PART 11

15 0 0
                                    

Dengan cara apapun kebohongan disembunyikan, tetap terungkap pada akhirnya.

                    ___T&D___

Ruangan putih dengan bau berbagai bahan kimia, di tempati seorang gadis dengan seragam khas pasien yang tengah tertidur.

Seorang wanita menelungkup di sisi ranjang gadis itu sambil memegang tangan pasien.

Jemari kecil si gadis bergerak perlahan, menyadarkan wanita empat puluh-an dari tidurnya. Bulu mata lentik itu memperlihatkan iris cokelat indah milik Aurel.

Dia tersenyum dengan mengeluarkan sebagian giginya dan mata yang tertarik bahagia. Dia sangat bersyukur putri semata wayangnya dapat sadar.

“Puji Tuhan, kamu sudah sadar sayang.”

Suara wanita itu membangunkan gadis yang tertidur di sofa.
Buru-buru dia membuka mata dan menemukan sahabatnya terbangun dari tidur. Dia bergegas mendekati ranjang.

“Bunda panggil dokter dulu,” ujar wanita berumur empat puluh-an itu.

Aurel hanya mengangguk dan tersenyum simpul pada ibunya. Dia memegang pundak Angel dan memiringkan wajah pada putrinya. Angel yang mengerti maksud wanita yang sudah dianggap ibu, mengangguk sebagai jawaban.

“Rel, cerita kenapa kamu ada di gedung tua itu? Terus siapa yang membuat kamu begini?” Tanyanya.

“Tanyanya satu-satu. Kepala aku masih sakit nih,” keluh Aurel. “Maaf," sesal Angel.

“Bentar, tadi kamu bilang gedung tua? Maksud kamu perusahaan itu sudah tidak berjalan?”

“Yap. Emang Aurel tidak tahu kalo perusahaan itu kan sudah pindah kantor, tapi kenapa Aurel tanya?”

Aurel masih bingung mengapa Dika memintanya datang ke sana dan pria itu malah tidak datang. Dia merasa ada yang aneh dengan semua ini.

“Tadi Dika chat aku untuk bantuin dia buat tugas matematika. Dia minta bertemu di tempat itu. Saat aku sampai dia malah ngga ada. Lalu seseorang membekap mulut aku dengan sapu tangan. Aku rasa sapu tangan itu ada obat bius makanya terasa pusing. Saat kesadaranku hampir menghilang ada yang berteriak ‘lepasin dia’ setelah itu aku ngga tahu apa-apa,” jelas Aurel.

“Jadi ini ulah si alien, awas aja kalo ketemu Angel tonjok terus jitakin kepala tu Alien. Gara-gara dia sahabat Angel hampir celaka,” kesal Angel.

“Sudah-sudah. Kamu yang bawa aku ke sini?” Tanya Aurel.

Angel menggeleng yakin, “Bukan. Tadi ada yang telpon Angel, katanya kamu diserang seseorang di gedung MTM Enterprise dan dibawa ke sini. Setelah itu Angel telpon Bunda Linda untuk menyusul ke sini.”

Pintu ruangan terbuka menampilkan sosok ibunya dan seorang dokter wanita bersama suster.

Dokter itu mengecek detak jantung Aurel menggunakan stetoskop dan memeriksa nadinya sambil melihat jam tangan. Setelah itu memberitahukan sesuatu kepada suster.

“Keadaan pasien sedikit lebih baik. Luka di kepalanya juga tidak dalam, satu dua hari lagi pasien bisa pulang,” ujar si dokter dengan senyuman.

“Syukurlah kalau begitu. Makasih dokter,” ujar Linda.

“Sama-sama.” Senyum tulus terbit diwajahnya lalu melenggang bersama suster meninggalkan mereka.
Satu hal yang baru Aurel sadari, kalau ada perban di dahi. Pantas saja kepalanya terasa, dia kira hanya karena efek obat bius.

“Sayang, kamu bisa cerita mengapa kamu bisa terluka?” tanya Linda.

“Tadi aku pergi ke gedung tua. Karena ada temanku yang minta bantuin kerjain tugas matematika. Aku langsung pergi tanpa mengecek tempat itu terlebih dulu. Lalu ada yang membekap mulutku dan aku ngga ingat apa-apa lagi,” terang Aurel.

Waktu dan MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang