Mie ayam

819 65 4
                                    

Raga menyengir saat melihat kekasihnya berdiri di depan pagar. Tapi sayang, Amel tidak melihat nya karena terhalang kaca helm yang Raga pakai.

Sambil bersedekap tangan, Amel menatap Raga Malas.

"Ngapain lu kesini?"

Sebelum Raga menjawab, terlebih dahulu dia membuka helm. Karena akan sia sia jika menjawab tanpa membuka helm, suara nya akan tertelan sendiri.

"Ih si Neng pundung nya lama banget "

"Jijik!" Amel melengos. Sebelum itu, dirinya membukakan pagar terlebih dahulu. Dalam artian Amel mempersilahkan pacar nya itu masuk.

"Bunda mana?" Tanya Raga saat melihat rumah Amel sepi.

"Ke butik " setelah menjawab Amel masuk kerumah. Tak lupa menutup pintu rumah.

Raga duduk di kursi teras rumah Amel. Di seperkian detik Amel keluar sambil membawa segelas jus alpukat yang tadi ia jus.

Raga tersenyum sambil menerima gelas dari pacar nya. "Baik banget pacar aa"

"Berisik Ga! Mau muntah" mendengar penuturan Amel, Raga menanggapi nya dengan tertawa.

"Jalan yuk " Raga menyimpan gelas tadi, lalu melirik pacar nya yang lagi potong kuku kakinya.

"Sibuk "

"Ih masa gitu, gue kan kesini mau ajak lo pacaran "

"Males ih, males jalan sama crocodile darat "

....

"Kapan-kapan deh ajakin gue jemput Zio "

Silla mengangguk, tangan nya terulur pada tombol di samping lift. Tak lama kemudian pintu lift terbuka.

"Boleh. Sekalian ke rumah atuh. Masa gak kangen ibu tiri lo sih "

Galang tergelak, ia jadi ingat masa-masa saat sekolah. Dimana dia selalu menjadikan rumah Silla sebagai tempat persembunyian nya saat dirinya sedang pundung sama orang tuanya.

"Kangen banged sama Mamiw Sarah."

"Berapa taun Lo gak nemuin nyokap ya"

"Buset!"

"Astagfirulloh "

Silla mengatur napas nya. Sama hal juga dengan Galang yang kaget saat Reivan tiba-tiba melompat untuk memasuki lift. Padahal lift khusus petinggi seperti dirinya, ada di sebelah kiri dari lift khusus pegawai. Lift yang mereka pijaki saat ini.

Melihat kelakuan Reivan barusan, sangat tidak cocok di katakan sebagai CEO.

"Kaget " kata Silla tanpa mengeluarkan suaranya.

"Sama " Galang pun membalas tanpa suara juga.

Reivan yang berdiri di hadapan mereka terlihat tidak peduli apa yang sedang kedua pegawai itu bicarakan di belakangnya. Dengan gaya andalan nya, satu tangan ia masukan kedalam saku celana nya, Reivan acuh sambil menunggu pintu lift terbuka.

Pintu lift terbuka saat mereka tiba di lantai dasar. Reivan terlebih dahulu keluar lalu berjalan ke arah meja resepsionis, sedangkan Galang dan Silla mereka berjalan ke arah lobby. Kali ini, Silla dan Galang berencana untuk makan siang di tempat langganan mereka.

Galang menangkap kunci motor yang Silla lemparkan.

"Gila! Ini motor legend lu masih aja bagus"

Silla terkekeh "Baru keluar rumah sakit "

"Allohu akbar" Silla memegang bahu Galang saat ada orang yang menarik nya dari belakang bersamaan dengan melajunya motor.

Galang berhenti. Untung saja dia tidak menggaspol motor nya. Tidak terbayang jika dia menggaspol.

RESILLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang