[12]

22 1 0
                                    

Viola tidak bisa tenang setelah mendengar tutur kata Neon. Bahkan, kepalanya dibuat pening saja saat Senior Neon menawarkan diri untuk membuatnya berada di kelas 1. Itu, terus terbayang di kepalanya hingga kini, saat beberapa orang yang memiliki jabatan di kelas sedang berunding untuk masalah mading.

Akan tetapi, sangat disayangkan saat fokus Viola tidak berada di diskusi. Pemikirannya tertuju pada ucapan Senior Neon. Sehingga, ia tidak tahu, apa yang teman-temannya sedang bahas pada kesempatan kali ini.

"Menurutku idemu sangat bagus, Kiano. Itu bisa dilakukan dan sepertinya, ketua kelas kita juga setuju. Benarkan, ketua?" tanya Mischa seraya mengamati Viola yang hanya termenung.

Namun, Viola tidak memberi timbal balik. Gadis cantik itu hanya menatap lantai dengan gelisah, membuat semua orang pun langsung mengamati Viola dengan bingung. Ada apa dengan Viola?

Sehingga, Katty langsung saja memegang bahu Viola, membuat gadis itu merasa tersentak dan gelagapan.

"Hm, ya?" 

Hanya itu yang Viola katakan. Tentu saja, semakin membuat semua orang yang masih berada di kelas ini mengerut bingung. Sekejap, Viola baru menyadari kesalahannya.

"Aku---"

"My Sweety Viola, kau ini kenapa, sih?" tanya Katty dengan gemas, sembari mengipas wajahnya yang terasa berkeringat kepanasan.

Viola pun langsung saja mengusap ceruk lehernya diselingi dengan senyum tipis. "Aku … aku sedang tidak enak badan," ucapnya berbohong. Bahkan, Viola langsung saha mengumpati dirinya sendiri di dalam hati, karena berbohong kepada banyak orang.

Semua orang yang mendengarnya pun, mendadak tidak enak hati, kala membahas soal mading disaat sang ketua kelas sedang tidak sehat, walau itu sebenarnya tidaklah benar. Atlas yang tengah duduk dan belum bersuara pun, dapat mengetahui dari ekspresi wajah Viola---di mana gadis itu sedang berbohong.

Alhasil, Atlas yang sejak tadi bungkam dan hanya menjadi pendengar juga pengamat, kini menghela napas panjang---diselingi dengan kedua sorot mata tajamnya yang menatap setiap murid yang ada. "Ide Kiano akan kita laksanakan, dan kita akan mulai mengerjakannya esok hari---di kelas ini. Untuk apa saja yang akan dibawa setiap murid, akan aku kabari ulang di obrolan kelas," ucap Atlas yang membuat semua murid mengangguk setuju. 

Sementara Viola yang tidak mengerti alur pembahasan, sontak menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak merasa gatal---hanya sebagai pelampiasan dengan senyum tak berdosa. Atlas yang melihatnya pun, merotasikan kedua bola matanya dengan malas. Lantas, bangkit dari duduknya.

"Untuk itu, kalian semua bisa pulang dan terima kasih untuk hari ini," ucap Atlas menambahi. Semua murid pun mengangguk dan bersiap-siap untuk meninggalkan kelas dengan mengambil tas mereka.

"My Sweety Viola, kau ikut dengan kami, ya," ucap Katty pada Viola. Tentu saja, Viola menggelengkan kepalanya lalu tersenyum tipis.

"Aku akan dijemput dengan Pak Hans dan aku tidak apa-apa. Lagipula, jika aku tidur teratur dan tidak membebani pikiran, aku akan baik-baik saja," ucap Viola sebagai balasan. Katty sebenarnya sangat khawatir, tetapi jika ia terus memaksakannya, Viola akan semakin keras seperti batu. Sehingga, ia mengangguk.

"Baiklah, Viola. Kabari aku ataupun Kiano jika kau butuh sesuatu, dan sampai jumpa besok." Sambil melambaikan tangannya, meninggalkan Viola seorang diri di dalam kelas. Mengingat, Viola bertugas sebagai membuka dan menutup kelas.

Namun, Viola yang baru saja ingin bangkit dari tempatnya duduk, ia langsung saja dikagetkan akan kehadiran Atlas---dengan tatapan tajam nan membius, langsung saja membuat Viola meneguk habis salivanya.

"A--atlas--"

"Kemarikan kunci kelas!" pinta lelaki itu.

