[02]

82 5 0
                                    

Mobil hitam itu kini tiba di depan gerbang sebuah sekolah yang cukup besar. Britania High School, pendidikan lanjutan atau sekolah menengah umum yang sangat terkenal, karena prestasi yang terus diraih oleh sekolah itu, walau Stora High School---sekolah yang cukup jauh dari kota, pernah menyaingi Britania High School diangkatan kakak dan kakak iparnya.

Sebenarnya pun, Viola sempat direkomendasikan untuk menimbah ilmu di sana, tetapi ia ingin mencari pengalaman sendiri dengan prestasinya, sebab kakaknya sangat dikenal di Stora High School. Lebih jelas, ia tidak ingin dikenal, karena nama ayah maupun kakaknya. Sederhananya seperti itu.

Sungguh, Viola amat bersyukur, karena lolos di sekolah ini. Walau ia tidak tahu, di kelas mana ia akan ditempatkan sebab ia melewati satu seleksi yang menentukan kelas, karena tidak tahu jadwal pasti seleksi itu. Ia hanya tahu, Britania High School melakukan dua seleksi, tetapi nyatanya ada seleksi tambahan. Sangat menyebalkan.

Akan tetapi, di mana pun ia akan ditempatkan, ia pasti akan menikmatinya.

Dengan rasa senang yang terus membuncah, kedua kakinya terus menuntun dirinya untuk mengamati sekolah yang sangat luas dan besar ini.

"Fantastis!" gumam Viola secara spontan. Dengan mengapik kedua tali tasnya, ia terus melangkah diselingi rasa kagum.

Intinya, ia suka pada sekolah ini. Suasananya sangat luar biasa. Banyak hal bisa dilakukan! Seperti saat ini, ia dapat melihat beberapa murid yang terlihat seperti senior tengah beradu game, berlarian, bersepeda, bermain basket, dan masih banyak lagi untuk menanti bel masuk yang akan berbunyi.

Saat ini pun, Viola berada di tengah lapangan basket yang lumayan luas sembari menatap gedung kelas yang mengelilingi lapangan basket. Hatinya sangat senang, serasa ribuan bunga menerpa dirinya, dan dengan merentangkan kedua tangannya, Viola menyambut dunia barunya setelah lulus dari sekolah menengah.

"Viola! Selamat datang di Britania---Argh!"

Viola langsung memegangi kepalanya yang sangat sakit, karena hantaman bola basket yang dimainkan oleh para senior. Untung saja, ia bisa menahan diri sehingga ia tidak tersungkur di tengah lapangan.

"Junior, kau baik-baik sajak'an? Dan, oh iya kembalikan bola yang berada di hadapanmu!" pekik seorang senior berambut pirang, membuat Viola geram sendiri.

Benar-benar tidak ada etika. Dia berbuat salah, bukannya meminta maaf, malah memerintah dengan berteriak. Seolah-olah, mereka adalah pimpinan di area lapangan basket.

Viola tentu tidak terima. Alhasil, ia ingin memberi balasan dengan mengambil bola basket yang berada di hadapannya dan berbalik ke arah kumpulan senior berbaju urak-urakan itu.

Oh, Viola tebak, para senior itu pasti langganan guru bimbingan kongseling.

"Hei, junior! Jangan membuang waktu kami! Lempar bola itu kemari!" pekiknya sekali lagi.

Dengan senyum jahil yang menyertai wajah cantiknya, Viola mengangguk. Terlebih dahulu ia memantulkan bola itu, lalu mengambil ancang-ancang untuk melemparnya setelah mengekernya kesuatu tempat.

"Senior kurang ajar!" gumam Viola diselingi dengan ia yang melempar bola. Lantas, bola itu mengenai seorang senior yang tadinya memberikan perintah dan beriringan dengan Viola yang langsung berlari. Tidak memedulikan para senior itu yang berteriak.

Sungguh, Viola terus berlari sembari menoleh ke belakang dan mana tahu, ia yang tidak melihat ke depan langsung menabrak dua orang yang berjalan ke arahnya. Mereka bertiga sama-sama terjatuh dan mengiris.

"Ih, oh my God! Pantatku sakit sekali!"

"Aww, ini karena kau Katty!"

Gadis berambut pirang sebahu itu langsung memukul kepala lawan jenis yang menuduhnya cukup keras. Lalu menunjuk ke arah Viola. "Itu karena dia!"

SPARKLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang