"Kau adalah seorang kakak yang sangat berengsek di dunia ini! Seharusnya, kau meninggalkan London setelah melihat aku, adikmu yang terhormat memenangkan taruhan itu! Lalu mengabulkan permintaanku! Dan, yang malah kau lakukan?" Viola mengoceh pada benda pipih yang berada ditelinganya, tidak lupa ia merotasikan bola matanya karena menahan rasa kesalnya.
Namun, bukannya merasakan ketenangan setelah mengatakannya, Viola malah harus mendengar sang kakak yang tertawa pelan.
"Untung saja aku disuruh oleh Dad untuk segera pergi. Aku mensyukurinya," ucap Vanko di seberang sana amat santai.
"Kak Vanko! Kau! Kau sungguh menyebalkan! Ingin sekali aku menggilingmu sekarang juga!" pekik Viola, tidak memikirkan kala dirinya kini menjadi pusat perhatian beberapa murid yang melintas pada pagi hari ini.
"Kau bisa menggilingku, setelah aku kembali."
Mendengar pernyataan sang kakak, Viola menghela napas sebal. "Akan kulakukan dengan senang hati. Namun, sebelum itu, kau sebagai kakak harus membawakanku beberapa ole-ole khas sana---"
"Apa itu permintaanmu untuk taruhan itu?"
Sekejap, Viola berdecak. "Tentu saja bukan. Itu sebagai balasan, karena kau pergi begitu saja. Untuk permintaan yang harus kau turuti, setelah kau kembali ke London, akan kuberitahu," ucap Viola yang membuat Vanko menyetujuinya. Bersamaan dengan itu, Katty datang dengan kipas kesayangannya dan langsung merebut ponsel Viola.
"Oh My God! Kak Vanko! Apa ini benar-benar kau? Coba katakan sesuatu," ucap Katty sembari menjauh dari Viola. Tentu saja, Viola sangat geram jika barang-barangnya direbut begitu saja.
"Katty! Kembalikan!"
"Katty, jangan membuat adikku kesal di pagi hari. Dia bisa-bisa akan memakanmu, dan ya ... senang bisa berbicara denganmu. Kalau ada waktu luang, datanglah ke rumah bersama kembaranmu itu," ucap Vanko yang tentunya tidak bisa menahan tawanya, setelah mendengar suara Viola yang berteriak untuk mengambil ponselnya dari Katty. Vanko tentu bisa menebak apa yang sedang terjadi.
Katty yang bermain kejar-kejaran seperti animasi Tom dan Jerry pun, merasa kegirangan mendengar suara bass Vanko yang menjadi candunya. "Oh My God! Kak Vanko ... adikmu sedang mengejarku seperti singa betina yang kelaparan, tetapi aku ingin mengatakan sesuatu kepadamu, Kak Vanko!" ucap Katty yang mengingat suatu kejadian yang ada hubungannya dengan Viola.
"Katty sialan!"
Alhasil, Vanko dibuat penasaran. "Apa itu?"
"Ini soal adikmu yang serasa diperebutkan---"
Katty tidak lagi melanjutkan perkataannya yang ingin memberitahu Vanko soal Viola yang seperti diperebutkan oleh dua lelaki sekaligus. Sesi di mana Atlas dan Neon yang ingin mengantar Viola pulang---ia melihat itu saat kipasnya jatuh di depan pagar dan tentunya ia dapat menguping pembicaraan itu, walau agak samar-samar.
Namun, musibah malah datang tidak tepat waktu, saat Katty menabrak Yeonchun yang sedang mendengar musik dari airpods mililnya. Katty pun hampir terjatuh, tetapi Yeonchun dengan sigap menangkap lengan Katty untuk tetap menjaga keseimbangannya. Sehingga, Katty baik-baik saja.
Namun, tidak dengan ponsel Viola yang kini terlempar ke depan. Bahkan, Katty saja tidak menghiraukan hal itu, karena terpana dengan paras Yeonchun. Oleh karena itu, Katty semakin membuat Viola sangat kesal. Terlebih, ponselnya serasa terbang dan ingin lepas landas di wajah seseorang.
Dan itu adalah Atlas, dengan tampang tidak pedulinya. Bahkan, tidak berniat untuk menghindar ataupun menunduk, membuat beberapa murid disekitar sana yang menyaksikannya, langsung saja menutup mata, Yeonchun dan Katty terkecualikan sebab mereka malah seperti pada adegan drama-drama di televisi yang saling beradu mata. Lebih romantis lagi, jika ditambahi dengan lantunan musik indah dan taburan bunga mawar merah.
KAMU SEDANG MEMBACA
SPARKLE
Teen FictionViola Dickson adalah gadis cantik dan berprestasi yang harus menyelesaikan taruhan dengan sang kakak yang selalu saja mengatainya tidak bisa bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri dan terus saja mengolok-oloknya, saat ia yang ingin menjadi ketua...