PART 26

12 0 0
                                        

kebohongan hanya akan menyakiti orang yang terlibat didalamnya.

_M&D_

Ada bunyi bel yang mengikuti terbukanya pintu kaca. Berbagai jenis es krim terpajang di etalase. Pada saat pelayan bertanya es krim jenis apa yang menjadi pilihan Aurel, gadis itu menunjuk es krim rasa cokelat dengan toping saus cokelat dan taburan renyahan biskuit. Dia jadi ingat, Ailan suka membelikannya es krim di kedai ini. Suasananya juga masih sama sejak terakhir kali, dia dan Ailan kemari.

Setelah mendapatkan es krimnya, Aurel duduk dimeja yang dekat dengan kaca. Dia menjilat krim cokelat, sambil menatap jalanan di luar kedai. Tidak berlangsung lama, seorang pria datang dan duduk di depannya. Dia Bima.

"Hai, udah lama nunggu?"

Aurel memberikan senyumnya pada pria itu. "Aku baru datang kok. Abang ingat kedai ini kan?" tanya Aurel.

Bima menganggukan kepala sebagai jawaban. "Tentu. Ailan suka beli es krim buat lo di sini."

Matanya menatap sendu ke arah meja. "Es krim terakhir dari kak Ailan, juga dibeli di sini," lirih Aurel sambil memainkan jemarinya, "tapi ada yang lebih penting dari itu. Aku kenal dengan penjahat itu."

Mendengar perkataan Aurel, sontak alis Bima terangkat dengan pupil mata yang membesar. "Apa maksudnya? Gue ngga ngerti," tanya Bima.

"Dia senior aku waktu SMP. Hubungan kami cukup akrab sebelum insiden kebakaran - saat aku pentas di sekolah," jelasnya.

Dia mengambil buku harian Ailan dari dalam tas, kemudian membuka halaman yang tertulis tanggal 18 Agustus 2015 dan menunjukan pada Bima.

"Itu buku diary kak Ailan. Hari itu tepat tiga hari setelah insiden kebakaran. Di situ tertulis kalau kak Ailan menyuruh seseorang yang mengganggu aku pindah dari sekolah. Dan aku curiga kalau orang itu adalah Leo."

"Kenapa lo yakin kalau itu Leo?"

"Karena saat aku balik ke sekolah - setelah keluar dari rumah sakit - aku ngga liat Leo lagi," jelas Aurel.

"Kalau gitu apa maksud lo, Leo melakukan semua ini karena dendam sama Ailan?"

"Aku ngga yakin. Tapi aku rasa ada sesuatu antara Kak Ailan dan Leo, yang aku ngga tahu. Saat dia culik aku, dia bilang kalau dia yang selamatkan aku dari kebakaran. Sayangnya, aku ngga ingat siapa yang menyelamatkan aku. Dia juga bilang, karena aku, ada seseorang yang dia korbankan. Aku ngga ngerti maksudnya, tapi itu mungkin berkaitan dengan semua yang dia lakukan ke aku." Hening tercipta begitu Aurel menyelesaikan perkataannya. Bima sedang berusaha mencerna semua dalam pikirannya.

Aurel memajukan sedikit badannya agar tidak ada yang bisa mendengarkan percakapan mereka."Aku mau minta bantuan abang," lirihnya. "Aku mau tahu apa yang dibicarakan kak Ailan, sebelum kecelakaan itu. Bang Bima bisa dapetin rekaman panggilannya kan?" matanya sedikit berbinar berharap mendapat respon positif dari pria itu.

Suasana kedai sedang sepi kala itu, sehingga Bima bisa berkata tanpa ragu tentang identitasnya. Yah, dia tidak memakai seragam kepolisian, sengaja untuk menyembunyikan identitasnya. "Untuk apa? Lagipula ... ilegal bagi seorang polisi untuk mengambil rekaman panggilan jika bukan penyidikan."

Helaan napas terdengar bersamaan dengan tubuh gadis itu kembali ke posisi sebelumnya. "Jadi beberapa menit sebelum kecelakaan, ada yang telepon kak Ailan. Aku ngga tahu dia siapa, tapi kak Ailan sempat marah besar sama orang itu. Aku mau cari tahu apa yang mereka bicarain. Mungkin itu bisa bantu aku mecahin semua teka-teki ini." Pandangan Aurel begitu tegas, saat menjelaskan semuanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 08, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Waktu dan MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang