[31]

17 2 2
                                    

Turnamen itu telah usai dan Kevin beserta timnya menyabet juara pertama. Terlihat raut kebahagiaan di wajah Kevin dan semua temannya, tetapi senyum Kevin mendadak luntur kala melihat eksistensi teman sekelasnya. Ouh, masalah itu belum juga selesai dan menemukan ujungnya.

Oleh karena itu, Kevin kini berdiri di antara teman sekelasnya dan akan membicarakan beberapa hal. Akan tetapi, masalah besarnya, Viola yang pemeran utama di masalah ini belum hadir. Katanya, Viola harus menuntaskan beberapa hal. Alhasil, mereka menanti Viola.

Namun, tidak lama, Viola kini hadir di antara mereka dengan senyum lebar. Oleh karena itu, Kevin dibuat merotasikan bola mata dengan malas seraya menjejalkan kedua jemarinya ke dalam saku.

"Oke, mari selesaikan dengan cepat! Aku harus pergi dan soal sekolah, aku sepertinya akan pindah saja. Aku tidak bisa bersekolah ditempat di mana orang sekitarku malah menghina bakatku," ujarnya santai.

Sungguh, membuat beberapa orang disekitarnya merenggut kesal, kala mereka harus berhadapan dengan sosok seperti Kevin. Katty ingin menimpali, tetapi Viola langsung memberikan bahasa isyarat untuk membuatnya tetap diam.

Terlebih dahulu, Viola mengamati Atlas yang menatapnya dengan lekat lalu Viola mengangguk disertai senyum. Atlas pun memberikan balasan seperti itu juga, membuat Viola bersiap untuk mengatakan beberapa hal.

Namun, Viola belum berujar. Akan tetapi, Viola malah memberikan secarik kertas dan langsung menaruhnya di atas telapak tangan Kevin. Tentu saja, mereka semua tidak paham tentang hal itu.

"Ini?"

"Ya, itu adalah akses untuk mengikuti turnamen game gelombang kedua yang akan diadakan tiga hari kemudian. Maksudku, ini turnamen game yang diadakan oleh perusahaan Ayah dan Kakakku. Karena kesalahanku, kau dieliminasi dan ini juga kesalahan perusahaan itu yang mengadakan seleksi saat jam pelajaran," ucap Viola yang mencoba untuk menjelaskannya.

"Maksudku, aku memberikan pemahaman kepadanya, tetapi tidak mengatakan agar kau bisa langsung lolos. Kakakku mengatakan, akan membuka gelombang kedua untuk umum dan kau bisa mengikutinya. Aku sangat yakin, kau bisa memenangkan turnamen itu, karena ini adalah ba--bakatmu," tambahnya.

Semua orang masih terdiam, termasuk Kevin yang bingung untuk berkata-kata. Oleh karena itu, Viola menghela napas untuk mengucapkan beberapa hal lagi.

"Aku memang salah. Sebagai ketua kelas, aku memang bertugas untuk menertibkan kelas, seharusnya seperti itu. Akan tetapi, aku malah menghancurkannya. Untuk itu, maafkan kesalahanku yang membuatmu merasa terluka dengan perkataanku, tetapi sungguh, aku tidak memiliki maksud seperti itu dan kumohon Kevin …," Viola menjeda ucapannya dan mengamati Kevin dengan lekat lalu menggeleng. " … tetaplah menjadi murid di kelas 10. Maksudku, jangan pindah ke manapun, karena kelas 10 akan merasa kurang jika seperti itu."

Viola sungguh mengatakannya dengan tulus. Atlas dan yang lainnya, dapat melihat ketulusan itu dari mata dan penuturan Viola. Untuk pertama kalinya pun, Atlas dapat melihat bagaimana Viola yang memang pantas disebut sebagai ketua kelas yang sangat baik.

Sama halnya dengan mereka semua, Kevin juga merasakan ketulusan itu dan langsung merasakan tusukan jarum tajam pada hatinya. Mengingat, ia menghancurkan nama baik Viola, sementara ia sudah tahu akan kebenaran di mana Viola dan Atlas hanya bertemu secara tidak kebetulan---keduanya hanya teman.

Alhasil, Kevin menitikkan air matanya dan menatap Viola beserta teman sekelasnya dengan rasa bersalah. "Aku yang bersalah. Seharusnya, aku tidak melakukan apapun dengan kemarahan."

Kevin mengangguk setuju atas ucapannya, karena itu memang benar. "Sungguh, kau tidak bersalah ketua kelas. Akulah yang bersalah dengan melakukan itu semua. Kumohon … maafkan aku …," isak Kevin yang membuat Viola sontak menggeleng sebagai balasan.

SPARKLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang