Viola yang mengenakan piyama bergambar panda kini terus memfokuskan diri pada ponselnya. Lebih tepatnya, menanti pesan yang ia kirim untuk dibalas oleh seseorang yang tidak lain adalah Atlas.
Viola: Atlas.
Viola pun mendengus sebal. Sudah sepuluh menit, belum ada sebuah balasan. Memang, ia cukup bersalah sebab tidak langsung menghubungi Atlas saat di dalam mobil. Akan tetapi, Viola tentu tidak bisa memaksakan diri saat baterai ponselnya yang ternyata habis dan sesampainya di rumah, ia lupa untuk melakukan hal kecil.
Namun, Atlas tentu bisa mengiriminya pesan, bukan?
"Huft, sepertinya Atlas sedang belajar. Lagipula, ini memang masih jam belajar pada malam hari. Aku saja yang mendadak tidak bersuasana baik untuk melakukannya," gumam Viola seraya menumpu kedua tangan di atas meja dengan ponselnya yang berada di sampingnya---dalam keadaan menyala.
Namun, tidak lama, ponselnya langsung berdering.
Atlas: Aku baru selesai belajar, dan kau bisa mengatakannya sekarang juga.
Alhasil, Viola langsung saja meraih ponselnya lalu mengamatinya dengan lekat. "Rajin sekali dirimu, Atlas!" Kemudian, membiarkan jari-jemari untuk menari di atas papan tombol.
Viola: Aku harus memulainya darimana? Aku bingung.
Setelah membaca pesan itu, Viola menggigiti bibir bawahnya. Hingga, ponselnya kembali berdering.
Atlas: Begini. Apa alasan dibalik kau dan Neon berbohong soal hubungan kalian?
Viola tertegun. Lantas menuntun jemarinya untuk kembali mengetik ke ponselnya setelah memikirkan jawaban dari pertanyaan itu.
Viola: Situasinya benar-benar rumit, Atlas. Maksudku, Neon meminta tolong kepadaku untuk membiarkan rumor yang beredar karena pertanyaan Daisy, mengalir begitu saja.
Viola: Katanya, Neon selalu saja dikatakan homo karena tidak pernah dekat dengan seorang gadis. Dari sini, aku tahu kau pasti mengerti dengan maksudku.
Viola: Sungguh, aku tidak berdaya dan tidak mengerti harus apa. Senior Neon memang tampan dan mempesona, tetapi aku tidak nyaman dengan hubungan ini.
Viola: Maksudku, aku tidak menyukainya dan ingin fokus pada pendidikanku dulu.
Lantas, Viola menyimpan ponselnya di atas meja dan menghembuskan napas kasar, seraya menantikan Atlas untuk membalas pesan panjang yang berisi masalah kehidupannya itu.
"Aku harap, dia bisa mengerti maksudku …."
Atlas: Ya sudah, katakan padanya jika kau tidak bisa. Apa susahnya?
Membaca pesan itu, sungguh membuat Viola naik pitam saja. Memang, Atlas tidak bisa memperbaiki keadaan dan malah membuatnya kesal saja.
Viola tidak membalas dan membiarkan ponselnya di atas meja. Akan tetapi, Atlas kenyataannya mengirim pesan suara.
Dengan kilat, Viola memutar pesan suara itu karena penasaran. Mengingat, ia baru pertama kali berurusan dengan lelaki yang nyatanya mengirim pesan suara kepada dirinya ketimbang mengirim pesan biasa. Sepertinya, Atlas lelah untuk mengetik.
Atlas:'Kau sebenarnya sangat bodoh, karena mengiyakan sesuatu di luar batas kemampuanmu. Namun, saranku, kau lebih baik mengatakan hal ini di mana kau tidak ingin terlibat dalam drama itu.'
Atlas: 'Jangan menjadi gadis lugu yang ingin diperalat. Katakan saja kepadanya, atau lakukan satu hal yang membuat senior itu setuju.'
KAMU SEDANG MEMBACA
SPARKLE
Teen FictionViola Dickson adalah gadis cantik dan berprestasi yang harus menyelesaikan taruhan dengan sang kakak yang selalu saja mengatainya tidak bisa bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri dan terus saja mengolok-oloknya, saat ia yang ingin menjadi ketua...