Entah mantra sihir apa yang Atlas gunakan, membuat Viola langsung saja mengeluarkan kunci itu dan memberikannya kepada Atlas. Bahkan, Viola juga langsung saja meraih tasnya kala Atlas mengambil langkah untuk meninggalkan kelas dan membawa serta kunci itu. Tentu saja, Viola memiliki tanggung jawab terhadap kunci kelas tersebut, sehingga ia mengekori Atlas yang saat ini, menutup kedua pintu kelas lalu menguncinya.

Oh. Viola baru memahami maksud Atlas yang meminta kunci, bahkan saat Atlas kini mengembalikan kunci itu kepadanya dan Viola dapat merasakan dinginnya jemari Atlas kala bersentuhan dengan jemarinya. 

"Atlas …."

Viola tidak melanjutkan tutur katanya, saat kedua matanya kini beradu dengan mata tajam Atlas. Kedua bibir Viola mendadak terkena perekat dan tidak bisa mengatakan satu kata pun.

Atlas yang melihat itupun, kini tersenyum kecut. "Aku harap, kau tidak akan membuat kesalahan yang berdampak pada sekitarmu, Viola."

***

Lelaki itu terus mengambil langkah panjang, tidak memedulikan kesunyian sekolah, sebab ia memiliki satu tujuan yang amat penting. Hingga, lelaki itu menghentikan kedua kakinya kala mengamati seseorang yang baru saja ingin memasuki mobil.

"Brengsek!" 

Sosok yang ingin memasuki mobil itupun, langsung saja menundanya dan berbalik untuk mengamati, siapa yang mengeluarkan sebuah umpatan?

Dan ternyata ... itu adalah Atlas. Sontak, membuat sosok yang tidak lain adalah Neon Marcelar tersenyum tipis, seraya mengamati kedua tangan Atlas yang kini mengepal kuat saat lelaki itu mengambil langkah untuk mendekatinya.

"Atlas, kau menemuiku? Apa kau membutuhkan sesuatu?" tanya Neon dengan satu sudut bibir yang terangkat. Tidak lupa, kedua tangannya yang menjejal ke dalam saku jas.

Demi Neptunus! Atlas yang kini berhadapan dengan Neon dan dapat mendengar pertanyaan itu, membuat tangannya sangat gatal untuk membuat lukisan indah. Akan tetapi, ia tidak ingin mengotori jemarinya untuk lelaki itu.

"Aku masih tidak mengerti, saat kau ingin sekali jika Viola berada di kelas 1 dan lagi, kenapa kau menyibukkan diri dengan itu? Apa kau dan Ibumu tidak memiliki pekerjaan lain selain ingin mencemari kehidupan orang lain, hem?" tanya Atlas dengan ekspresi khasnya.

Hanya dengan itu, Neon langsung dibuat naik pitam dan kini mencengkeram kerah baju Atlas. Tentu saja, Neon melakukannya bukan tanpa alasan. Lebih kepada ia yang tidak terima saat Atlas malah menyeret ibunya dalam persoalan mereka berdua. Bahkan, saat Atlas malah tersenyum sinis---tidak menyadari akan kesalahannya.

"Kau marah? Bukankah itu memang benar?" ucap Atlas yang memancing kemarahan Neon yang dikenal sangat ramah dan baik hati.

"Atlas! Jaga batasanmu!" geram Neon, tidak bisa menerima perkataan Atlas sejak dulu hingga sekarang. Walaupun begitu, Neon tidak juga memberi Atlas sebuah pukulan dan itulah yang membuat Atlas agak bingung hingga sekarang, di mana Neon sama sekali tidak pernah memberikannya sebuah pelajaran fisik. Kata-kata Neon, hanyalah bersifat ancaman, sebab Atlas tidak tahu, alasan Neon tidak melakukannya, karena telah terikat janji dengan seseorang.

Oleh karena itu, Neon langsung saja melepaskan cengkeraman tangannya, tidak ingin berbuat lebih, walau Atlas sangat senang memberi umpan untuk memancing.

Atlas pun kini tersenyum sinis kepada Neon. "Aku tidak peduli tentang dirimu atau pun orang terdekatmu. Akan tetapi, jika kau mempunyai maksud lain dengan membuat Viola ke kelas 1---"

"Aku memang punya maksud lain," ucap Neon yang memangkas ucapan Atlas. Sontak, membuat keduanya saling beradu mata dengan emosi yang menggebu-gebu. Bahkan, kala Neon masih ingin melanjutkan tutur katanya, tetapi terlebih dahulu tersenyum tipis.

"Aku tidak ingin melihatmu dekat dengan Viola, Atlas Roosevelt!"

Tbc.

Hola, aku update lagi😉

Gimana-gimana? Atlas sama Neon kenapa sih? Ada yang tahu?

Makanya, tetap staytune and sampai jumpa dipart selanjutnya💜

SPARKLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang