PART 4

40 2 0
                                    

Sudah dua hari semenjak kecelakaan di kantin, tangan Aurel juga sudah bisa kembali bekerja seperti semula.

Meski tak ada yang berucap dan bukti signifikan, Aurel tahu kalau Celia yang menaruh kakinya sehingga dia tersandung. Dia tidak mengerti mengapa Celia melakukan hal itu, padahal selama ini dia selalu berusaha agar tidak berurusan dengan Celia.

Tepukan dibahu Aurel menyadarkan dia dari lamunannya, dia menghadap pria yang kini berada di sampingnya.

“ Pagi-pagi kok udah ngelamun. Tunggu, kemarin kan malam jumat, lo kesambet dedemit ya? “ Dika menaruh satu tangannya ke atas kepala Aurel, “ tolong siapa aja yang ada ditubuh Aurel keluar ya, jangan gangguin temen gue. Ngga enak kalau ngerasuk ditubuh dia, entar kalian digangguin ama malaikat maut. Namanya Angel, dia lebih serem dari kalian, udah gitu galak lagi. Kalian kan jiwanya ngga tenang, nanti tambah ngga tenang kalau udah digangguin Angel. Jadi pergi ya, hush hush.” Lelaki itu melayangkan tangan yang lain ke udara.

Angel yang baru datang dan mendengar namanya disebut-sebut oleh salah satu ciptaan Tuhan yang mengesalkan, memukul keras punggung Dika dengan buku yang dipegangnya.

“ Apa-apaan nama Angel dibawa-bawa. Jangan mengaitkan Angel dengan tingkah Dika yang aneh. Ini tangan apaan coba,” dia melepas kasar tangan Dika dari puncuk kepala Aurel, “ Emang Aurel kerasukan apa.”

“ Udah gue bilang kan dia galak, jadi kalian pergi ya.” Dika tidak mempedulikan tatapan marah Angel dan masih beraksi dengan dramanya.

Aurel memperhatikan sekeliling, beberapa orang curi-curi pandang menyaksikan drama yang dibuat Dika dan yang lain memilih tidak peduli. Pasti karena mereka sudah hafal dengan kelakuan Dika yang selalu buat geleng-geleng kepala.

Merasa jengah kerena Dika belum menghentikan aksinya, Aurel angkat bicara. “ Dik, aku ngga kesambet,” tegas Aurel.

“ Mana ada orang yang tahu kalau dia kesambet. Mba kunti atau siapa aja pergi ya, jangan gangguin temen gue.”

Angel melingkarkan tangannya dilengan Dika, kemudian menyeret dia pergi. Aurel tak bisa menahan mulutnya untuk tersenyum.

Mereka lucu, terkadang berdebat dan terkadang bertingkah seperti sepasang kekasih atau ibu dan anak? Karena sekarang Angel terlihat seperti membawa anak kecil yang ketahuan mencuri.

Sudahlah Aurel biarkan saja mereka berdua, lebih baik dia juga berjalan menuju kelas. Namun langkahnya kembali terhenti, kali ini karena seseorang yang menghentikannya.

“ Tunggu, dimana ruang kepala sekolah?” ujarnya dengan nada datar tanpa ekspresi.

Aurel bahkan tidak bisa membedakan lelaki itu tengah bertanya atau tidak.

Dia memperhatikan lelaki itu, mungkin tubuhnya sama tinggi dengan Dika.

Bibirnya merah tipis dengan wajah tirus dan kulitnya yang begitu putih, juga rambut yang kuning keemasan. Jangan lupakan iris birunya yang begitu indah.

Aurel tersadar kalau dia terlalu memperhatikan lelaki ini, padahal dia bertanya arah.

“ Ah, kamu lurus nanti belok kanan, ruang kepala sekolah berada diruangan keempat.” Pria itu beranjak pergi setelah mendapatkan apa yang diinginkan.

Waktu dan MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang