PART 23

24 4 0
                                    

Dalam ruang sepi, kuharap kau temani

Walau bahagia hanya sebentar.

Namun dalam imaji pun kau tak sudi

Seolah aku hanya pengganggu ...

dalam ruang yang kalian ciptakan.

___T&D___

Dia tidak pernah memilih akan menjatuhkan hatinya untuk siapa. Lalu disaat pertama kalinya dia merasakan cinta, mengapa hatinya selalu terluka?

Disatu sisi Angel tidak mau merusak persahabatan mereka. Namun di sisi lain, dia mencintai Dimas yang jelas-jelas menyukai sahabatnya. Mengapa cinta serumit ini?

"Dimas berjuang buat dapetin hatinya Aurel. Lo mau biarin semua itu?" Angel tahu siapa pemilik suara dingin itu, tapi dia tak ingin menoleh, "Don't stupid. Lo juga harus berjuang buat dapetin hatinya Dimas, sebelum semuanya terlambat."

Angel menatap tajam lawan bicaranya, "Emangnya kamu berjuang buat dapetin hatinya Aurel? Angel jadi ragu kalau kamu suka sama Aurel."

"Gue berjuang dengan cara gue sendiri." Brian menunjukan senyum miringnya.

Angel bergidik ngeri melihat senyuman dari pangeran es itu. Dia menghiraukan dan menghampiri sahabatnya. Senyum kembali terpasang di wajahnya, seolah hatinya tidak bersedih.

"Hai Dim," Dimas dan Aurel mengalihkan pandangan pada gadis itu, "Kalian lagi ngobrol penting ya?"

"Ngga kok. Kita bahas hal biasa aja," tutur Dimas.

"Aurel, Angel mau bicara hal penting."

"Oke, kalo gitu gue pergi dulu. Cokelatnya dimakan ya Rel." Tatapan Angel beralih pada cokelat yang dipegang Aurel. Sedangkan si empunya mengumbar senyum pada pria impiannya.

Angel tetap memasang senyum cerianya, melihat langkah pujaan hati yang menjauh. Dia menatap sendu sahabatnya yang tersenyum. Kapan cintanya terbalas oleh Dimas, mungkinkah dia harus merelakan cinta pertamanya?

"Mau ngomong apa Ngel?" perkataan Aurel membuyarkan lamunannya.

Dia duduk pada bangku yang baru di tempati Dimas. Dadanya terasa sesak saat mengingat kedekatan sahabatnya dengan pria yang dia sukai.

"Ngel?" panggilan Aurel mengingatkan dia akan hal penting yang harus dia beritahu pada sahabatnya ini. Untuk saat ini dia mengesampingkan perasaannya.

"Celia curang dalam kompetisi itu," Aurel mengangkat sebelah alisnya, "Waktu ke kantin, Angel denger kalau Celia nyuap Pak Rudi supaya jadi pemeran utamanya. Gadis itu saksinya."

"Siapa yang kamu maksud?"

Untung dia mengambil foto mereka. Dia menunjukan foto kedua gadis itu pada Aurel. Kedua kening Aurel hampir tertaut saat melihat foto itu.

"Bukannya itu Rara dan temannya Lia?"

"Aurel kenal sama mereka?" Gadis berkacamata itu mengangguk. "Rara se-klub sama aku."

Angel tersenyum, "Bagus. Aurel punya kontaknya Rara?" sekali lagi Aurel mengangguk, tapi matanya segera menyipit, "Aku ngga mau kalau kamu ngasih tahu ini ke kepala sekolah. Aku ngga mau terlalu berurusan sama Celia," tegasnya.

Gadis dengan surai cokelat itu mendengus, saat sahabatnya tahu apa yang dia pikirkan. Dia kesal kalau sisi tidak peduli sahabatnya sedang aktif, padahal ini ketidakadilan bagi dirinya. Seharusnya yang akan berada dipanggung utama itu Aurel, bukan si ratu jahat itu.

Waktu dan MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang