PART 1

127 22 25
                                    

Aku selalu ingin ketenangan,
Jika tak suka silahkan pergi dari sisiku

Aurelia Swat

___T&D___

Bintang-bintang menghiasi kelamnya langit, ditemani dengan sang bulan yang dengan tenang memancarkan sinarnya. Namun disebuah ruangan, seorang gadis tampak gelisah dalam tidurnya. Walau matanya terpejam, tapi dadanya terus naik turun seakan baru saja lari maraton. Kerutan tercetak jelas didahinya dan butiran air terus mengalir mengikuti garis wajahnya.

Matanya terbuka. Memperlihatkan dengan jelas iris cokelatnya yang indah, dengan bulu mata yang lentik. Dia menyandarkan punggungnya pada kepala tempat tidur. Dadanya terasa sesak saat mengingat mimpi yang terus menghantuinya selama 3 tahun terakhir.

Jarum jam masih bertahan pada angka 4, tapi gadis itu terpaksa harus bangun. Jika begini, jam alarm di kamarnya tidak akan lagi berfungsi sebab cukup dengan mimpi itu dia akan terbangun dengan sendirinya.

__T&D__

Gedung tingkat berwarna biru dan krem kini didominasi para pelajar dengan perasaan yang beragam. Ada yang senang, ada yang tidak suka dan biasa saja. Mereka tampak berkelompok dan mulai saling berkomunikasi, walau sekedar basa-basi.

Disamping itu seorang gadis turun dari sedan hitam dengan kacamata yang setia bertengger di pangkal hidungnya. Rambut cokelatnya dikepang kesamping. Dia berjalan sendiri, jangankan untuk berkomunikasi atau sekedar menyapa, mereka bahkan tidak menyadari kehadiran gadis itu.

Tidak lama dia berjalan seseorang menepuk bahunya. Lantas gadis itu membalikan tubuhnya, seorang lelaki bertubuh tinggi tegap berdiri dihadapannya. Andika satra.

"Selamat pagi Aurel," Aurel membalas sapaan itu dengan sebuah senyuman, "senyum lo buat hari gue jadi indah." Aurel hanya terkekeh pelan mendengar rayuan Dika.

"Masih pagi Dik, jangan gangguin hidup Aurel dulu," ujar gadis yang tiba-tiba berdiri diantara mereka.

"Gue juga tahu ini pagi. Kenapa ya masih pagi udah ketemu ama malaikat maut aja." lelaki itu tanpa sadar telah memancing emosi Angel, dadanya naik turun untuk beberapa detik, tapi setelah itu kembali normal.

"Terserah deh. Aurel kekelas bareng Angel aja, kita tinggalin alien yang kesasar ini." Angel menarik tangan sehingga pemilik tangan itu hanya pasrah saja mengikuti langkah Angel.

Andika Satra atau dipanggil Dika. Dia bersedia menjadi satu-satunya teman lelaki Aurel disekolah. Aurel sendiri bingung kenapa lelaki itu mau menjadi temannya disaat orang-orang bahkan tidak menyadari kehadiran dirinya. Dika terkenal dengan sifatnya yang ramah dan selalu bertingkah konyol. Sehingga dia disukai banyak orang disekolah, bukan hanya itu. Dia juga anggota tim basket sekolah yang selama ini menjadi penyumbang piala terbanyak bagi sekolah.

Keduanya memasuki ruangan kelas XII IPA 2. Tidak ada yang menyapa keduanya, mereka sibuk dengan ponsel pintar atau membentuk kelompok dan mulai bercengkerama. Aurel duduk dibangku pojok kiri barisan ke tiga, kemudian Angel duduk disebelahnya. Dia membuka novel dari dalam tas, kemudian membaca lembar demi lembar hingga larut didalamnya.

Kelas yang bising mendadak diam saat 3 orang gadis masuk. Mereka berjalan dengan menegapkan bahunya, juga mengangkat kepala dengan angkuh. Bibirnya menyunggingkan sedikit senyum, tapi Angel tahu itu hanya untuk popularitas semata. Tubuh mereka berlenggak-lenggok seiring dengan langkah kaki mereka. Lantas mata para kaum adam beralih pada ketiga gadis itu.

Wajar saja, ketiga gadis itu adalah The Princess, geng yang paling populer di SMA Galaksi. Ketua mereka yaitu, Celia Andara adalah seorang model remaja terkenal.

Kedua temannya yaitu Bella dan Shea adalah anak dari donatur terbesar sekolah ini. Bella sangat lihai dalam memainkan piano dengan jemarinya yang sangat lentik, sedangkan Shelia sangat menyukai dunia model sama seperti Celia.

Celia duduk dibangkunya yang bersebelahan dengan tempat duduk Aurel dan Angel, diikuti Bella duduk berdampingan dengannya, lalu Shea duduk sendiri dibelakang.

Ketika mata Celia dan Aurel bertemu, dia langsung memberi tatapan tidak menyenangkan kepada Aurel. Sehingga Aurel menundukan kepalanya. Tak berani menatap iris cokelat milik Celia.

Semua kembali tempat duduk masing-masing begitu seorang wanita berusia sekitar tiga puluhan memasuki kelas.

__T&D__

Disaat jam istirahat Aurel memilih menghabiskan jam istirahatnya diperpustakaan. Sepi dan tenang. Ini membuat Aurel merasa nyaman.

Buku astronomi dan Ensiklopedia tergeletak di atas mejanya. Aurel sangat suka menghabiskan waktu istirahat dengan membaca tentang luar angkasa atau alam. Dengan begitu dia sadar kalau bumi itu luas dan Aurel hanya satu dari bermilyar-milyar penghuni yang jika lenyap tidak akan berpengaruh.


Angel menghampiri teman sebangku sekaligus sahabatnya itu. Dia menaruh buku sejarah disamping buku ensiklopedia milik Aurel, dengan sengaja menaruhnya sedikit keras agar dapat didengar oleh sahabatnya.

"Angel, sejak kapan kamu disini?" itulah perkataan pertama yang dikeluarkan Aurel begitu melihat sahabatnya.

"Belum lama. Aurel kebiasaan deh, kalau udah baca buku astronomi ngga bakal berkutik, meski ada badai ...," ucapan Angel terhenti saat disambung oleh seseorang, "hujan, gempa, gunung meletus dan bencana-bencana lainnya. Itu kan yang mau lo bilang?"

Angel memelototi Dika kemudian menghela nafas panjang "Kenapa sih Angel harus ketemu ama alien disini. Padahal ini tempat yang sepi dan alien ngga bisa masuk kesini."

"Hei! Ini tempat umum kali siapa aja bisa kesini."

"Iya, tapi disini khusus untuk orang-orang yang hidupnya berfaedah." Angel memutar bola matanya menghadap tempat lain.

"Jadi menurut lo, hidup gue ngga ada faedahnya gitu?" Dika menatap tajam teman ralat pengganggu di hidupnya.

"Bukan Angel yang bilang." Angel masih tidak menatap Dika dan membaca buku yang diambilnya tadi.

Aurel menghela napas, jika sudah begini dia tidak bisa melanjutkan bacaannya. Aurel membawa buku yang dibacanya dan meninggalkan sepasang insan yang masih sibuk berdebat.

Waktu dan MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang