PART 8

22 0 0
                                    

Manusia boleh melakukan apapun melawan takdir, tapi sang kuasa yang menentukan semua.

                   ___T&D___

Aurel menggoreskan pena pada buku dengan sampul berwarna biru.

Pandangannya tak sedetikpun beralih, membuat Celia yang melihat jadi penasaran dengan tulisan di dalamnya. Setelah menuliskan namanya pada akhir kertas, dia menutup buku itu.

Memperlihatkan lambang bintang besar sebagai penghias sampul buku.

Akibat Bu Rina tidak masuk, suasana kelas tampak riuh kini. Beberapa gadis mulai bercengkerama, para lelaki memindahkan bangku ke belakang lalu asik dengan ponsel mereka. Sepertinya memainkan games online yang sedang tren.

Dika tidak ikut-ikutan dengan mereka, dia tertidur dimeja. Mungkin lelah dengan pekerjaan paruh waktunya.

Karena jadwal guru matematika itu berada di jam terakhir, Pak Andris membiarkan mereka melakukan sesuka hati selama tidak menimbulkan gangguan untuk kelas lain.

Suara dari microphone menginstruksikan agar seluruh siswa berkumpul di lapangan untuk apel pulang. Aurel bergegas menaruh semua peralatannya ke dalam tas. Kemudian meninggalkan tempat itu bersama Angel.

Ketika para siswa mulai berhamburan keluar, sebuah tangan mengambil buku bersampul bintang dari atas meja Aurel.

__T&D__

Aurel dan Angel berjalan santai setelah apel. Angel membuka ponselnya dan melihat notifikasi dari grup whatsapp. Di saat itu juga Celia menghampirinya.

“Lo udah baca notif grup kan? Kalau sampe lo ngga ikut, lo dikeluarin dari tim!” tegasnya lalu berjalan pergi, bersama Bella dan Shelia.

“Maaf ya Rel, Angel ngga bisa nemenin kamu. Angel udah telpon Pak Rudi kok, nanti Aurel dijemput,” terang Angel.

“Kamu ngga usah khawatir aku bisa pulang naik taksi. Lagian entar sore ayah sama bunda udah pulang, jadi aku juga pulang ke rumah buat beres-beres.”

“Syukur deh kalau Bunda Linda udah pulang. Kamu tetep dijemput Pak Rudi ya, Angel takut ancaman surat itu terjadi.”

Aurel dapat melihat jelas ada ketakutan diwajah gadis itu. Aurel mengangguk setuju agar perasaan sahabatnya sedikit tenang.

Kalau kakaknya masih ada, mungkin dia akan lebih khawatir dari Angel.

Aurel menunggu supir Angel di depan pagar, tapi sudah hampir 30 menit belum juga tampak badan mobil putih milik Angel.

Mendadak ponselnya bergetar, dia segera merogoh benda itu dari saku kemeja. Sedikit mengenyirtkan dahi melihat nomor tak dikenalah yang menghubunginya.

“Halo,” sapanya.

“Non Aurel, maaf Bapak terlambat jemput. Ban mobilnya pecah, jadi masih ditambal," ujar suara di seberang sana.

“Ya udah, aku naik taksi aja pak.”

“Jangan non, nanti nona muda bisa marah sama saya. Non Aurel tunggu 15 menit lagi ya, saya usahakan secepat mungkin ke sana.”

“Pak Rudi ngga usah khawatir, entar aku yang ngomong sama Angel.”

“Tapi non ....”

“Udah Bapak tenang aja.”

“Ya sudah kalau begitu non, Non Aurel hati-hati.”

“Ia pak.” Aurel memutuskan panggilan.

Aurel segera berjalan menuju halte terdekat, agar lebih mudah menyetop taksi. Lalu duduk di bangku panjang yang tersedia.

Seseorang dengan jaket biru dongker dan jeans hitam, melihat Aurel dari jarak cukup jauh. Pria yang mengenakan masker itu, mengampiri Aurel ketika melihat gadis itu duduk di bangku halte.

Waktu dan MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang