[22]

20 3 0
                                    

Sekarang, diskusi kecil antara beberapa orang kini terjadi, setelah seseorang telah memastikan jika guru yang mengajar pada pagi hari ini, hanya memberi tugas dan ketua kelas akan mengambil bagian untuk mengumpulkannya. Sebenarnya, diskusi terjadi pun sesaat beberapa orang yang terlibat telah menyelesaikan tugas tersebut. Alhasil, kelas serasa kosong tanpa guru yang mengajar.

"Semuanya sudah beres bukan? Bahkan, kita juga sudah punya mading," ucap Yeonchun santai yang mendapat anggukan serta kedipan manis dari Katty yang mengiyakan---saat diskusi mulai berjalan dengan santai.

Akan tetapi, Atlas yang kini lebih banyak bersuara pada diskusi ini ketimbang sang pimpinan pun tersenyum tipis, lalu menggeleng. "Aku sudah mengatakannya. Penilaian bukan hanya dari mading saja. Sebab, kebersihan, kerapian dan kekreatifan murid juga menjadi poin utamanya. Maksudku …." Atlas menggantungi ucapannya seraya mengedarkan pandangan untuk menilik penjuru kelas yang menurutnya perlu banyak sentuhan jemari.

Sontak saja, beberapa murid yang terlibat dalam diskusi pun, langsung ikut mengedarkan pandangan untuk menilik kelas dan mereka semua memilih diam.

Ruangan kelas yang polos tanpa sentuhan dekorasi yang memberikan kehidupan, membuat mereka tidak bisa berkata-kata lagi. Nyatanya, mereka bisa tahu kelanjutan dari tutur kata Atlas yang tersendat.

Kiano mengangguk. "Kita perlu melakukan sesuatu untuk kelas, sehingga tidak terlihat seperti julukan yang diberikan. Benar, bukan?"

Semuanya mengangguk setuju, sebab itu memang benar. Namun, mereka membutuhkan keputusan dan ide baru dari ketua kelas mereka, yang kenyataannya, kini tertidur dengan damai di samping Atlas. Bahkan, lelaki itupun tidak menyadari jika gadis yang selalu menyusahkannya, tengah terlelap. Manalagi, kini mendengkur halus.

Katty pun mendelik dan sontak saja mengipasi wajahnya dengan kipas kesayangannya. "Oh my God! My Sweety Viola! Kenapa kau tertidur? Apa semalam kau berjaga?" Katty bertanya. Akan tetapi, Viola belum juga bangun dari mimpinya.

Alhasil, Katty ingin mengeluarkan seluruh tenaganya untuk membangunkan singa seperti Viola. Namun, baru ia ingin berdiri, Atlas langsung memberi kode agar dirinya tetap duduk---bahkan tidak bersuara.

Tentu saja, membuat semua orang langsung kebingungan. Menerka-nerka, apa yang akan dilakukan oleh Atlas yang kini memainkan ponsel dengan wajah datar? Mereka tidak paham, tetapi sesaat Atlas menempelkan ponselnya di telinga Viola, perlahan mereka menyadarinya dan tersenyum lebar.

Tidak lama, suara bising dari ponsel Atlas pun sontak berbunyi seperti bel sekolah, membuat mereka semua tidak bisa menahan tawa yang ingin menggelegar, dikarenakan Viola yang langsung terbangun dengan ekspresi terkejut dan menatap sekitar dengan wajah kacau.

"Astaga, kenapa aku bisa tertidur? Oh my God! Aku harus ke ruang guru dulu!" ucapnya dengan parau. Bingung untuk melakukan apa dulu. Terlebih, perutnya mulai bernyanyi.

Akan tetapi, ia mendadak terdiam kala melihat sekitar---teman sekelasnya yang tergelak melihat dirinya.  Tentu saja, Viola bingung. Ia tidak tahu soal apapun. Namun, lintasan, apa yang sebelumnya ia lakukan langsung terputar. Buru-buru, Viola mengecek layar ponselnya.

Alhasil, Viola tertegun sebab ia merasa dikibuli. Sontak saja, Viola mengamati Atlas dan yang lainnya yang hanya memasang tampang tidak berdosa. 

"Hoh, kalian sungguh menjengkelkan!"

Mendengarnya, membuat Atlas tersenyum miris. "Kita sedang membahas perihal apa yang akan dilakukan untuk kelas. Akan tetapi, ketua kelas yang memimpin diskusi malah tertidur. Bukankah, itu sangat-sangat menjengkelkan?" ucapnya yang secara langsung menyindir Viola yang kini kembali duduk di sampingnya. Tentu saja, membuat Viola merasa terpojok dan kini mengerucutkan kedua bibirnya lantas tersenyum kaku.

"Aku … aku minta maaf. Entah kenapa, aku tertidur. Aku … em … maksudku, kita bahas sekarang dan menurutku, bagaimana jika kita memanfaatkan benda-benda daur ulang dan juga hasil karya seperti origami? Mungkin terlihat kekanak-kanakan, tetapi kita bisa memberikan gaya ala remaja zaman sekarang?" ucap Viola spontan. 

Sekejap, membuat semua orang terdiam dan mencerna baik ucapan Viola. Bahkan, Atlas juga sama, sebab untuk pertama kalinya, ia setuju dengan ide Viola. Manalagi, karena itu, Atlas langsung mendapatkan ide fantastis dan secara spontan mengaplikasikannya ke atas kertas.

Belum sampai di sana, murid yang terlibat pada diskusi pun langsung saja ikut andil, sehingga pembahasan mereka mulai mengasikkan dan berjalan dengan lancar. Apa yang awalnya membuat mereka bingung, kini mulai terselesaikan dan tidak membutuhkan banyak waktu, hal yang ingin mereka lakukan untuk perombakan kelas telah tercatat di lembaran kertas yang digenggam Atlas---semuanya.

Sontak saja, mereka bertepuk tangan dan berpelukan. Sungguh, hampir saja Viola dan Atlas berpelukan, tetapi keduanya bisa menyadari itu. Terlebih, bel yang menandakan jam istirahat telah berbunyi. Murid kelas 10 tentu saja langsung ingin berakhir untuk ke kantin dan melakukan suatu hal.

"Ini sangat luar biasa. Selengkapnya, akan ketua kelas kita bahas di obrolan kelas, sehingga kalian tidak perlu memusingkannya. Itu benar," ucap Atlas yang sontak membuat Viola mendelik dan menunjuk dirinya sendiri.

"Aku?"

Atlas mengangguk. "Kau'kan ketua kelas!"

Viola pun mendengus sebal. "Sungguh, aku mulai tidak nyaman dengan kalimat yang membuatku sadar akan posisi." Kemudian ia menghela napas lantas mengangguk.

"Kau memang luar biasa, My Sweety Viola." Katty menambahi. Alhasil, membuat Viola merasa tersipu. Apalagi, semua murid yang terlibat seperti Yeonchun, Kiano, Mischa dan yang lainnya juga memuji dirinya.

Viola benar-benar merasa seperti terbang ke angkasa. Ya, walau ada satu lelaki yang menjatuhkannya begitu saja. Terlebih, hanya lelaki itulah yang seakan tidak peduli kepada dirinya, padahal Viola mulai mengagumi lelaki itu karena sikapnya yang peduli beberapa hal yang lalu.

Demi Neptunus! Atlas memang sangat sulit ditebak. Ia mengakuinya.

"Tidak masalah---"

"Viola!"

Ucapan Viola dengan spontan tersendat kala seseorang memanggil namanya dan sesaat ia berbalik, itu adalah Neon. Mendadak, kelas 10 berbisik dikarenakan salah seorang senior dari kelas 1 datang ke kelas 10. Menurutnya, itu tontonan di luar dari dugaannya.

"Senior Neon? Kenapa Senior ada  di sini?" tanya Viola dengan bingung seraya menatap teman sekelasnya. Terlebih, Neon yang kini menarik langkah untuk memasuki kelas Viola dengan senyum manis, hingga Neon sekarang berhadapan dengan Viola dan beberapa murid kelas 10. Tentu saja, Neon dapat melihat presensi Atlas---saudara tirinya, tetapi ia mencoba untuk tidak memedulikannya.

"Hai, maksudku, apa kau sibuk?"

Mendengar respon itu, membuat Viola sontak menggaruk kepalanya yang tidak merasa gatal, lantas menggeleng. "Tidak. Lagipula, ini juga jam istirahat dan aku ingin ke kantin."

"Itu bagus dan sangat kebetulan sekali. Aku ingin mengajakmu makan di kantin. Maksudku, aku ingin mentraktirmu. Ini sebagai tanda pertemanan kita," ucapnya ramah.

Viola mendelik tidak percaya. "Senior ingin mentraktirku?" tanyanya memastikan.

Neon mengangguk sebagai jawaban.

"Tapi---"

"Viola tentu tidak akan menolaknya, Senior. Dia menerimanya! Benar'kan, Viola?" Katty langsung menyerobot dan membuat Viola memberikan tatapan mematikan. Terlebih, Katty membuatnya tidak berdaya dengan kalimat tersebut. Oleh karena itu, ia tentu saja menerima tawaran yang menguntungkan dari Neon dan akan memberikan pelajaran pada Katty setelahnya. Walaupun begitu, Viola memang agak ragu untuk menolak jika melihat senyum manis dari  Neon.

Sungguh, sebuah sihir dari pancaran bola mata itu membuatnya seakan mengatakan, iya. Bahkan, saat Viola kini meninggalkan kelasnya dan berjalan beriringan dengan Neon. Tidak memikirkan, bagaimana kedua tangan Atlas yang kini mengepal kuat dengan tatapan penuh makna ke arahnya.

Tbc.

SPARKLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang