Ketakutan akan peristiwa menyedihkan kan terus terbayang. Inilah permainan semesta pada penghuninya.
___T&D___
“Biar gue yang bawa Aurel ke rumah sakit.”
Brian berjalan mendekati Dika, seperti pahlawan dalam sebuah cerita. Awalnya, Brian ingin mengabaikan kejadian di depannya. Namun hatinya terdorong untuk menolong Aurel yang terlihat semakin pucat dengan butiran keringat mengaliri wajah.
Apalagi kedua pria itu malah berdebat dengan kondisi Aurel.Tak bisa dipungkiri, ketakutan menyerang Aurel.
Gadis itu menutup telinganya dengan tangan, berharap suara klakson mobil dapat berhenti bergema ditelinganya. Namun suara sumbang itu semakin gencar memenuhi pikirannya.
Malam yang menakutkan itu kembali hadir dalam benaknya. Hujan deras, suara klakson yang bergema, lalu cahaya penghalang pandangan. Saat itu juga Aurel kehilangan kesadaran.
Angel yang melihat kondisi Aurel, menepuk-nepuk wajah itu berharap sahabatnya sadar. Namun tidak ada yang terjadi.
Kepanikan melanda mereka semua, sehingga Brian langsung membopong tubuh Aurel.
Semua terkejut, terutama kedua lelaki di sana. Tanpa memedulikan tatapan semua orang, Brian membawa Aurel keluar dari sana diikuti Angel.
Begitu tiba di parkiran, dia mengisyaratkan Angel untuk mengambil kunci mobilnya. Mengerti hal itu, Angel mengambil kunci dari saku celananya dan membuka mobil.
Brian meletakkan tubuh Aurel dengan hati-hati di jok belakang berdampingan dengan Angel.
Sepanjang perjalanan Angel hanya berdoa agar sahabatnya baik-baik saja. Seharusnya gejala Aurel tidak lagi separah ini. Mengingat segala perawatan yang telah dia jalani, dokter bahkan mengatakan dia hampir pulih.
Tidak tahu apa yang terjadi saat dia pergi, sehingga penyakit Aurel kambuh.
“Rel bangun,” gadis itu terus menepuk pipi Aurel, berharap dia terbangun “apa sih yang buat sakit kamu jadi kambuh?”
Tentu saja tidak ada tanggapan, sebab gadis itu tertidur dan tidak tahu mimpi buruk apa yang dia alami.
Brian kembali membopong tubuh Aurel, begitu tiba di rumah sakit. Kemudian Aurel dibawa dengan ranjang dorong.
Brian dan Angel diminta menunggu di luar sementara dokter menangani Aurel. Dokter muda yang begitu cantik, dengan lihai memeriksa pasiennya. Mulai dari mengecek jantung pasien, lalu menyenteri iris cokelat Aurel.
Setelah selesai memeriksa, dokter berambut hitam bergelombang menemui Angel dan Brian.
“Gimana keadaan Aurel kak Kesia?” tanya Angel.
“Keadaannya sudah membaik. Angel bisa kita bicara?” Angel mengangguk tanpa ragu dan mengikuti dokter itu.
Brian hanya terdiam melihat keakraban Angel dan dokter itu. Mungkinkah mereka sering kemari? Separah itukah penyakit Aurel? Benak Brian jadi diisi dengan pemikiran buruk akibat kekhawatirannya. Mengapa dia jadi memikirkan gadis itu?
__T&D__
“Angel, kamu tahu bukan, kalau seminggu lagi Aurel dapat sembuh total dari penyakitnya?” Angel mengangguk yakin, “tapi melihat kondisi Aurel tadi, kakak rasa ada sesuatu yang kembali memicu traumanya. Kamu tahu apa itu?”
Angel menggeleng, “Angel ngga tahu. Tadi kami menonton pertandingan basket, lalu Angel pergi ke toilet. Waktu kembali, tiba-tiba Aurel sudah terkena serangan panik.”
Kesia mengetuk-ngetukkan pena ke atas meja, “Berarti, ada sesuatu yang terjadi saat kamu pergi.”
![](https://img.wattpad.com/cover/122482644-288-k678544.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Waktu dan Mimpi
Teen FictionMeski telah berusaha melupakan kecelakaan yang merenggut orang tersayangnya, Aurel tetap mengingat hari itu. Lalu seseorang dari masa lalu mengusik hidupnya dan orang-orang terdekatnya. Kemudian waktu memaksanya mengungkap siapa sosok penuh rahasia...