Langit di atas sana sangat gelap, satu bintang pun tak berani menampakan diri. Mungkin mereka takut karena langit tampak marah kini, sedari tadi ia terus memancarkan kilatan cahaya pada bumi.
Tak lama setelah itu awan menumpahkan tangisannya, seolah dia sangat bersedih karena derasnya air yang ia keluarkan.
Dari dalam ruangan, seorang pria begitu tenang memandangi hujan deras di luar sana. Pikirannya berkelana jauh pada kejadian 3 tahun lalu. Kejadian yang merenggut orang yang dicintainya.
Wajahnya yang tampan dan berkarisma, membuat dia selalu diincar kaum hawa. Namun hatinya belum bisa berpaut dari gadis penyuka hujan yang selalu memakai topi putih.
Andaikan dia bisa mengulang waktu, dia akan mengutarakan semua rasa yang tersimpan dan tidak akan mengatakan perkataan kasar seperti malam itu. Namun penyesalan selalu datang diakhir bukan?
Seorang pria paruh baya membawa segelas kopi hitam ke dalam ruangan itu. Pria tadi sama sekali tidak terusik, dia memilih memandangi pigura foto ditangannya.
Pria paruh baya itu kasihan melihat tuan mudanya yang seperti tidak punya jiwa. Namun dia tidak bisa melakukan apa-apa dan memilih pergi keluar melakukan pekerjaannya.
Ponsel yang berdering mengalihkan perhatiannya. Dia meletakkan bingkai foto itu ke meja, kemudian menjawab panggilan masuk.
“Halo,” sapa Brian.
Brian tampak terkejut saat mendengar penuturan dari orang di seberang sana. Dia sama sekali tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.
“Oke, gue bakal ke Jakarta buat ngecek sendiri.” Dia memutuskan panggilan sepihak.
Ponselnya kembali berdering, tapi kali ini hanya dua kali, lantas pria tersebut membuka pesan masuk.
Matanya sempat melebar sebentar, saat melihat gambar diri dari layar ponselnya. Gambar ini membuat dirinya semakin ingin pergi ke Jakarta. Dia menggunakan ponselnya untuk menghubungi seseorang.
“Alex, prepare everything needed for me to move to Jakarta. Tomorrow i will go back there.” Setelah mendapat jawaban yang diinginkan, dia memutuskan panggilan sepihak.
Langit masih setia menurunkan butiran airnya, seakan perasaan sedihnya belum sepenuhnya terluapkan. Namun mungkin amarahnya sudah sedikit mereda, sebab suara gemuru tak lagi terdengar, kilatan cahayanya juga sudah menghilang.
Suasana seperti ini, mengingatkan dia akan gadis hujannya.
Seorang gadis bertopi putih tengah mengayuh sepeda berwarna merah jambu. Semilir angin menerbangkan helaian rambutnya yang terjatuh, bahkan alam pun menyukai keindahan paras gadis itu.
Dahan-dahan pohon mulai bergoyang seiring dengan hembusan angin.
Pria dengan iris biru yang berkilau berlarian dengan headset ditelinganya. Baju birunya tampak basah karena butiran air yang keluar dari tubuh.
Dari kejauhan dia melihat gadis bertopi putih yang mengayuh sepedanya dengan santai.
Gadis itu sama sekali tak menggubris tanda peringatan sang langit, akan awan yang ingin menumpahkan butirannya ke bumi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Waktu dan Mimpi
Dla nastolatkówMeski telah berusaha melupakan kecelakaan yang merenggut orang tersayangnya, Aurel tetap mengingat hari itu. Lalu seseorang dari masa lalu mengusik hidupnya dan orang-orang terdekatnya. Kemudian waktu memaksanya mengungkap siapa sosok penuh rahasia...