuat Bibi Rose seperti ikut merasakannya dan kini mengelus punggung tangan Viola. "Sepertinya kau memang memiliki masalah. Cerita saja! Atlas juga sering cerita banyak hal tentang kehidupannya, dan akupun akan mendengarkan ceritamu juga," ucapnya sumriah.

Mendengar hal itu, membuat Viola tersenyum miris. "Akan tetapi, ini bukan hal baik, Bibi. Dan buruknya, Atlas juga terlibat!" Demi apapun itu! Viola sontak menutup kedua bibirnya sangat rapat setelah mengatakan hal itu!

Sungguh! Kedua bibirnya sangat spontan mengatakannya. Sialnya lagi! Bibi Rose sontak melirik ke arahnya dengan tatapan penuh makna dan beribu pertanyaan. "Atlas? Apa Atlas membuatmu terluka?"

Viola terdiam. Bingung untuk bercerita.

"Viola, apa Atlas membuatmu terluka? Katakan kepadaku! Biar aku menjewer telinganya!" ucap Bibi Rose dengan agak gemas yang membuat Viola dengan kilat menggeleng.

Alhasil, Rose menganggaruk kepalanya dengan bingung. "Lalu? Apa yang membuatmu gelisah?"

Mendengar hal itu, membuat Viola menatap Bibi Rose dengan lekat lalu berkata, "Apa Bibi bisa baik-baik saja setelah mendengarnya?" tanya Viola ragu yang semakin membuat Bibi Rose bingung.

Tanpa beban, Rose mengangguk. "Tentu saja. Memangnya, ada apa? Katakan saja!"

Viola menghela napas dengan pelan, lantas menggenggam kedua jemari Rose sebelum akhirnya menceritakan semua hal tentang perselisihan antara Atlas dengan Neon. Walaupun agak ragu dengan keadaan dan kondisi, Viola mencoba menjabarkan semuanya dengan sangat jelas, hingga membuat Rose yang tadinya antusias, mendadak pudar secara perlahan.

Viola sangat takut. Bagaimana jika keadaan Bibi Rose semakin memburuk setelah mendengarkan semua penjelasannya? Akan tetapi, ia memang tidak bisa berhenti begitu saja, hingga Viola terus bercerita dan membuat Bibi Rose melepaskan genggaman tangannya dari Viola.

"Bibi ... aku ... aku tidak bermaksud apapun. Aku hanya tidak ingin melihat dua saudara itu terus berselisih sejak dulu hingga sekarang. Maksudku, hanya lewat untaian kata manis Bibi'lah yang dapat membuat Atlas sadar akan kesalahpahaman selama ini. Hanya Bibi dan hanya itu yang ingin aku katakan!"

"Memang, kejadian yang terjadi di masa lalu tidaklah benar. Akan tetapi, tidak ada yang tahu bagaimana jalannya takdir dan merubah segalanya. Aku--aku---"

"Aku paham maksudmu, Viola. Sekalipun aku memang mengalami keterbelakangan mental, aku masih bisa memahami banyak hal. Termasuk, saat-saat di mana Atlas yang terus berbohong akan kebahagiaannya selama ini dan bersikap seolah, semuanya baik-baik saja. Aku sangat memahami hal itu," ucap Rose yang memangkas tutur kata Viola. Spontan saja, Viola dibuat tertegun mendengar balasan dari Ibu Atlas.

Viola menatap Ibu Atlas dengan tidak percaya, yang spontan mendapat anggukan dari sang empu. "Setiap rumah tangga, tentu memiliki permasalahan dan itu terjadi kepadaku dengan Ayah Atlas. Tenang saja, Viola. Aku akan mengatasi semuanya dan memberikan pemahaman kepada putraku. Setidaknya, Naina yang berhati malaikat, tidak akan mendapatkan cap buruk lagi dari pemikiran Putraku."

"Bibi ...."

Rose menghapus bulir air matanya dengan senyum yang terus terpatri. Tidak lupa, kini mengelus jemari Viola. "Semuanya akan baik-baik saja, Viola! Dan sungguh! Terima kasih telah menemani Putraku selama ini dan bisakah aku meminta satu hal?" ujarnya.

Sekilat, Viola mengamati Rose dengan lekat lalu mengangguk. "Bibi bisa meminta apapun!"

Mendengar hal itu, membuat Rose tersenyum bahagia. "Kalau begitu, di masa depan nanti! Teruslah menjadi penguat dan alasan Putraku untuk bahagia."

Tbc.

SPARKLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang