"Maaf ya, aku beneran minta maaf. "
"Kenapa sih pak?" Karena Silla bingung dengan Reivan yang seperti ini, ia menyimpan piring makan Zio di meja samping kiri nya, lalu melepaskan Pelukan Reivan.
Saat terlepas dari pelukan Reivan, Silla melihat bos nya ini yang sedang menyengir.
"Aku mau cerita tapi di dalem ya?"
Sepertinya ini pertanda buruk.
"Zio ayo masuk." Panggil Reivan.
"Gak mau, Zio mau main sama Jack papi. "
"Di temenin bi Nani mau? Mama sama papi mau ke dalem " Zio mengangguk lalu melanjutkan kegiatan nya yang sempat tertunda. Bercoletah dengan monyet.
Setelah memanggil bi Nani untuk menemani Zio, Reivan membawa Silla untuk duduk di ruang keluarga yang tak jauh dari pintu kaca pembatas antara halaman belakang dengan ruang keluarga.
"Sebelum nya aku mau minta maaf, tapi aku ceritain ini bukan buat mengungkit, tapi untuk ingetin kamu siapa aku. " Reivan menjeda sebentar, ia menatap Silla yang duduk tak jauh di sampingnya.
"Dimaafin gak?"
Silla mengernyit heran, dia aja gak tau inti masalahnya. "Aku gak tau apa salah kamu"
"Jack itu keturunan Lyly." Kata Reivan.
"Lyly?"
Lyly.
Rasa nya Dejavu. Nama Lyly sangat tak asing di telinga nya. Tapi Silla tak tau siapa itu Lyly. Apa mungkin pacar nya Reivan?.
"Pacar kamu?" Reivan tertawa, mana mungkin ia punya pacar, setelah dia berani melamar wanita di hadapannya?.
"Bukan sayang. "
"Ya terus siapa?! " Silla sewot. Ia kesal, Reivan hari ini sangat aneh menurutnya.
"11 tahun lalu, saat kamu masih duduk di bangku menengah," Silla terdiam, mencoba mengingat kejadian di masa sekolah.
"Ivan!" Seru Silla tiba-tiba ia ingat ketua OSIS SMA yang sering menjahilinya.
"Yes, it's me "
"KAMU IVAN?!" Silla berteriak karena kaget. Bagaimana bisa ia tidak mengenali orang yang selalu mengganggu dia sejak masuk sekolah menengah.
Jadi, Silla dan Reivan itu dulu satu lingkungan sekolah, beda nya Silla di gedung SMP sedangkan Reivan di gedung SMA. Dulu, saat Silla baru masuk beberapa bulan di SMP, dia harus di temukan dengan ketua OSIS dari SMA yang super menyebalkan, sekarep sendiri dan aneh.
Ketua osis yang suka bawa monyet kesekolah.
Dari kecil Reivan memang meminta untuk memelihara monyet. Tapi, Nyonya Nadia selaku ibu rumah tangga yang mengatur segala kebutuhan apapun di rumah menolak itu. Dia tidak suka monyet, dan tidak akan pernah mengijinkan siapapun memelihara monyet di rumah. Tapi, emang pada dasar nya Reivan itu sekarepnya, dia berani membuat taruhan bersama ayahnya.
Reivan bertaruh jika dirinya akan mencoba bermain saham dengan salah satu petinggi dari perusahaan yang sudah lama berkembang pesat di daerah ini. Dan tau apa reaksi ayahnya? Tidak percaya.
Tentu saja tidak percaya. Bagaimana bocah SMA tau bagaimana cara main saham apalagi dengan petinggi dari daerah situ.
Tapi, pada dasarnya Reivan itu lahir dari bibit keluarga yang mempunyai otak cerdas. Reivan berhasil memenangkan saham.
Dari situ, tuan Madison mau tidak mau harus membujuk istri nya agar bersedia menerima anak monyet untuk anak sulung nya.
"Lupa ya sama aku?"
Demi apapun Silla Gedeg liat Reivan. Bisa-bisanya dia bersikap biasa saja.
Kejadian di masa lalu kembali bermunculan di pikirannya.
Reivan yang jahil.
Reivan yang mempermalukan nya.
Reivan itu pembulinya.
Dan Silla benci itu.
Silla benci pembulinya,
Reivan.
"Aku mau pulang. " Silla berdiri tanpa melihat Reivan.
Silla lagi gedeg kan?,
"Loh kok pulang?,"
Pikir aja sendiri.
Untung gak keluar dari mulut. Keluarnya dari hati.
Silla melengos, pergi dari hadapan Reivan buat panggil Zio yang masih main di halaman belakang.
"Zio--"
"HUAAAAAA"
"SAKIT MAMA"
Dengan rasa khawatirnya Silla berlari mendekati Zio yang sudah berada di gendongan bi Nani.
"Zio kenapa?"
"Huaaaaa Zio di gigit monyet!"
....
Reivan terus meringis kala mendangar rintihan sakit yang dikeluarkan Zio. Melihat Zio seperti ini, Reivan merasa bersalah. Gara-gara monyet kesayangan nya, Zio kesayangannya harus masuk rumah sakit.
"Gendong sama papih?"
Zio yang masih berbaring di atas brankar menatap sayu Reivan lalu mengangguk.
"Sakit banget?" Tanya Reivan kepada Zio yang sudah menyandarkan kepalanya di bahunya.
"Yaiyalah, digigit monyet loh ini bukan di gigit semut!"
Reivan menatap tajam Reyon yang berdiri tak jauh didepannya. Anak itu hobby nya emang suka nyinyir. Memperkeruh suasa canggung Reivan sama Silla.
"Pulang gak?" Tanya Reivan lagi, beda nya ini di tunjukkan untuk Silla yang dari tadi cuman diem mingkem kaya orang sariawan.
"Lala...." Emmm Silla menatap sedikit Reivan yang manggil dia pakai panggilan waktu jaman sekolah.
Silla kan jadi kangen temen-temen sekolah nya.
Silla mengangguk kecil, dan sebelumnya dia pamit kepada Amanda dan Reyon.
"Pamit pulang ya kak"
"Nanti malem Zio pasti demam, kasih resep obat sesuai anjuran aja. Jangan panik juga kalo panas Zio tinggi."
Silla mengangguk, "Makasih kak,"
"Putusin aja Sil, gak guna punya pacar penyuka monyet," kalo itu, saran dari Reyon, Ade kembar 15 menitnya Reivan.
"Anji-- "
"HEH!" Tegur Silla dan sekarang Reivan yang mingkem, Bisa bisa nya dia mengumpat saat sedang menggendong Zio yang masih berumur 5 tahun.
...
Temen-temen,
HUAAAAAA aku baru muncul di permukaan bumi setelah satu abad bertapa di planet mars.
Maafin aku ya temen-temen, ini terlalu lama buat aku gak muncul di dunia Oren ini.
Sorry that I took too long to calm down.
Dan aku up dengan cerita yang masih berantakan. Maafff
Semoga kalian suka, Semoga kalian masih simpen Resilla di library.
Salam dari aku, istri nya Lee Jeno.
Btw kemarin aku ulang tahunnn.
Udah segitu doang, byeee.
KAMU SEDANG MEMBACA
RESILLA
Teen Fiction"Kamu pacar saya" "PAK?! " " Kamu pacar saya, kurang jelas? " "Apaan sih pak, Gak lucu ya pak ngarang cerita beginian! " Si sekretaris melotin matanya, persetan dengan jabatan dia jabat sekarang. " KA-MU-PA-CAR-SA-YA! " "APAAN SIH?!" "syutt dia...