PART 6

32 0 0
                                    

Entah cepat atau lambat, sebuah kebohongan kan terungkap pada akhirnya.

^ Andika satra ^

___T&D___

Aurel mengembalikan gitar yang tadi digunakannya kepada Aya. “Mami, kita pamit ya,” ujar Angel.

Aya tersenyum tulus pada kedua gadis yang telah dia anggap anak. “Iya, kalian hati-hati. Nanti kapan-kapan main ke sini lagi.”

“Pasti Mi, kita pergi ya. Dah semuanya.” Angel dan Aurel melambaikan tangan pada anak-anak panti, lalu berjalan menuju mobil.

Mentari akan kembali ketempat peraduannya, menyisakan semburat jingga pada cakrawala. Pemandangan yang menimbulkan gurat bahagia diwajah Angel.

“Rel, kenapa sih semua kebahagiaan tak datang untuk selamanya? Senja, hujan, dan semua yang membuat bahagia. Mereka hanya datang lalu pergi pada akhirnya,” ujar Angel tanpa mengalihkan pandangan pada sang cakrawala.

“Kamu ngomong apa sih? Makanya jangan kebanyakan baca novel, kan jadi melankolis kaya gini,” ucapan Aurel membuat Angel beralih pandangan menghadap sahabatnya.

Dia memajukan bibirnya dan menatap garang pada sahabatnya. Kenapa mendadak Aurel berubah mengesalkan seperti Dika?

“Aurel kok jadi ngeselin kaya Dika sih? Biasanya langsung jawab tanpa protes.” Angel meluapkan kekesalan pada sahabatnya.

“Habisnya omongan kamu ngawur kaya gitu. Aku saranin kurangin nonton drama korea sama baca novel percintaan mu. Terus banyakin baca buku pengetahuan, biar pikiran kamu jadi kebuka,” tegas Aurel.

Angel tidak menyukai sisi keibuan Aurel yang satu ini. Ayolah dia juga mendapat pelajaran dari novel dan drama itu, yaitu pelajaran kehidupan. Katanya kan tidak ada pelajaran yang lebih baik dari pelajaran kehidupan. Lebih baik dituruti saja, dia sedang malas berdebat.

“Iya Aurel. Mendingan kita ke restoran di sebelah sana, Angel dengar makanan di sana enak-enak,” ajak Angel.

Aurel mengangguk tanda setuju. Angel meminta pada supirnya untuk memarkirkan mobil sedikit jauh dari restoran.

Sengaja agar dia bisa menfungsikan kakinya dengan benar. Sebab sudah seminggu Angel jarang berohlaraga dan jarang keluar kamar untuk menonton drama dari aktor favoritnya.

Seorang pria bermasker hitam, mengawasi Aurel dengan sepeda. Semua pakaiannya serba hitam dan menutup kepala dengan tudung jaket hingga sulit untuk dikenali.

Dia mengayuh sepeda dengan cepat ke arah kedua sahabat itu. Tangan kirinya mendorong sebelah tangan Aurel sehingga ponselnya terjatuh.

“Hei kembali!” seru Angel, tapi pria itu tak menghiraukan.

Aurel memungut komponen handphone yang terlepas. Dia memasang baterai dan casing handphone.

Syukurnya ponsel itu masih menyala, meski layarnya telah sedikit pecah.

“Udah biarin aja. Ponselnya masih nyala kok, mendingan kita makan aja.” Angel menuruti perkataan Aurel kemudian kembali melangkah.

Waktu dan MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang