He's in the past

824 68 10
                                    

Reivan menggeram kesal tertahan. Matanya menatap tajam kearah ponsel yang masih menampilkan nama seseorang yang baru saja menghubunginya. 

"Semua itu milik gue, dan akan jadi tetap milik gue"

Mengingat itu, Reivan semakin geram dan ingin berbuat sesuatu sesuai keinginannya.

Tapi, akal sehat nya masih sadar dan dia harus menyelesaikan semuanya dengan kepala dingin.

Dan yang pertama terlintas dalam benak nya adalah berbicara dengan Silla.

"Panggil Silla keruangan saya."

Tut

Reivan menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi kebesarannya. Sambil menunggu Silla datang, Reivan mencoba untuk memejamkan matanya. Tapi, setelah 30 menit berlalu, wanita yang ia tunggu-tunggu tak kunjung datang.

Reivan
Dimana

Dimana kamu

Kenapa telpon saya Gak di angkat

Resilla, kamu ngilang 5 jam loh...

Jangan buat saya khawatir

Saya gak suka khawatir

Duk...

Suara lemparan ponsel mengenai lantai terdengar nyaring di ruangan ini.

Kini terhitung 12 jam sudah Silla menghilang tanpa membalas pesan maupun menganggat telpon darinya.

Sebenarnya, kemana hilang nya janda kembang ini selama jam kerja berlangsung? Tidakkah dia berpikir, bahwa bosnya ini sangat mengkhawatirkan nya.

....

" Gak ada Reivan,"

"Telpon saya gak di angkat terus sama Silla Tante"

"Duduk dulu, tenang dulu, Silla pasti gak ilang." Sarah menarik pelan tangan Reivan agar duduk di kursi dulu dari pada mondar-mandir sambil nelponin Silla yang tidak kunjung menjawabnya.

"Tante saya khawatir, Silla pacar saya, kalo ilang saya gak ada lagi" ceplos Reivan.

Sarah menggeleng kecil, beberapa bulan mengenal Reivan, ia tahu kebiasaan dan sifat asli Reivan.

Bulol.

Bucin tolol.

"Tante yang telpon ya, siapa tau di angkat."

Reivan ngangguk, dia akhirnya diam sambil meneguk teh yang dibuatkan Sarah untuknya, sambil liatin Sarah yang lagi menelpon Silla.

Panggilan pertama, gak di jawab.

Panggilan kedua, gak di jawab juga.

Panggilan ketiga,

"Hallo mah,"

"Silla,"

DUK.

Sarah yang belum menjawab suara Silla menengok kearah Reivan yang baru aja menyimpan gelas nya dengan kasar.

"Rei," belum selesai Sarah berbicara, Reivan sudah mencium tangan Sarah dan pamit untuk pergi.

"Reivan mau kemana?"

"Nyusulin yang lagi selingkuh."

...

Reivan kesal.

Silla itu pilihkasih.

Padahal dia sudah meneleponnya lebih awal dan lebih banyak meneleponnya dari pada Sarah.

RESILLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang